I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. diwujudkan dalam bentuk instrumen keuangan (sekuritas) berupa efek (surat berharga). 3 Dari

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012

Adapun...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cara bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mendorong pelaku usaha untuk melakukan pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan penunjang pembangunan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger

BAB. I PENDAHULUAN. (Commanditaire Vennootschap atau CV), Firma dan Persekutuan Perdata. Dalam

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada. dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM PELAKSANAAN MERGERR (STUDI TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NO. 57 TAHUN 2010) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dalam Negara

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

BAB III PENUTUP. persaingan usaha yang sehat di sektor perunggasan telah menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan

VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia I. LATAR BELAKANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan organisasi yang terdiri dari faktor-faktor produksi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. karenanya, pada kondisi ini, para pelaku usaha berlomba-lomba untuk saling

BAB. III PENUTUP. A. Simpulan. 1. Pemegang saham minoritas dalam restrukturisasi perusahaan melalui akuisisi

- dalam kemampuan keuangan - akses pada pasokan dan pasar - kemampuan menyesuaikan pasokan atau permintaan barang/jasa tertentu [psl 1 (4)]

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikembangkan oleh para pelaku bisnis. Berdasarkan kondisi tersebut tidak

HUKUM PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

*36423 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 29 TAHUN 1999 (29/1999) TENTANG PEMBELIAN SAHAM BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hukum persaingan usaha berisi ketentuan-ketentuan substansial tentang tindakantindakan

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 Undang-Undang No. 3

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

Heni Ulfa Yuliatin Aminah et al., Tinjauan Yuridis Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan Pengambilalihan...

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor 5

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13211

BAB I LATAR BELAKANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

V E R S I P U B L I K

MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. Dasar hukum pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. telah menghasilkan banyak kemajuan, antara lain dengan meningkatnya

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 22/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 30/KPPU/PDPT/XI/2013 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 28/KPPU/PDPT/XI/2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diyana Theresia Berlian Siagian dan Ditha Wiradiputra 1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

Transkripsi:

1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal reformasi di Indonesia memunculkan rasa keperihatinan rakyat terhadap fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar yang disebut konglomerat menikmati pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai cara mereka berusaha mempengaruhi berbagai kebijakan ekonomi pemerintah sehingga mereka dapat mengatur pasokan atau supply barang dan jasa serta menetapkan harga-harga secara sepihak yang tentu saja menguntungkan mereka. Perusahan-perusahan yang besar terus membangun koneksi (hubungan yang melancarkan segala urusan) dengan birokrasi negara agar terbuka kesempatan luas untuk menjadikan mereka sebagai pemburu rente (pengejar hak-hak istimewa dari pemerintah). Apa yang mereka lakukan hanyalah mencari peluang untuk menjadi penerima rente (rent seeking) dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk lisensi, konsesi, dan hak-hak istimewa lainya. Kegiatan pemburuan rente tersebut, oleh pakar ekonomi William J. Baumol dan Alan S Blinder dikatakan sebagai salah satu sumber 1 Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakata:Sinar Grafika,2009), hal 27

2 utama penyebab inefisiensi dalam perekonomian dan berakibat pada ekonomi biaya tinggi (high cost economy). 2 Para pengusaha yang mendapatkan hak yang istimewa dari pemerintah Orde Baru telah menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat diartikan secara umum terhadap segala tindakan ketidakjujuran atau menghilangkan persaingan dalam setiap bentuk transaksi atau bentuk perdagangan dan komersial. 3 Berbagai cara yang dilakukan oleh para pengusaha agar dapat memantapkan dan memperkuat perusahaan dengan melakukan tindakan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan yang dapat menjadi berindikasi berbentuk persaingan tidak sehat. Hal tersebut berdampak karena adanya pemusatan pemegang saham kepada salah satu atau kelompok perusahaan-perusahaan yang mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan pesaing-pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan penguasa pasar melalui cara-cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undang yang ada. 4 Penggabungan, pengambilalihan, dan peleburan bagi pelaku usaha merupakan unsur yang tidak dilarang yang dapat memantapkan dan mengembangkan usahanya apabila dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku agar tidak terjadi praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 5 Di antara pilihan alternatif tersebut, pengembangan usaha melalui pengambilalihan sebagai alternatif yang umum dilakukan oleh perusahaan. Hal tersebut dikarenakan, pengambilalihan merupakan 2 Munir Faudy, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:PT Citra Aditya Bakti,1996). Hal 12 3 Ibid. Hal 11 4 Ibid. Hal 13 5 Richmadi usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,2013), hal 620

