BAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada

dokumen-dokumen yang mirip
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKSTASIS DI RS PARU DR. ARIO WIRAWAN SALATIGA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKSTASIS DI RS PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKTASIS DI RSUD. DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pneumothorax didefinisikan sebagai suat penyakit yang berbahaya seperti

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

DEWI TRI MAULITA J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS DI RS PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah. diketahui,tanpa adanya kelainan neurologic lain. Pada sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dari penyebab kasus mortalitas dan morbiditas di negara-negara dengan. pendapatan tinggi dan pendapatan rendah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevalensipenyakit paru obstruktif kronikdisingkat dengan PPOKterus

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila dapat dibina

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT BRONKIEKTASE DI RS PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

KARYA TULIS ILMIAH. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU DEXTRA DI RSOP dr. SOEHARSO SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA DI RS PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH SENAM ASMA TERHADAP FUNGSI PARU (KVP & FEV1) PADA WANITA ASMA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PPOK DI BBKPM SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan pre post test design with control group, yang akan. mengungkapkan hubungan sebab akibat Active Cycle of Breathing

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELLS PALSY DEXTRA DI RSAL. DR.RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modern ini banyak masyarakat menggunakan alat transportasi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA TUBERCULOSIS PARU DI BBKPM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riwayat penyakit bronkiektasis pertama kali dikemukakan oleh Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada akhir 1800, dan ditetapkan lebih lanjut oleh Reid pada tahun 1950, bronkiektasis telah mengalami perubahan yang signifikan dalam hal prevalensi, etiologi, presentasi, dan pengobatan (Emmons,dkk,2008). Penelitian pada tahun 2005 didapatkan sekitar 110.000 pasien dengan bronkiektasis di Amerika serikat. Pada tahun 2005 penyakit ini sering terjadi pada usia tua dengan dua pertiga adalah wanita. Weycker et al melaporkan prevalensi bronkiektasis di amerika serikat 4,2 per 100.00 orang dengan usia 18-34 tahun dan 272 per 100.000 orang dengan usia 75 tahun. Sedangkan di Auckland, New Zealand terdapat 1 per 6.000 penderita bronkiektasis (Syahrul,2011). Indonesia sendiri belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di rumah sakit dan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak-anak, bahkan dapat merupakan kelainan konginetal. Bronkiektasis kongenital biasanya mempengaruhi bayi dan anakanak. Kasus-kasus bentuk Acquired sering terjadi pada orang dewasa dan 1

2 anak-anak yang lebih tua dan memerlukan suatu penanganan agar tidak terjadi penularan, gangguan drainase, dan obstruksi jalan napas. Jaringan dapat terjadi kerusakan oleh respon host protease neutrophilic, sitokin inflamasi, oksida nitrat, dan radikal oksigen. Hal ini menyebabkan kerusakan pada komponen otot dan elastis dinding bronkus. Selain itu, jaringan alveolar peribronchial mungkin rusak, sehingga fibrosis difus peribronchial (Emmons,dkk,2008). Bernapas merupakan proses yang vital bagi makhluk hidup. Seluruh makhluk hidup bernapas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak terkecuali manusia. Manusia bernapas untuk memenuhi kebutuhan kadar oksigen yang diperlukan oleh tubuhnya. Oksigen tersebut digunakan oleh setiap sel dalam tubuh manusia untuk melakukan metabolismenya, sehingga ada zat sisa berupa karbondioksida dan air yang harus dihilangkan. Pada proses pernafasan hal ini berlangsung bergantian, pertama manusia menghirup udara untuk memperoleh oksigen dan kedua menghembuskan nafas untuk mengeluarkan karbondioksida dan air. Manusia bernafas dengan organ paru-paru, untuk struktur jalan salur nafas, yaitu : hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkeolus. Proses bernapasa terjadi antara sadar dan tidak sadar, karna dalam bernapas merupakan proses yang otomatis. Pernapasan tersusun atas organ yang berbeda, tidak menutup kemungkinan organ ini dapat mengalami masalah yang bisa mengganggu proses pernafasan baik itu ringan ataupun berat. Gangguan ini akan

