Kata Kunci : Alumina, filter cavity, material dielektrik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013

Pemanen Energi RF 900 MHz menggunakan Antena Mikrostrip Circular Patch

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN ANTENA DENGAN BAHAN POLYMIDE UNTUK PENERIMA PADA APLIKASI GPS

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Telur (Egg) Dengan Slot Lingkaran Pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

Kata Kunci: Antena, CCTV, Crown Patch, Slot Lingkaran II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN. 2.1 Antena Mikrostrip

RANCANG BANGUN BAND PASS FILTER MIKROSTRIP HAIRPIN DENGAN OPEN STUB DAN DEFECTED GROUND STRUCTURE (DGS) UNTUK FREKUENSI UMTS 3G ( MHz)

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGIEMPAT DUAL-BAND (2,3 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II SALURAN TRANSMISI

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP SLOT RECTANGULAR DUAL-BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENCATUAN PROXIMITY COUPLED

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK

BAB 3 ANTENA MIKROSTRIP SLOT SATU DAN DUA ELEMEN DENGAN BENTUK RADIATOR SEGIEMPAT

Mahkota (Crown Antenna) Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI. Gbr. 2.1 Grafik Faktor Refleksi Terhadap. Faktor Refleksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II SALURAN TRANSMISI. tunda ketika sinyal bergerak didalam saluran interkoneksi. Jika digunakan sinyal

PERANCANGAN FILTER SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 2350 MHZ UNTUK APLIKASI SATELIT NANO

BAB III PERANCANGAN ANTENA DAN METODOLOGI PENGUKURAN

PENGARUH BAHAN DIELEKTRIK DALAM UNJUK KERJA WAVEGUIDE

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS PENGUKURAN

Desain Antena Log Periodik Mikrostrip Untuk Aplikasi Pengukuran EMC Pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz

: Widi Pramudito NPM :

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB III PERHITUNGAN, SIMULASI DAN PERANCANGAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

ANALISIS PENGARUH UKURAN GROUND PLANE TERHADAP KINERJA ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PADA FREKUENSI 2.45 GHz

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

Desain Antena Array Mikrostrip Tapered Peripheral Slits Pada Frekuensi 2,4 Ghz Untuk Satelit Nano

PERANCANGAN PEMBANGKITAN FREKUENSI GANDA ANTENA MIKROSTRIP SEGITIGA SAMA SISI MENGGUNAKAN TEKNIK SAMBATAN ELEKTROMAGNETIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

DAFTAR PUSTAKA. 1. Balanis Constatantine, A John Wiley - Sons Analysis And Design Antena Theory Third Edition.

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

UNIVERSITAS INDONESIA. RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DENGAN METAMATERIAL CSRR PADA FREKUENSI 2,6 2,7 GHz SKRIPSI

RANCANG BANGUN ANTENA SUSUN MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT DUAL BAND (2,3 GHz DAN 3,3 GHz) DENGAN PENGGUNAAN STUB

BAB II DASAR TEORI. yang dibangkitkan dengan frekuensi yang lain[1]. Filter digunakan untuk

BAB 4 PENGUKURAN ANTENA, HASIL dan ANALISA

PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER DENGAN SELEKTIVITAS TINGGI PADA BAND FREKUENSI 1.27 GHZ

BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI

Desain Antena Helix Dan Loop Pada Frekuensi 2.4 GHz Dan 430 MHz Untuk Perangkat Ground Station Satelit Nano

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP TRIPLE-BAND LINEAR ARRAY 4 ELEMEN UNTUK APLIKASI WIMAX TESIS

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. Short Range Wireless mempercepat perkembangan tersebut. Gambar 1.1

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PERSEGI PANJANG 2,4 GHZ UNTUK APLIKASI WIRELESS FIDELITY (WI-FI)

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA CO-PLANAR DENGAN METODE BAND GAP UNTUK PENINGKATAN BANDWIDTH PADA FREKUENSI S-BAND

Broadband Metamaterial Microstrip Filter

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

PERANCANGAN DAN SIMULASI ANTENA MIKROSTRIP DOUBEL BIQUAD PADA FREKUENSI

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE UNTUK FREKUENSI 2,4 GHz

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN ANTENA ARRAY FRACTAL MIKROSTRIP

BAB IV. Perancangan Dan Realisasi Antena Horn

DESAIN ANTENA TEKNOLOGI ULTRA WIDEBAND

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 Id paper: SM142

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Konfigurasi Sirkuit Directional Coupler

PERANCANGAN DAN REALISASI BAND PASS FILTER FREKUENSI TENGAH 2.35 GHz DENGAN METODA PSEUDO-INTERDIGITAL

BAB I PENDAHULUAN. wireless dimana transmisi sinyal tanpa menggunakan perantara konduktor / wire.