3 salah satu cara untuk melakukan ekspansi perusahaan dengan tetap mempertahankan perusahaan yang diambilalih. 6 Pengambilalihan secara umum diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU No. 40 Tahun 2007). Menurut Pasal 1 Ayat (11) UU No. 40 Tahun 2007 yang dimaksud dengan pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambilalih saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut. Dengan beralihnya pengendalian dari pihak yang diambilalih kepada pihak pengambilalih, tidak mengakibatkan pihak yang diambilalih sahamnya, menjadi bubar atau berakhir. 7 Perusahaan yang diambilalih tetap eksis dan valid seperti sediakala hanya saja pemegang sahamnya yang beralih dari pemegang saham semula kepada pihak pengambilalih. Unsur penting dalam konsep pengambilalihan adalah kepemilikan sebagian besar atau seluruh saham, melalui proses pembelian saham. 8 Sedangkan perseroannya sendiri (pihak yang diambilalih) masih tetap berjalan seperti biasa, tetapi dibawah kendali pihak pengambilalih karena mayoritas saham dalam perseroan tersebut dimiliki oleh pihak pengambilalih. 9 Disebut transaksi pengambilalihan, karena saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51% (simple majority), atau paling tidak setelah pengambilalihan tersebut, pihak pengambilalih memegang saham minimal 51%. 10 6 Dafson rafsanjani, Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam pengambilalihan saham perusahaan, Skripsi, 2009, Hal 5 7 Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hal. 509. 8 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010), hal. 362. 9 Ibid. hal 362 10 Munir Fuady, Hukum tentang Akuisisi, Take Over, & LBO, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 90.

4 Apabila kurang dari presentasi tersebut perusahaan target tidak dapat dikontrol, karena yang terjadi hanyalah jual beli saham biasa saja. 11 Pengambilalihan harus berpedoman pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UU No. 5 Tahun 1999). Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999 yang efektif diharapkan dapat memupuk budaya berbisnis yang sehat sehingga dapat terus menerus mendorong dan meningkatkan daya saing yang sehat diantara pelaku usaha. 12 Untuk itu pengusaha dituntut untuk menjalankan usaha sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1999, termasuk dalam pengembangan usahanya agar lebih strategis. Pengambilalihan yang berasal dari kata Inggris acqisition, dalam bahasa bisnis berarti pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain, biasanya dicapai dengan membeli saham biasa perusahaan lain. 13 Jika ditinjau dari UU No. 5 Tahun 1999 tindakan pelaku usaha dalam melakukan pengambilalihan saham yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, akan sangat merugikan tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi pelaku usaha yang lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam pasar yang sama. UU No. 5 Tahun 1999, secara khusus dalam Pasal 28 dan 29 mengatur mengenai pemberitahuan pengambilalihan saham. Pengabungan, peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham yang berakibat nilai asat dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib melakukan pemberitahuan kepada Komisi Pengawas 11 Ibid. Hal 91 12 Andi Fahmi Lubis,. Dkk, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks,(Jakarta:Creative Media) hal 16 13 Munir Fuady, Op.cit. Hal 117

