BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawat merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB 1 PENDAHULUAN. berperasaan, dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. perilaku caring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diperlukan pegawai yang profesional, bertanggung jawab, jujur

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Salah satu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan juga terus berubah. Untuk itu semua aspek termasuk sumber

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN. pihak luar dengan laporan-laporan yang diperlukan.

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatannya dan mencapai kesembuhan yang optimal baik fisik, psikis maupun

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. kemantapan, kemapanan, kesejahteraan, dan kepuasan. Bekerja bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. profesional, perawat harus mampu memberikan perawatan dengan penuh kasih

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh perilaku, sikap, motivasi, semangat, disiplin kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk agar dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hasibuan (2003), sumber daya manusia adalah. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawat memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan pada

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberlakuan zona ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015 nanti. ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

BAB II HASIL SURVEY. untuk memberikan nama Dr. R. Sososdoro Djatikoesoemo tahun 1990.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010). Mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat dan alat kesehatan, serta proses pemberian pelayanan. Oleh karena itu peningkatan mutu faktor-faktor tersebut termasuk sumber daya manusia dan profesionalisme diperbolehkan agar pelayanan kesehatan yang bermutu dan pemerataan pelayanan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat (Cecep, 2013). Pelayanan kesehatan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat adalah pelayanan keperawatan yang memerlukan penerapan pendekatan manajemen. Pendekatan manajemen adalah suatu proses kerja sama anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, terapi, dan bantuan kepada para pasien (Gillies, 1994). Di ruang MPKP pendekatan manajemen yang terdiri dari hal-hal berikut: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi manajemen tidak mampu diperankan oleh perawat disebagian besar rumah sakit di Indonesia (Wiwiek, 2008). Kepala Ruangan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan untuk melakukan supervisi, karena dengan adanya 1

2 supervisi dan pengarahan kepada staf keperawatan dapat meningkatkan kinerja, kinerja staf akan meningkat apabila ada kepuasan kerja (Mangkunegara, 2005). Seorang kepala ruangan sangat memerlukan suatu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas, yang memungkinkan stafnya dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Dimana seorang kepala ruangan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya (Cecep, 2013). Menurut Kron (1987) dalam melaksanakan supervisi kepala ruangan harus mempunyai kemampuan sebagai perencana, pengarah, pelatih, pengamat, dan penilai. Kron (1987) juga menyatakan bahwa supervisi juga sangat diperlukan pada pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat pelaksana yang belum profesional, agar unit pelayanan keperawatan menjadi baik. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien diruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan diruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Cecep, 2013). Untuk menjaga dan selalu meningkatkan kinerja perawat pelaksana dalam pelayanan keperawatan harus terlasana dengan baik khususnya yang berkaitan dengan supervisi.

3 Supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasinya. Supervisi sebagai suatu pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin. Sedangkan Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Kuntoro, 2010 dalam Cecep, 2013). Supervisi yang dilakukan kepala ruangan dapat meningkatkan motivasi perawat untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik sehingga tercapai kualitas pelayanan keperawatan. Kualitas supervisi dapat dipengaruhi oleh kompetensi kepala ruangan dalam melakukan supervisi. Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat antara lain meningkatkan efektifitas kerja dan meningkatkan efisiensi kerja. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan organisasi. Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi adalah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan lebih efisien, sehingga tujuan dapat dicapai dengan memuaskan ( Suarli & Yayan, 2002 dalam Jurnal Leli Siswana). Kinerja merupakan pencapaian / prestasi seseorang berkenaan dengan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya (Cecep, 2013). Kinerja juga merupakan penampilan hasil kerja individu baik kualitas maupun kuantitas dalam satu organisasi. Oleh karena itu untuk mempertahankan kualitas kinerja organisasi

4 maka evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan sangat penting dilakukan sebagai umpan balik sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja (Hyrkas K & Paunonen, 2001). Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerja sama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan 47,4 % perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9% perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 % perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri, 2007). Pada tahun 2010 ditemukan kinerja perawat baik 50%, sedang 34,37%, dan kurang 15,63%. Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat >75 % (Maryadi, 2011). Menurut Keliat (2012) kepala ruangan memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang efektif serta aman kepada sejumlah pasien dan memberikan kesejahtraan fisik, emosional dan kedudukan bagi perawat. Tugas perawat pelaksana adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien, keluarga dan masyarakat dengan pendekatan proses keperawatan (sebagai uraian tugas). Proses keperawatan adalah suatu metode penyelesaian masalah yang sistemik untuk memberikan asuhan keperawatan secara individu kepada klien, mulai dari tahap pengkajian, pembuatan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Hamid, 2001). Hasil penelitian yang sebelumnya Refilia (2001), didapatkan hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat. Sari (1998),