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP WIDEBAND H-SHAPED PADA FREKUENSI GHz

PERANCANGAN RECTIFIER ANTENNA MIKROSTRIP ARRAY TIGA ELEMEN UNTUK PEMANEN ENERGI ELEKTROMAGNETIK PADA FREKUENSI GSM 900 MHz

Perancangan dan Pembuatan Antena Mikrostrip Egg Dengan Slot Rugby Ball yang Bekerja pada Frekuensi Ultra Wideband (UWB)

BAB 3 PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

PERANCANGAN TRANSISI KOAXIAL KE WAVEGUIDE WG8. Toni Ismanto 1, Mudrik Alaydrus 2 1,2

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL- BAND ( 2,4 GHz dan 3,3 GHz) DENGAN STUB PADA SALURAN PENCATU

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Di masa yang akan datang diperkirakan komunikasi data akan lebih

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

PERANCANGAN TRANSISI KOAXIAL KE WAVEGUIDE WG8. Toni Ismanto 1, Mudrik Alaydrus 2 1,2

BAB IV HASIL SIMULASI, PENGUKURAN DAN ANALISA Simulasi Parameter Antena Mikrostrip Patch Circular Ring

PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER DENGAN SELEKTIVITAS TINGGI PADA BAND FREKUENSI 1.27 GHZ

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT PLANAR ARRAY 4 ELEMEN DENGAN PENCATUAN APERTURE-COUPLED UNTUK APLIKASI CPE PADA WIMAX

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP TRIANGULAR UNTUK APLIKASI WiMAX PADA FREKUENSI MHz dan MHz

Perancangan dan Pembuatan Antena Low Profile. pada Frekuensi 900 MHz

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER MIKROSTRIP RING SQUARE RESONATOR PADA FREKUENSI X-BAND (9.4 GHZ) UNTUK RADAR FM- CW PENGAWAS PANTAI

DESIGN AND REALIZATION OF HAIRPIN BAND-PASS FILTER 8 TH ORDER CHEBYSHEV FOR SYNTHETIC APERTURE RADAR 1.27 GHz

Pengaruh Dimensi Kumparan Terhadap Efisiensi Energi Pada Sistem Pengiriman Daya Listrik Tampa Kabel

Pengembangan Antena Mikrostrip Susun untuk Radar Pengawas Pantai Microstrip Antenna Array for Coastal Surveillance Radar

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

RANCANG BANGUN BAND PASS FILTER DENGAN METODE HAIRPIN MENGGUNAKAN SALURAN MIKROSTRIP UNTUK FREKUENSI 2,4-2,5 GHZ

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

PERANCANGAN ANTENA WAVEGUIDE 6 SLOT PADA FREKUENSI 2,3 GHZ UNTUK APLIKASI LTE-TDD

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

ANALISA ANTENA DIPOLE-λ/2 PADA MODUL PRAKTIKUM B4520 MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS VERSI 10.0 DAN CST MICROWAVE STUDIO 2010

Perancangan Filter Bandpass Ultra Wideband (UWB) Berbasis Metamaterial Menggunakan Teknik Stepped Impedance Resonator (SIR)

3 BAB III PERANCANGAN PABRIKASI DAN PENGUKURAN

ANALISIS PENGARUH FREKUENSI TERHADAP REDAMAN PADA KABEL KOAKSIAL

BAB 4 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS ANTENA

SKRIPSI. PERANCANGAN ANTENA BOW-TIE MIKROSTRIP PADA FREKUENSI 1.6 GHz UNTUK SISTEM GROUND PENETRATING RADAR (GPR) ALFIN HIDAYAT

DUAL FREQUENCY ANTENA MIKROSTRIP

BAB II DASAR TEORI. (transmitting antenna) adalah sebuah transduser (pengubah) elektromagnetis,

Transkripsi:

