Hubungan Antara Lebar Panggul Dengan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan Stephanie Renni Anindita 1, Arif Rahman Sadad 1, Tuntas Dhanardhono 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KELENGKAPAN ADMINISTRASI STAF MEDIS KEDOKTERAN FORENSIK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG MENGHADAPI AKREDITASI RUMAH SAKIT

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

Perbandingan Korelasi Penentuan Tinggi Badan antara Metode Pengukuran Panjang Tibia Perkutaneus dan Panjang Telapak Kaki

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

Setuju dalam mengikuti penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TANGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

PROFIL KORBAN KASUS PEMERIKSAAN KERANGKA DI PROVINSI RIAU PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DAN TINGGI BADAN MAHASISWI SUKU BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

HUBUNGAN ANTARA PANJANG ULNA DENGAN JENIS KELAMIN DAN TINGGI BADAN

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup penelitian bidang ilmu Fisiologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di TPA/PAUD dan TK di wilayah kota Semarang pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Kampung Batik Semarang 16. Pengumpulan data dilakukan pada Maret 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN PANJANG ULNA PADA ETNIS SANGIHE DEWASA DI MADIDIR URE

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mencangkup keilmuan Biokimia, Geriatri, Neurosains.

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN ATAS

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB IV METODE PENELITIAN. Medikolegal serta Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang yang memberikan ijin untuk dilakukannya penelitian.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kesehatan Anak (bagian tumbuh kembang. anak)

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi.

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Jl. Plamongan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Anestesi dan Ilmu Bedah Jantung.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang mencakup bidang Ilmu Fisiologi

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR

BAB III METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang anatomi dan ergonomi.

Transkripsi:

Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 Hubungan Antara Lebar Panggul Dengan Jenis Kelamin dan Tinggi Badan Stephanie Renni Anindita 1, Arif Rahman Sadad 1, Tuntas Dhanardhono 1 Abstrak Untuk mengantisipasi apabila tidak semua anggota tubuh manusia dapat diemukan dalam suatu kasus, ahli antropologi forensik di seluruh dunia berusaha untuk menentukan perkiraan tinggi badan menggunakan berbagai macam tulang di tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari cara menentukan perkiraan tinggi badan dengan melihat adanya hubungan antara lebar panggul, tinggi badan dan jenis kelamin. Penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah mahasiswa kepaniteraan klinik Forensik dan Medikolegal, berusia 21 25 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi, laki-laki (n=80) dan perempuan (n=80). Kemudian dilakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara lebar panggul dan tinggi badan pada laki-laki dan perempuan, kemudian dikalkulasikan rumus regresi linier untuk pengukuran tinggi badan. Pada laki-laki didapatkan nilai maksimum untuk tinggi badan 184 cm dan nilai minimum 155 cm, nilai median didapatkan 169.7 cm dan nilai rata-rata tinggi badan 169.8 cm dengan standar deviasi 5.59. Pada uji korelasi pearson terhadap hubungan antara lebar panggul dan tinggi badan pada laki-laki, didapatkan nilai signifikansi p < 0.05. Pada perempuan, didapatkan nilai minimum tinggi badan 144.5 cm, nilai maksimum 165.30 cm, dengan nilai median 156.5 cm. Nilai rata-rata tinggi badan didapatkan 156.17 dengan standar deviasi 4.92. Didapatkan rata-rata lebar panggul 25.01 cm dengan standar deviasi 2.11 cm. Uji korelasi antara lebar panggul dan tinggi badan pada perempuan didapatkan p < 0.05. Terdapat korelasi yang kuat antara lebar panggul dan tinggi badan pada kelompok perempuan dan laki-laki. Didapatkan hubungan yang signifikan antara lebar panggul dan tinggi badan pada kelompok perempuan dan laki-laki. Kata kunci: antropologi forensik, lebar panggul, tinggi badan. Afiliasi Penulis : 1. Program Pendidikan Dokter Spesialis I, Bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang Korespondensi: Stephanie Renni Anindita stephie.anindita@gmail.com, Telp. (024) 8413476 Fax. (024) 8318350 PENDAHULUAN Dalam mengidentifikasi korban mati, proses identfiikasi personal sangat diperlukan untuk alasan etik dan humanitarian (agar keluarga korban dapat memastikan anggota keluarganya sudah meninggal atau masih hidup), alasan administratif (kepentingan statistik atau proses penguburan) serta alasan legal (investigasi dugaan tidak kejahatan, mengurus asuransi, warisan, penghapusan catatan kejahatan atau utang-piutang). Pada kasus dimana mayat masih dalam keadaan segar, identifikasi secara visual baik secara langsung atau melalui fotografi dapat dengan mudah dilakukan (dengan mengenali warna kulit, warna rambut, tato, tahi lalat atau ciri khas individual lainnya). 1 Dalam mengidentifikasi korban, terdapat empat kategori dasar yang berhubungan dengan identitas individualnya yaitu : jenis kelamin, usia saat kematian, tinggi badan dan ras. 2 Untuk mengantisipasi apabila tidak semua anggota tubuh manusia dapat diemukan dalam suatu kasus, ahli antropologi forensik di seluruh dunia berusaha untuk dapat menentukan perkiraan tinggi badan menggunakan berbagai macam tulang di tubuh manusia. 3 Penelitian ini bertujuan untuk mencari cara menentukan perkiraan tinggi badan dengan melihat adanya hubungan antara lebar panggul, tinggi badan dan jenis kelamin. Tulang panggul merupakan tulang yang berada pada dasar tulang vertebra. 264 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