3 menyebabkan kesulitan bernapas pada penderitanya dan dalam jangka waktu yang panjang gangguan ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh si penderitanya. Gangguan pada paru dapat berupa yang obstruktif ataupun restriktif. Gangguan paru obstruktif biasanya terjadi pada jalan nafas itu sendiri atau organ paru itu sendiri, dikenal dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sedangkan retriksi gangguannya berasal dari luar atau dalam paru-paru. Dikenal dengan Penyakit Paru Restriksi (PPR). Masing-masing penyakit ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam menangani kasus Bronkiektasis, dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi paru dan mengurangi problematika yang ada. Dalam kasus ini problematika fisioterapi meliputi impraiment, functional limitation dan disability. Dalam mengatasi hal ini fisioterapi menggunakan modalitas sinar infra merah dan terapi latihan berupa Cuffing dan Breathing Exercise. Keadaan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit Bronkiekstasis walaupun masih sangat jarang dijumpai akan tetapi kasus bronkiekstasis ini masih menjadi masalah di dunia. Disini penulis sebagai seorang fisioterapi, yang mempunyai peran dalam menangani pasien dengan penyakit Bronkiekstasis dalam, memelihara fungsi pernafasan, dan untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologis pasien sehingga dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari. Dalam karya tulis ilmiah ini akan dibahas lebih dalam lagi mengenai penyakit bronkiekstasi paru yang

4 berkaitan dengan seorang pasien yang kasusnya saya angkat dalam karya tulis ilmiah ini. B. Rumusan Masalah Dalam rumusan masalah kasus ini adalah: 1. Apakah Infra Red (IR), Cuffing, dan Breathing Exercise, dapat mengurangi derajat sesak nafas pada pasien Bronkiekstasis? 2. Apakah IR, Cuffing, dan Breathing Exercise, dapat meningkatkan ekspansi sangkar thoraks pada kasus Bronkiekstasis? 3. Apakah IR, Cuffing, dan Breathing Exercise, dapat merelaksasikan otot dada karena spasme pada kasus Bronkiekstasis? C. Tujuan Pembuatan Karya Tulis Ilmiah Adapun tujuan pembuatan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a) Tujuan Umum 1. Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai bentuk tugas akhir untuk memenuhi persyaratan kelulusan. 2. Untuk menambah pengetahuan saya mengenai masalah dan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Bronkiekstasis. b) Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Infra Red (IR), Cuffing, dan Breathing Exercise dapat mengurangi derajat sesak nafas pada pasien Bronkiekstasis?

5 2. Untuk mengetahui Infra Red (IR), Cuffing, dan Breathing Exercise dapat meningkatkan ekspansi sangkar thoraks pada kasus Bronkiekstasis? 3. Untuk mengetahui Infra Red (IR), Cuffing, dan Breathing Exercise dapat merelaksasikan otot dada karena spasme pada kasus Bronkiekstasis? D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dibidang cardiopulmonal, khususnya pada penyakit Bronkiekstasi paru serta dapat memberikan pengalaman terhadap penulis saat penyusunan karya tulis ini. 2. Bagi Fisioterapis Untuk memberikan informasi kepada fisioterapi tentang penatalaksanaan fisioterapis pada kasus Bronkiektasis Paru dengan modalitas Infra Red (IR), Cuffing, Breathing Exercise, dan Spirometri 3. Bagi masyarakat Untuk menambah wawasan masyarakat tentang Bronkiekstasis Paru, seperti tanda dan gejala, faktor resiko dan menginformasikan manfaat Infra Red (IR), Cuffing, Breathing Exercise, dan Spirometri pada pasien Bronkiekstasis.