RANCANG BANGUN FILTER CAVITY SILINDRIS YANG DIBEBANI DIELEKTRIK ALUMUNIUM OKSIDA UNTUK APLIKASI GSM 9 MHZ Aditya Inzani Wahdiyat 1, Fitri Yuli Zulkifli 2, Eko Tjipto Rahardjo 3 1,2,3 Antenna Propagation and Microwave Research Group (AMRG) Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (21) 72711 ext 51. Fax: (21) 72777 E-mail: 1 adityainzani @yahoo.com, 2 yuli@ee.ui.ac.id, 3 eko@ee.ui.ac.id Dalam skripsi ini Filter Cavity Silindris yang Dibebani Dielektrik Alumunium Oksida untuk Aplikasi GSM 9 MHz dibahas karena mempunyai keuntungan-keuntungan seperti bandwidth yang sempit, slope yang baik, insertion loss yang kecil dan dapat digunakan untuk daya yang besar tanpa menggati rangkaian lainnya. Material dielektrik yang digunakan pada skripsi ini adalah Alumina (Alumunium Oksida) dengan nilai permitivitas εr = 9.6. Alumina digunakan karena kemampuannya yang tahan terhadap tmperatur tinggi di dalam BTS, dan memiliki nilai permitivitas yang tinggi, sehingga mampu meminiaturisasi ukuran cavity. Bandwidth yang didapatkan setelah melakukan pengukuran adalah sebesar 95 MHz dengan besar ripple 2,532 dan insertion loss 9,478. Kata Kunci : Alumina, filter cavity, material dielektrik I. PENDAHULUAN enggunaan teknologi komunikasi bergerak (mobile Pcommunication) sampai dengan saat ini sangatlah populer. Ini ditandai dengan berkembangnya sistem-sistem baru berbasis dijital yang menyediakan layanan dengan kanal yang sangat besar sehingga mampu mengirim data yang sangat besar seperti data suara dan gambar. Akan tetapi teknologi komunikasi yang masih bisa dikatakan bertahan sampai sekarang adalah teknologi GSM (Global System for Mobile Communication) yang digunakan hampir diseluruh dunia. Frekuensi yang digunakan untuk teknologi GSM di Indonesia adalah frekuensi 9 MHz dan frekuensi 18 MHz. Penggunaan frekuensi tinggi tersebut akan menyebabkan beberapa masalah, dan masalah yang terpenting adalah jika sistem GSM tersebut tidak memiliki alat selektivitas yang cukup bagus. Oleh karena itulah digunakan filter untuk memilih frekuensi yang diinginkan dan memberikan atenuasi pada frekuensi yang tidak diinginkan. Material dielektrik yang mempunyai nilai permitivitas relatif (ε r ) untuk frekuensi tinggi mempunyai peran yang sangat besar di dalam bidang telekomunikasi. Dengan adanya revolusi dalam komunikasi bergerak dan sistem komunikasi satelit yang menggunakan frekuensi tinggi sebagai frekuensi karir, perkembangan di bidang miniaturisasi divais gelombang pendek menjadi sebuah tantangan tersendiri. Dielektrik keramik oksida telah mengubah industri komunikasi bergerak dengan mengurangi dimensi dan biaya dari divais gelombang pendek seperti filter, osilator, dan banyak komponen lainnya. Faktor Kualitas (Q) yang tinggi akan meminimalisir insertion loss dari sebuah rangkaian dan dapat digunakan sebagai sebagai divais selektivitas yang baik[1]. Selain itu, sebuah material dielektrik sangat tahan terhadap temperatur yang ekstrim (1 C 3 C). Keperluan bandwidth kurang dari 1 MHz di frekuensi 9 MHz dan besarnya daya RF yang akan dikirim atau diterima oleh base station GSM, memerlukan suatu filter yang khusus. Maka, digunakanlah filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material untuk mengatasi masalah tersebut, dikarenakan filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material memiliki nilai faktor kualitas (Q) yang besar, dan tahan terhadap temperatur tinggi. Inilah mengapa filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material dipilih untuk dijadikan filter pada Base Station untuk GSM. II. FILTER CAVITY DAN MATERIAL DIELEKTRIK Filter adalah suatu divais yang sering digunakan dalam industri komunikasi yang berguna untuk memisahkan sinyal informasi dari sinyal-sinyal lain yang tidak diinginkan seperti interferensi, noise dan distorsi [2]. Peralatan ini sering dipakai baik pada transmitter, receiver, ataupun juga pada peralatan pengukuran. Gambar 1 Respon Frekuensi Filter Sempurna Filter akan secara selektif memilih frekuensi tertentu yang akan dilewatkan pada sistem dan memberikan atenuasi yang