Berdasarkan data dari Korovesis et al dalam Medium and Long Term Results of Open Reduction and Internal Fixation for Unstable Pelvic Ring Fractures, patah tulang panggul sangat jarang terjadi dan pada orang dewasa hanya mencakup 3% dari total populasi. 4 Sedangkan pada anak-anak, menurut buku Children's Orthopaedics and Fractures, patah tulang panggul hanya mencakup 1-2% dari keseluruhan kasus patah tulang yang ditangani oleh ahli bedah ortopedi anak. 5 Penggunaan tulang panggul dalam antorpologi forensik banyak digunakan dalam menentukan jenis kelamin. Akurasi penggunaan tulang panggul dalam menentukan jenis kelamin mencapai 96%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nindi et al pada tahun 2012 terhadap 20 orang responden wanita di Manado, didapatkan adanya korelasi antara distansia spinosum dan tinggi badan. Namun pada penelitian tersebut, hanya terbatas pada jenis kelamin wanita saja. 6 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara menentukan perkiraan tinggi badan dengan melihat adanya hubungan antara ras, tinggi badan serta distansia spinarum pada laki-laki dan perempuan. METODE Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional terhadap lebar panggul dengan tinggi badan dan jenis kelamin pada mahasiswa kepanitraan klinik Forensik di RS Umum Pusat Dr. Kariadi semarang. Subyek penelitian adalah mahasiswa kepaniteraan klinik Forensik dan Medikolegal, berusia 21 25 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi didasarkan pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, berusai dengan atau di atas 21 tahun, tidak memiliki riwayat cedera dan kelainan ekstremitas bawah serta tulang belakang. Kriteria eksklusi didasarkan pada orang-orang yang tidak dapat berdiri sempurna ketika pengukuran tinggi badan, serta menolak untuk dilakukan pengukuran tinggi badan dan tulang ekstremitas bawah. Sebelum penelitian dilakukan, ethical clearance telah dimintakan dari Komis Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian ditanggung oleh peneliti. Pada penelitian ini terkumpul sampel sejumlah n = 160, laki-laki (n=80) dan perempuan (n=80). Lebar panggul diukur saat subyek penelitian berdiri dengan kedua tumit dapat dan ujungpelvimetri di taruh pada krista iliaka di tempat yang memberi diamter maksimum. Penekanan kuat diterapkan pada pelvimetri untuk menyingkirkan jaringan lemak yang menutupi tulang. Pengukuran dilakukan dengan posisi peneliti berada di depan subyek. 7 Tinggi badan diukur dengan menggukur dimensi tubuh yang diukur dari puncak kepala (vertex) sampai ke tumit (heel) pada saat tubuh dalam posisi badan berdiri tegak lurus sempurna menggunakan alat stature 2 M yang sudah dikalibrasi. Kemudian dilakukan analisis nilai maksimum, minimum, median, rata-rata dan standard devisasi untuk lebar panggul serta tinggi badan pada kelompok laki-laki dan perempuan. Dilakukan uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov untuk menguji distribusi data tinggi badan serta lebar panggul, lalu analisis bivariat untuk melihat hubungan antara lebar panggul dan tinggi badan pada laki-laki dan perempuan menggunakan SPSS 16.0. 265 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Frekuensi Lebar panggul Pada kelompok laki-laki didapatkan data nilai maksimum untuk tinggi badan 184 cm dan nilai minimum 155 cm, nilai median didapatkan 169.7 cm dan nilai rata-rata tinggi badan 169.8 cm dengan standar deviasi 5.59Sedangkan pada kelompok perempuan, untuk frekuensi didapatkan nilai minimum tinggi badan 144.5 cm, nilai maksimum 165.30 cm, dengan nilai median 156.5 cm. Nilai rata-rata tinggi badan didapatkan 156.17 dengan standar deviasi 4.92 (Tabel 1.) Tabel 1. Frekuensi Tinggi Badan Untuk lebar panggul kelompok lakilaki, didapatkan nilai minimum 20 cm dan nilai maksimum 36 cm, nilai median didapatkan 27.5 cm, serta rata-rata lebar panggul didapatkan 27.8 cm dengan standar deviasi 3.43 cm. Untuk lebar panggul kelompok perempuan didapatkan nilai minimum 20 cm dan maksimum 35 cm, dengan nilai median 25 cm. Didapatkan rata-rata lebar panggul 25.01 cm dengan standar deviasi 2.11 cm (Tabel 2). Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil distribusi data normal untuk tinggi badan dan lebar panggul dengan nilai signifikansi 0.992 ( > 0.05) untuk tinggi badan dan 0.863 ( > 0.05) untuk lebar panggul. Uji normalitas data menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil distribusi data normal untuk tinggi badan dengan nilai signifikansi 0.947 ( > 0.05) dan begitu juga dengan lebar panggul didapatkan nilai signifikansi 0.114 ( > 0.05). Pada uji korelasi antara lebar panggul dan tinggi badan, populasi laki-laki didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara tinggi badan dan lebar panggul dengan nilai p = 0.000 (< 0.05). Pada populasi perempuan didapatkan adanya hubungan signifikan antara tinggi badan dan lebar panggul p = 0,000 ( < 0.05). Dapat disusun rumus regresi linier untuk hubungan antara tinggi badan dan lebar panggul pada kelompok laki-laki dengan rumus sebagai berikut : Pada populasi perempuan didapatkan rumus regeresi linier untuk hubungan 266 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

antara tinggi badan dan lebar panggul untuk perempuan didapatkan hasil sebagai berikut : Kemudian dilakukan uji ANOVA untuk menilai kualitas hasil persamaan yang diperoleh. Pada kelompok laki-laki didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 3) : Berdasarkan uji di atas, nilai p sebesar 0.000 karena nilai p < 0.005 maka rumus ini layak digunakan. Hasil Adjusted R Square pada lingkar pinggang didapatkan nilai 0.167 artinya persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan tinggi badan sebesar 16,7% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada kelompok perempuan didapatkan hasil sebagai berikut (Tabel 4) : Berdasarkan uji di atas, nilai p sebesar 0.000 karena nilai p < 0.005 maka rumus ini layak digunakan. Hasil Adjusted R Square pada lingkar pinggang didapatkan nilai 0.136 artinya persamaan yang diperoleh mampu menjelaskan tinggi badan sebesar 13,6% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pada kasus dimana jenazah ditemukan dalam kondisi tidak utuh, penentuan jenis kelamin, ras, tinggi badan dan usia sangat penting untuk identifikasi. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengukuran lebar panggul dengan tinggi badan dan berat badan pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteraan Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Kariadi Semarang dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara lebar panggul dengan tinggi badan mahasiswa Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteraan Forensik dan Medikolegal RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan bahwa semakin tinggi ukuran badan responden maka ukuran panggul responden semakin lebar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ozaslan et al 8 dimana lebar panggul memiliki hubungan dengan tinggi badan. Hubungan antara tinggi badan dan lebar panggul lebih lemah dibandingkan tulang panjang, tulang tangan dan tulang kaki; namun memiliki hubungan yang mirip dengan penelitian tulang wajah. Pada kasus dimana hampir seluruh bagian tubuh tidak dapat digunakan untuk identifikasi, tulang panggul dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi badan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Waikakul et al yang berjudul Relationship Between Foot Length And The Inter Anterior Superior Iliac Distance terhadap 420 sampel laki-laki dan 180 sampel perempuan, didapatkan hubungan yang kuat antara lebar panggul dan tinggi badan. Pada penelitian sebelumnya, pada penelitian tinggi badan menggunakan tulang panjang didapatkan nilai R yang lebih tinggi. 9 Pada penelitian ini, hubungan antara lebar panggul dan tinggi 267 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017