5 juga menemukan ada perbedaan kinerja perawat secara signifikan antara perawat yang disupervisi dengan baik dengan perawat yang disupervisi kurang baik. Teori dan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan berhubungan dengan kepuasaan kerja perawat yang selanjutnya mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Sejalan dengan dengan hasil penelitian Mulyaningsih (2013) bahwa supervisi mempunyai hubungan dengan kinerja perawat dalam penerapan MPKP, hal ini didukung oleh penelitian Izzah (2002) tentang hubungan teknik dan frekuensi kegiatan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap rumah sakit umum daerah batang jawa tengah. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe adalah sebuah organisasi yang bergerak dibidang jasa perawatan medis dan merupakan rumah sakit pemerintah yang mempunyai visi Rumah Sakit Rujukan dengan Pelayanan Prima. Dari data awal yang telah diperoleh dari kepala ruangan di ruangan MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) terdapat 28 orang perawat pelaksana dengan 2 orang perawat pelaksana ikut cuti melahirkan maka jumlah perawat pelaksana yang ada diruangan MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) saat ini yaitu 26 orang dan 1 orang kepala ruangan. Proses supervisi dilakukan sekali dalam seminggu (4x/bulan), dimana sasaran pelaksanaan supervisi adalah kinerja perawat pelaksana dalam pemberian asuhan keperawatan dan untuk melihat apakah tindakan keperawatan dilakukan atau tidak, kepala ruangan melakukan supervisi di ruangan, dimana didalam ruangan terbagi 3 tim (tim 1, tim

6 2, dan tim 3) masing-masing tim memiliki ketua tim dan dalam tim terdapat 8 sampai 11 orang perawat. Supervisi kepala ruangan terdiri dari kepala ruangan sebagai perencana, pengarah, pelatih, pengamat, dan penilai. Menurut Cecep (2013) bahwa supervisi yang dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervisi yang baik, dikarenakan organisasi / lingkungan berkembang. Menurut Ilyas (2002), bahwa supervisi yang baik dan terencana dapat meningkatkan kinerja perawat. Dalam sebuah proses supervisi dari kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksanan akan terjadi bimbingan, pengarahan, perbaikan dan umpan balik, sehingga melalui supervisi dapat meningkatkan kinerja perawat. Peneliti berasumsi jika supervisi dilakukan dengan frekuensi berkala maka kinerja perawat pelaksana akan baik. Berdasarkan studi literatur diatas dan fenomena yang terjadi dilapangan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan Hubungan Supervisi dengan Kinerja Perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 1.2 Identifikasi Masalah a) Pelaksanaan kegiatan supervisi di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe mempengaruhi kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. b) Data yang diperoleh dari kepala ruangan bahwa rendahnya pelaksanaan kegiataan supervisi di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. c) Kinerja perawat meningkat jika adanya pelaksanaan supervisi yang maksimal.

7 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dan fenomena yang terjadi dilapangan, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan peran supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Dengan adanya pelaksanaan supervisi yang maksimal, peneliti menyimpulkan bahwa kinerja perawat pelaksana akan semakin meningkat, karena sulit bagi kepala ruangan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan kegiatan supervisi. Perumusan masalah yang dapat diambil dari uraian diatas adalah Apakah ada hubungan supervisi dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui supervisi kepala ruangan sebagai pengarah, pengamat, dan Penilai. 2. Mengetahui kinerja perawat dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan. 3. Menganalisis hubungan supervisi kepala ruangan sebagai pengarah dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

8 4. Menganalisis hubungan supervisi kepala ruangan sebagai pengamat dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 5. Menganalisis hubungan supervisi kepala ruangan sebagai penilai dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama manajemen khususnya yang berkaitan tentang persepsi terhadap supervisi dengan kinerja perawat pada penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan saran bagi manajemen atas peningkatan rumah sakit untuk dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan supervisi kepala ruangan sehingga kinerja perawat pelaksana meningkat. b. Bagi Perawat Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat untuk mengetahui betapa pentingnya supervisi yang dilakukan kepala ruangan sehingga mampu meningkatkan profesional dalam kinerja keperawatan bagi perawat itu sendiri.

9 c. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan mengenai supervisi dengan kinerja perawat dan merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan.