BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

BAB V ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

ANALISIS PEMAKAIAN AIR BERSIH ( PDAM ) UNTUK KOTA PEMATANG SIANTAR

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN. RAW WATER TANK (Bak Pengendap) BANGUNAN INTAKE. RAW WATER PUMP ( Pompa Air)

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA NIAMEY

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

LAMPIRAN 1. Foto Dokumentasi Lokasi Sampel Kualitas Air

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Data Dalam penulisan ini, diperlukan data-data penunjang untuk menjawab

TUGAS KELOMPOK PREDIKSI KEBUTUHAN DOMESTIK AIR BERSIH DI SUATU KLASTER PERUMAHAN/SUATU DAERAH BAHAN PRESENTASI DISUSUN OLEH :... NIM :...

PERENCANAAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KELURAHAN SAMBALIUNG KECAMATAN SAMBALIUNG KABUPATEN BERAU ABSTRAK

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

Rumus-rumus perhitungan proyeksi jumlah penduduk: a. Metoda Arithmatik

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN F. Persyaratan Kualitas Air Minum

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I RP JARINGAN AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia menggunakan air untuk

Tabel.1. Data Absorbansi Larutan Standar Unsur Nikel ( Ni ) Bulan II 0,0000 0,0000 0,0100 0,0015 0,0200 0,0030 0,0300 0,0044 0,0400 0,0057

Lampiran I. Gambar Sampel. Air setelah penambahan pree chlorination

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 03. Yuniati, PhD

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

LAMPIRAN I. No Jenis Parameter Satuan 1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2003 PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA

BAB III METODE PERENCANAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR

SISTEM JARINGAN AIR BERSIH. Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

DATA KUALITAS AIR SUMUR PERIODE APRIL TAHUN 2015

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

Peran Perempuan dalam. Air, Sanitasi dan Higiene. Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

Perencanaan Air Bersih

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 582 TAHUN 1995 TENTANG

Air mineral SNI 3553:2015

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENENTUAN STATUS PENCEMARAN KUALITAS AIR DENGAN METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN (Studi Kasus: Sungai Indragiri Ruas Kuantan Tengah)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung, pertanian, perikanan, transportasi, konstruksi, dan lain-lain.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang merupakan salah

ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal,

KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN RETRIBUSI PEMERIKSAAN KWALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

BAB 2 LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

Transkripsi:

Bab II.Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air Bersih Di Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi studi berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ilir dimana luas Kabupaten Ogan Komering Ilir sebesar 19.023,47 km². Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir terbagi habis dalam 18 kecamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air bersih pada kondisi sekarang dan memprediksi kebutuhan air untuk kondisi yang akan datang yang dibutuhkan oleh penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dalam penelitian ini, jumlah penduduk di Kabupaten Ogan Komering Ilir dipandang dari parameter jumlah penduduk di kategorikan dalam kategori kota besar, karenanya untuk kebutuhan air non domestik adalah sebesar 30 % dari kebutuhan air domestik. Didapatlah kebutuhan air domestik dan non domestik tahun 2012 sebesar 50,93 lt/dtk, 68,34 lt/dtk untuk 2 tahun mendatang, 87,09 lt/dt untuk 5 tahun mendatang, 111,96 lt/dtk untuk 10 tahun mendatang dan 160,06 lt/dtk untuk 20 tahun mendatang. Susana dan Eddy Setiadi Soedjono (2010) melakukan penelitian Penyediaan Air Bersih Pulau Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan-Provinsi Sulawesi tengah. Lokasi penelitian terletak di Pulau Banggai. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan membuat rencana tindak (action plan) terhadap kebutuhan bidang air bersih pedesaan yang dibagi alam tiga tahapan peningkatan II - 1

yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dari analisa diperoleh ketersediaan air bersih lebih besar dari kebutuhan air yang ada untuk wilayah Pulau Banggai. Penelitian I Wayan Sutapa (Februari,2009) yaitu Studi potensi Pengembangan Sumber Daya Air di Kota Ampana Sulawesi Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air minum di kota Amapana dan memilih alternative sumber air yang paling optimal dari potensi sumber daya air yang ada. Metode yang digunakan yaitu survey pendahuluan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, lalu pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus empiris dari kajian pustaka. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa jika air sungai Ampana dan Sungai sunsarino saja digunakan untuk kebutuhan air minum, maka sampai proyeksi tahun 2027 belum mampu untuk mencukupi kebutuhan air kota Ampana. Marhadiyanto D. D dan Suprihandto N (2008) melakukan penelitian Studi Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih dengan Sistem Penampungan Air Hujan Di Pulau Panggang. Hasil yang didapat yaitu dengan perkiraan jumah penduduk sebanyak 4894 orang pada tahun 2019, kebutuhan air bersih yang perlu dipenuhi dengan sistem penampungan air hujan adalah 264.222 liter/hari. 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kebutuhan air bersih merupakan masalah masa sekarang dan masa depan, maka besarnya kebutuhan air bersih perlu di prediksi. Akan tetapi, sebelum memprediksi besarnya kebutuhan air bersih, jumlah penduduk dimasa yang akan datang harus di prediksi terlebih dahulu. Prediksi jumlah kebutuhan air di masa II - 2

yang akan datang sangat penting dalam perhitungan jumlah kebutuhan air bersih di masa yang akan datang. Jumlah penduduk mempengaruhi tingkat kebutuhan air bersih. Semakin meningkatnya populasi penduduk dari masa kemasa akan mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan air bersih dimasa-masa yang akan datang. Prediksi jumlah penduduk dapat diperoleh dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk berdasarkan sensus penduduk. Disini proyeksi penduduk tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus tetapi mungkin sampai beberapa puluh tahun sesudah sensus. Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau, maka metode statistic merupakan metode yang paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang 2.2.1 Metode Proyeksi Penduduk Metode yang dapat digunakan untuk mengkitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan adalah dengan menggunakan salah satu metode, seperti arirmatik, geometrik, least square, dan Trend Logistic:: Namun yang sering digunakan dalam mengitung pertambahan nilai penduduk yaitu dengan metode geometrik. 2.2.1.1 Metode Aritmatik Rumus metode ini adalah: Pn Po + Ka (Tn To) 2.1......2.2 II - 3

Dimana: Pn Po Tn To Ka P1 P2 T1 T2 = jumlah penduduk pada tahun ke-n = jumlah penduduk pada tahun dasar = tahun ke n = tahun dasar = konstanta aritmatik = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I = jumlah penduduk pada tahun terakhir = tahun ke I yang diketahui = tahun ke II yang diketahui 2.2.1.2 Metode Geometrik Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Jadi pertumbuhan penduduk dimana angka pertumbuhan adalah sama atau konstan untuk setiap tahun. Rumus untuk menghitungnya: Pn = Po(1+r)ⁿ...2.3 dimana: Pn Po r n = jumlah penduduk pada tahun ke n = jumlah penduduk pada tahun dasar = laju pertumbuhan penduduk = jumlah interval tahun II - 4

2.2.1.3 Metode Least Square Metode ini menggunakan rumus regresi linear dengan penjelasan sebagai berikut : Ŷ = a + bx.2.4 dimana : Ŷ X a b = nilai variabel berdasarkan garis regresi = variabel independen = konstanta = koefisien arah regresi linear Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut: 2.5 2.6 Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan dengan persamaan lain, yaitu: a = Y bx 2.7 dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X. 2.2.1.4 Metode Trend Logistic Metode trend logistic menggunakan persamaan sebagi berikut:...2.8 II - 5

dimana : Y X = jumlah penduduk pada tahun ke-x = jumlah interval tahun K, a & b = konstanta Untuk menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan analisis dengan menghitung standar deviasi atau koefisien korelasi. Rumus standar deviasi dan koefisien korelasi adalah sebagai berikut: a. Standar Deviasi....2.9...2.10 dimana : s Xi X n = standar deviasi = variabel independen X (jumlah penduduk) = rata-rata X = jumlah data Metode perhitungan proyeksi yang paling tepat adalah metode yang memberikan harga standar deviasi terkecil. II - 6

b. Koefisien Relasi Metode perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan koefisien paling mendekati 1 adalah metode yang terpilih. 2.3 Kebutuhan Air Bersih Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan secara berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air mendapat prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Kebutuhan akan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan. Sedang kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/wawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga. II - 7

2.4 Definisi dan Persyaratan Kuantitas Air Bersih 2.4.1 Definisi Air Bersih Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. 2.4.2 Persyaratan Kualitas dan Kuantitas Air Bersih a. Kualitas Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, standar kualitas air bersih adalah seperti tabel berikut: Parameter Tabel 2.1. Standar Kualitas Air Bersih Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Keterangan A. FISIKA Bau - - Tidak Berbau Jumlah padat terlarut mg/l 1.500 (TDS) Kekeruhan skala NTU 25 Rasa - - Tidak berasa Suhu C Suhu udara ±3 C Warna skala TCU 50 B. KIMIA a. Kimia Anorganik Air Raksa mg/l 0.001 Aluminium mg/l - Arsen mg/l 0.05 Barium mg/l II - 8

Kadar maksimum Satuan Parameter yang diperbolehkan Besi mg/l 1 Fluorida mg/l 1.5 Kadmium mg/l 0.005 Kesadahan (CaCO3) mg/l 500 Klorida mg/l 600 Kromium Valensi 6 mg/l 0.05 Mangaan mg/l 0.5 Natrium mg/l 200 Nitrat, sebagai N mg/l 10 Nitrit, sebagai N mg/l 1 Perak mg/l 0.05 Ph mg/l 6.5-9 Selenium mg/l 0.01 Seng mg/l 15 Sianida mg/l 0.1 Sulfat mg/l 400 sulfida sebagai H2S mg/l - Tembaga mg/l - Timbal mg/l 0.05 b. Kimia Organik mg/l Aldrin dan Dieldrin mg/l 0.0007 Benzene mg/l 0.01 Benzene mg/l 0.00001 Benzo (A) Pyrene mg/l 0.007 Chlordane (Total Isomer) mg/l 0.03 Chloroform mg/l 0.1 2,4 D mg/l 0.03 DDT mg/l 0.5 Detergent mg/l 0.01 1,2-Dichloroetane mg/l 0.0003 1,1-Dichloroetane mg/l 0.003 Heptachlor dan Heptachlor Epoxide mg/l 0.00001 Gamma-HCH (lindane) mg/l 0.004 Metoxychlor mg/l 0.1 Pentachlorophenol mg/l 0.01 Pestisida Total mg/l 0.1 2,4,6 trichlorophenol mg/l 0.01 Zat organik (KMnO4) mg/l 10 Keterangan merupakan batas max dan min II - 9

Parameter C. MIKROBIOLOGIK Koliform tinja Satuan jumlah/100ml Kadar maksimum yang diperbolehkan Keterangan Total Koliform jumlah/100ml 5010 bukan air perpindahan air perpipaan D. RADIO AKTIFITAS Aktifitas alpha (Gross Alpha Activity) Bq/L 0.1 Aktifitas betha (Gross Bq/L 1 Alpha Activity) (Sumber : Peraturan Mentri Kesehatan, 1990) b. Kuantitas Air Bersih Tiap orang perhari membutuhkan air dengan jumlah yang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor kebudayaan, status sosial-ekonomi dan standar hidup, kesadaran terhadap kebersihan, penggunaan untuk hal-hal produktif, biaya yang dikeluarkan untuk air bersih dan kualitas air. Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3-10 liter per hari, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya. Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. II - 10

2.5 Tipe Kebutuhan Air Bersih Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memenuhi keperluan sehari-hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang ditetapkan. Kebutuhan air bersih didefinisikan sebagai jumlah air bersih yang dibutuhkan atau yang diminta dalam suatu sistem. Kebutuhan air untuk fasilitas-fasilitas sosial ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan pelayanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih meliputi iklim, karakteristik daerah, ukuran kota, sistem sanitasi yang digunakan, sistem operasi dan pemeliharaan, tekanan air dalam pipa, kualitas air, penggunaan materi air, tingkat ekonomi masyarakat dan harga air. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan air bersih seperti jumlah penduduk, fasilitas air bersih dan aktivitas sehari-hari. Dalam analisis kebutuhan air bersih, kebutuhan air yang diperhitungkan meliputi kebutuhan air domestik dan kebutuhan air non domestik (Direktoral Jendral Cipta Karya, 1996). 2.5.1 Kebutuhan Air Domestik Air bersih yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari disebut sebagai kebutuhan domestik (domestic demand) dalam hal ini termasuk air minum, masak, membersihkan toilet dan sebagainya. II - 11

Kebutuhan dasar domestik merupakan kebutuhan air bersih bagi penduduk lingkungan perumahan yang terbatas pada keperluan rumah tangga seperti mandi, minum, memasak, dan lain lain (Kementrian PU, Kebutuhan Air Hari Maksimum ). Tingginya kebutuhan ini tergantung pada perilaku, status sosial dan juga kondisi iklim (BSN Raju, 1995). Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari. Analisis sektor domestik untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan. Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air domestik saat ini dan di masa yang akan datang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air perkapita. Kebutuhan air perkapita dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan kebiasaan atau tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, dalam memperkirakan besarnya kebutuhan air domestik perlu dibedakan antara penduduk daerah urban (perkotaan) dan daerah rural (perdesaan). Adanya pembedaan kebutuhan air dilakukan dengan dipertimbangkan bahwa penduduk di daerah urban cenderung memanfaatkanair secara berlebih dibandingkan penduduk daerah rural. Besarnya konsumsi air dapat memacu pada berbagai macam standar yang telah dipublikasikan. Tabel 2.2 menyajikan standar kebutuhan air domestik menurut peraturan dari Departemen Cipta Karya. II - 12

Tabel 2.2 Kriteria Perencanaan Air Bersih NO URAIAN KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH JIWA >1.000.000 500.000 s/d 1.000.000 100.000 s/d 500.000 20.000 s/d 100.000 < 20.000 METRO BESAR SEDANG KECIL DESA 1 2 3 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Konsumsi unit sambungan rumah (SR) l/o/h Konsumsi unit hidran umum (HU) l/o/h Konsumsi unit non domestik l/o/h (%) 190 170 130 100 80 30 30 30 30 30 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30 4 Kehilangan air 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30 5 Faktor hari maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 6 Faktor jam puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 7 Jumlah jiwa per SR 5 5 5 5 5 8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 100 9 Sisa tekan di penyediaan distribusi 10 10 10 10 10 (mka) 10 Jam operasi 24 24 24 24 24 11 Volume reservoir (% max day demand) 12 SR : HU 20 20 20 20 20 50:50 s/d 80:20 50:50 s/d 80:20 80:20 70:30 70:30 13 Cakupan pelayanan 90 *) 90 90 90 70 **) *) 60% perpipaan, 30% non perpipaan **) 25% perpipaan, 45% non perpipaan (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) II - 13

2.5.2 Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan dasar air non domestik merupakan kebutuhan air bagi penduduk air bagi penduduk di luar lingkungan perumahan (kementrian PU, Kebutuhan Air Hari Maksimum ). Kebutuhan air non domestik sering juga disebut kebutuhan air perkotaan (municipal). Besar kebutuhan air bersih ini ditentukan banyaknya konsumen non domestic yang meliputi fasilitas perkantoran (pemerintah dan swasta), tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll), pendidikan (sekolah-sekolah), komersil (took, hotel), umum (pasar, terminal) dan industri. Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Untuk memperkirakan kebutuhan air perkotaan suatu maka diperlukan data-data lengkap tentang fasilitas pendukung kota tersebut. Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada analisis data pertumbuhan terakhir fasilitas-fasilitas social ekonomi yang ada pada wilayah perencanaan. Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori: 1. Kota Kategori I (Metro) 2. Kota Kategori II (Kota Besar) 3. Kota Kategori III (Kota Sedang) 4. Kota Kategori IV (Kota Kecil) 5. Kota Kategori V (Desa) Kebutuhan air non domestik menurut kriteria perencanaan pada Dinas PU dapat dilihat dalam Tabel 2.3 sampai Tabel 2.5. Tabel-tabel tersebut menampilkan II - 14

standar yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air perkotaan apabila data rinci mengenai fasilitas kota dapat diperoleh. Tabel 2.3 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori I, II, III, IV No. SEKTOR NILAI SATUAN 1 Sekolah 10 Liter/murid/hari 2 Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari 3 Puskesmas 2000 Liter/hari 4 Masjid 3000 Liter/hari 5 Kantor 10 Liter/pegawai/hari 6 Pasar 12000 Liter/hektar/hari 7 Hotel 150 Liter/bed/hari 8 Rumah Makan 100 Liter/tempat duduk/hari 9 Komplek Militer 60 Liter/orang/hari 10 Kawasan Industri 0,2-0,8 Liter/detik/hektar 11 Kawasan Pariwisata 0,1-0,3 Liter/detik/hektar (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa) No. SEKTOR NILAI SATUAN 1 Sekolah 5 Liter/murid/hari 2 Rumah Sakit 200 Liter/bed/hari 3 Puskesmas 1200 Liter/hari 4 Hotel/losmen 90 Liter/hari 5 Komersial/Industri 10 Liter/hari (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Kategori Lain No. SEKTOR NILAI SATUAN 1 Lapangan Terbang 10 Liter/detik 2 Pelabuhan 50 Liter/detik 3 Stasiun KA dan Terminal Bus 1200 Liter/detik 4 Kawasan Industri 0,75 Liter/detik/hektar (Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, 2000) Cara lain untuk menghitung besarnya kebutuhan perkotaan adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air perkotaan yang didasarkan pada kebutuhan II - 15

air rumah tangga (domestic). Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan presentase dari jumlah kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan presentase dari jumlah kebutuhan rumah tangga, berkisar antara 25 40% dari kebutuhan air rumah tangga. Angka 40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi seperti Jakarta. Kebutuhan air perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel ini digunakanbila tidak ada data rinci mengenai fasilitas kota. Tabel 2.6 Besarnya Kebutuhan Air Non Domestik Menurut Jumlah Penduduk Kriteria (Jumlah Penduduk) Jumlah Kebutuhan Air Non Domestik (% Kebutuhan Air Rumah Tangga) >500.000 40 100.000 500.000 35 <100.000 25 (Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.) 2.6 Standar Pelayanan Minimal Untuk Pemukiman Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas perkotaan tersebut. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Sesuai Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana wilayah No.534/KPTS/M/2001 tentang pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan dan pemukiman dan pekerjaan umum yang menerangkan tentang standar pelayanan minimal untuk pemukiman yang tertera pada Tabel 2.7. II - 16

Tabel 2.7 Standar Pelayanan Minimal Untuk Pemukiman Bidang Pelayanan Indikator Standar Pelayanan Cakupan Tingkat Pelayanan Kualitas a. Sarana lingkungan Kelengkapan Satuan Minimal tersedia Mudah diakses sarana niaga sarana niaga Lingkungan 1 pasar untuk setiap dengan jumlah 30.000 penduduk Penduduk 30.000 jiwa b. Sarana -Jumlah anak Satuan Minimal tersedia Penyakit, sumber bau/sampah pendidikan usia sekolah Lingkungan -1 unit TK untuk dan pencemaran lainnya dengan yang tertampung jumlah setiap 1000 -Sebaran fasilitas Penduduk penduduk pendidikan 30.000 jiwa -9 SD, 3 SLTP, c. Sarana pelayanan Kesehatan d. Sarana pelayanan Umum -Kelengkapan Sarana pendidikan -Sebaran fasilitas 1 SMU Satuan lingkungan Minimal tersedia: Lokasi di pusat dengan jumlah -1 unit balai lingkungan/kecamatan,bersih, pelayanan kesehatan/ jangkauan pelayanan Penduduk pengobatan/3.000 tenang,jauh dari sumber kesehatan 30.000 jiwa Jiwa Penyakit, sumber bau/sampah -Tingkat harapan -1 unit BKIS/RS dan pencemaran lainnya Hidup Bersalin/10.000 30.000 jiwa -1 unit Puskesmas/ 30.000 jiwa Satuan -Jangkauan dan lingkungan Minimal tersedia: dengan -1 unit pos tingkat pelayanan jumlah pemadam Penduduk kebakaran 30.000 jiwa -1 unit kantor polisi/ 30.000 jiwa -1 unit kantor pos pembantu -1 unit Bank Cabang pembantu (Sumber : Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Dep. PU.) II - 17