badan lebih lemah dibandingkan dengan tulang panjang. SIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan signifikan antara lebar panggul dan tinggi badan. Walaupun dapat disimpulkan bahwa hubungan antara elbar panggul dan tinggi badan lemah dibandingkan dengan tulang panjang, rumus regresi linier yang didapatkan pada DAFTAR PUSTAKA 1. Pekka, S. & Knight, B., 2016. Establishment of Identity of Human Remains. Knight's Forensic Pathology Fourth Edition. Boca Raton: CRC Press, p. 95. 2. Thompson, T. & Black, S., 2007. Forensic Human Identification An Introduction. Boca Raton: CRC Press. 3. Kanchan, T. & Krishan, K., 2013. Personal Identification in Forensic Examination. Anthropology, 2(1). 4. Korrovesis, P. 2000. MediumAndLong- TermResults Of Open Reduction And Internal Fixation For Unstable Pelvic Ring Fractures. Journal of Orthopedics., 23(11). Hal: 1165-1171. 5. Michael, B. 2009. Children's Orthopaedics and Fractures, New York City : Springer. 6. Nindy et al. 2012. Ukuran Lebar Panggul Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas penelitian ini dapat berguna pada kasus penemuan jenazah dalam keadaan tidak utuh. Akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik pada populasi tertentu agar hasil yang didapatkan dapat lebih akurat untuk diterapkan pada populasi tertentu. Sam Ratulangi Dengan Tinggi Badan di Bawah 150 cm. Jurnal Biomedik., 4(3). Hal 93-10. 7. Tanner JM, Hiernaux J, Jarman S. Growth and physique studies, In: JS Weiner, JA Lourie, editors. Human Biology. A guide to field methods. IBP Handbook No.9. Oxford: Blackwell Sci. Publ; 1969. p.1-17. 8. Ozaslan et al. 2011. Stature estimation from bi-acromial and bi-iliocristal measurements. Romanian Journal of Forensic medicine [19] hal 171-176. 9. Waikakul S, Vanadurongwan V, Sakarnkosol S. Relationship between foot length and the inter anterior superior iliac distance. Injury 1998;29:763-7. 10. Ruff et al. 2004. Body Mass Prediction From Stature and Bi-iliac Crest Measurement in Two High Latitude Populations, With Application to Earlier Higher Latitude Humans. Journal of Human Evolution [48] hal 381-392. 268 I S B N 978-602-50127-0-9 Pekanbaru, 15-16 Juli 2017