5 Persaingan Usaha selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak pengambilalihan tersebut. Pemberitahuan atas pengambilahlian saham dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya monopoli, atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat. Pengambilalihan yang dilakukan oleh pelaku usaha perlu dikendalikan dan diawasi oleh KPPU yang merupakan lembaga berwenang yang ditunjuk oleh pemerintah sabagai pelaksana UU No. 5 Tahun 1999 dalam rangka mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan terhadap persaingan. 14 KPPU sangat diperlukan dalam hal terjadinya pengambilalihan, selain untuk mengawasi dan menegakkan peraturan perundang-undangan yang ada, juga sebagai pihak yang memiliki peran penting dalam melaksanakan pengambilalihan dan mengawasi jalannya perusahaan hasil pengambilalihan. Pengawasan dilakukan guna menghindari terjadinya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Kepastian hukum bagi Pelaku Usaha dalam melakukan penggabungan, peleburan badan usaha, dan pengambilalihan saham sangat penting untuk menghadapi arus globalisasi dan liberalisasi perekonomian dunia yang semakin kompleks. Untuk menyikapi hal ini pemerintah membentuk Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut PP No. 57 Tahun 2010). Pembentukan peraturan ini adalah mempertegas UU No. 5 Tahun 1999 dan memberikan kepastian 14 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hal.73

6 hukum serta menjawab kekosongan hukum terkait proses pengambilalihan. 15 Guna mengawasi pelaksanaan PP No. 57 Tahun 2010, KPPU melalukan langkah restrukturisasi organisasi dengan mendirikan Biro Merger yang khusus menangani pemberitahuan dan penilaian penggabungan, peleburan badan usaha, dan pengambilalihan saham. UU No. 5 Tahun 1999 dan PP No. 57 Tahun 2010 menjadi pengatur bagi pelaku usaha di Indonesia dalam melakukan pengambilalihan yang kebanyakan dilakukan karena keadaan terpaksa, belum karena kesadaran sendiri yang berdasarkan perhitungan ekonomi secara sukarela. Terjadinya pengambilalihan masih hati-hati dan rahasia. Pelakunya kebanyakan perseroan yang belum go public. Banyak terjadi pengambilalihan perseroan kecil oleh perseroan besar karena perseroan besar ini menguasai faktor strategis yang dapat memaksa perseroan kecil menyerah sehingga menjual saham-sahamnya. Tanpa adanya regulasi hukum yang jelas hal seperti ini dapat menyebabkan dunia bisnis mirip dengan hutan belantara dikarenakan kegiatan pengambilaliahan dewasa ini hanya dilakukan oleh sekelompok kecil perseroan besar. Tujuanya adalah untuk mengurangi atau menghambat persaingan dan ada kecenderungan mengarah pada monopolistik. 16 Untuk itu, pemerintah membentuk kebijakan melalui peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaku usaha untuk melaporkan setiap bentuk pengambilalihan perusahaan oleh pelaku usaha kepada KPPU. 15 Perdana A. Saputro, Hukum Merger Indonesia dalam Konteks Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: CR Publishing, 2012), hal. 52. 16 Abdulkadir Muhammad, Op.cit hal. 365

7 Penelitian ini akan mengkaji tentang pelaksanaan kewajiban pemberitahuan yang dalam hal ini terdapat masalah karena terjadi keterlambatan dalam pemberitahuan pengambilalihan tersebut. Salah satu keterlambatan dalam pemberitahuan pengambilalihan saham yang menjadi objek pembahasan dalam penelitian ini adalah Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2012 terkait keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham yang dilakukan oleh PT Mitra Pinasthika Mustika terhadap PT Austindo Nusantara Jaya Rent. PT Mitra Pinasthika Mustika yang berkedudukan di Jakarta, didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Kegiatan usaha PT Mitra Pinasthika Mustika bergerak dibidang industri, perikanan, pertanian, perkayuan, konstruksi, dan transportasi. Dengan fokus usaha bergerak sebagai dealer utama dan penjualan ritel sepeda motor Honda. PT Austindo Nusantara Jaya Rent berkedudukan di Jakarta, didirikan dan menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan peraturan dan perundangundangan Republik Indonesia.Kegiatan usaha PT Austindo Nusantara Jaya Rent bergerak dibidang jasa pembiayaan konsumen. PT Mitra Pinasthika Mustika mengambilalih 99,99% saham PT Austindo Nusantara Jaya Rent. PT Mitra Pinastika Mustika selaku perusahan pengambilalih, wajib melakukan pemberitahuan kepada KPPU dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja. Kesalahan dalam memahami Peraturan pemerintah No. 57 terkait penghitungan, menjadi alasan Direktur PT Mitra Pinasthika Mustika sebagai Terlapor terlambat dalam pemberitahuan pengambilalihan saham PT Austindo Nusantara Jaya Rent. Terlapor dalam memberikan fakta dan kronologis secara jelas dan tidak terlihat upaya

8 untuk menunda-nunda atau bahkan menyembunyikan fakta-fakta terkait pengambialihan, tertundanya pemberitahuan pengambilalihan kepada KPPU bukan karena kesengajaan, melainkan karena adanya kesalahpahaman. Pengambilalihan yang dilakukan oleh terlapor tidak menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat, maka Majelis Komisi mempertimbangkan hal-hal yang meringankan bagi Terlapor berakibat sanksi administrasi dari KPPU. Adanya keterlambatan melakukan pemberitahuan pengambilalihan saham diatas maka penulis merasa tertarik untuk meneliti dan menganalisis mengenai permasalahan hukum menjadi sebuah karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Putusan KPPU Atas Keterlambatan Pemberitahuan terhadap Pengambilalihan Saham. ( Studi Perkara Nomor 09/KPPU-L/2012 ) B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan atas, maka rumusanyang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peran KPPU dalam masalah keterlambatan pemberitahuan pengambilalian saham yang dilakukan PT Mitra Pinasthika Mustika? dengan pokok pembahasan penelitian ini, antara lain: 1. Tata cara pemberitahuan pengambilalihan saham yang dilakukan oleh PT Mitra Pinasthika Mustika terhadap PT Austindo Nusantara Jaya Rent. 2. Pertimbangan Putusan KPPU atas keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham yang dilakukan PT Mitra Pinasthika Mustika. 3. Akibat hukum putusan KPPU atas keterlambatan pemberitahuan terhadap pengambilalihan saham.

9 Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah studi putusan KPPU tentang keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham PT Austindo Nusantara Jaya Rent oleh PT Mitra Pinasthika Mustika ditinjau dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010 Sedangkan ruang lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah Hukum Perdata Ekonomi khususnya Hukum Persaingan Usaha. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan secara lengkap,rinci dan sistematis mengenai: 1. Tata cara pemberitahuan pengambilalihan saham berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 dan PP No. 57 Tahun 2010. 2. Pertimbangan putusan KPPU atas keterlambatan pemberitahuan pengambilaliahan saham yang dilakukan PT Mitra Pinastika Mustika. 3. Akibat hukum putusan KPPU dalam keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham.

10 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis: 1. Kegunaan Teoritis a. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi perkembangan ilmu hukum khususnya hukum persaingan usaha. b. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk dijadikan arah penelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi pemerintah baik itu kementerian, lembaga, satuan kerja daerah dan intitusi yang terkait, dapat memberikan masukan bagi kinerja pengambilahlian saham yang lebih transparan, akuntabel, profesional, jujur dan adil, sehingga dapat meminimalisir persaingan usaha tidak sehat. b. Bagi masyarakat, dapat memberikan masukkan bagi masyarakat umum, berupa informasi-informasi mengenai mekanisme pengambilahlian saham, yang dilaksanakan secara transparan, akuntabel, profesional, adil, jujur dan sehat, sehingga sesuai dengan amanat Undang-Undang Anti Monopoli. c. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai tata cara pengambilahlian saham secara adil (fairness) sabagai sarana untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat ditinjau dari Undang-Undang

11 No. 5 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2010, selain itu berguna untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas Lampung.