besar pada frekuensi yang tidak diinginkan [3]. Pada Gambar 1 adalah respon frekuensi dari filter passband yang sempurna. Pada frekuensi diatas 1. MHz, rangkaian resonan lain hanya akan memiliki nilai kualitas faktor Q yang relatif kecil, oleh karena itu dengan menggunakan filter cavity dimana menggunakan dinding konduktor, nilai kualitas faktor Q akan sangat tinggi. Secara umum, cavity resonator adalah sebuah konduktor tertutup yang dapat menyimpan energi gelombang elektromagnetik[4]. Energi medan magnet dan medan listrik yang disimpan akan menentukan nilai ekivalen dari induktansi dan kapasitansi, sedangkan energi yang terdisipasi pada dinding konduktor akan menentukan nilai ekivalen dari resistansi. Inilah yang menyebabkan cavity resonator juga dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis rangkaian resonan dan dapat digunakan sebagai filter. Cylindrical cavity resonator adalah cylindrical waveguide dengan kedua ujungnya di tutup oleh dinding konduktor (Gambar 2). Fungsi gelombang dalam circular resonator harus memenuhi persamaan Maxwell. frekuensi resonan TE dapat dirumuskan dengan persamaan: resonator dan permitivitas rendah untuk aplikasi gelombang pendek, dielektrik loss (loss tangent) yang rendah dan koefisien temperatur yang rendah[5]. Permitivitas relatif dari sebuah material akan menunjukan seberapa besar penyimpanan energy oleh dielektrik tersebut pada saat beda potensial dilewatkan ke padanya. Untuk meminiaturisasi rangkaian gelombang, dielektrik material dengan nilai permitivitas relatif yang tinggi. Nilai permitivitas yang tinggi akan meminiaturisasi rangkaian dikarenakan panjang gelombang pada bahan dielektrik berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari nilai permitivitas dari dielektrik itu sendiri seperti ditunjukan pada persamaan[6]: λ = d λ ε Alumunium Oksida (alumina) adalah salah satu contoh dari material dielektrik. Alumina memiliki titik leleh yang sangat tinggi yaitu sekitar 25 C dengan nilai permitivitas sekitar 1, selain itu memiliki konduktivitas termal yang relative tinggi dan dielektrik loss yang rendah. r (2) f r 2 2 1 X ' np qπ = + 2π µε a d (1) III. PERANCANGAN FILTER CAVITY SILINDRIS YANG DIBEBANI DIELEKTRIK MATERIAL DAN SIMULASI Pada Gambar 3 dapat terlihat perbandingan antara cavity resonator tanpa dielektrik dan dengan dielektrik. Dengan menggunakan bahan dielektrik, jari-jari dan tinggi cavity menjadi semakin kecil. Gambar 3 Perbandingan Dimensi Cavity Gambar 2 Waveguide Silindris Dengan menggunakan filter cavity, nilai faktor kualitas dari filter akan menjadi semakin besar. Penambahan orde yang dilakukan pada filter cavity juga akan menyebabkan nilai dari faktor kualitas semakin bertambah, sehingga atenuasi di frekuensi lain akan menjadi semakin besar. Akan tetapi penambahan orde pada filter cavity akan menyebabkan bertambahnya rugi-rugi akibat dinding konduktor yang semakin luas. Suatu material dielektrik yang mempunyai nilai permitivitas yang tinggi dan memiliki faktor kualitas (Q) yang tinggi dapat digunakan untuk menyimpan suatu energi. Karakteristik dari keramik dielektrik yang paling penting antara lain, permitivitas (ε r ) yang tinggi untuk aplikasi pada Pada perancangan cavity orde dua, jarak antar cavity yang digunakan adalah mendekati setengah gelombang dari frekuensi 9 MHz, dikarenakan diameter cavity yang sudah mencapai 16 mm, sehingga penambahan jarak hanya sedikit saja sekitar 2mm. Gambar 4 Filter Cavity dengan iris

Untuk cavity orde dua, pengkarakterisasian dari rancangan tidak hanya untuk ukuran cavity dan bahan dielektrik, juga dilakukan karakterisasi lebar celah, posisi pencatu dan panjang pencatu. Gambar 4 memperlihatkan karakteristik dari rancangan cavity filter dengan hanya mengubah nilai dari lebar celah, dan semua parameter lain tetap. Variasi dari celah yang dibuat adalah mulai dari 2 mm sampai dengan 11 mm. Dari Gambar 5 tersebut terlihat bahwa semakin besar celah pada cavity akan menyebabkan nilai dari frekuensi high-pass semakin turun ke frekuensi yang lebih rendah, dengan nilai dari frekuensi low-pass tetap di kisaran 91 MHz. Dapat disimpulkan dengan memvariasikan lebar celah akan menyebabkan berubahnya nilai frekuensi high-pass cavity filter. -1 S11 dan S21 8 814 828 842 856 87 884 898 912 926 94 954 968 982 996 S11, Frekuensi celah 11 (MHz) mm S11, celah 1 mm S11, celah 9 mm S11, celah 8 mm S11, celah 7 mm S11, celah 6 mm S11, celah 5 mm Gambar 5 Karakterisasi Iris pada Gambar 3.9, panjang dari feeding yang dibuat adalah mulai dari 3 derajat sampai 18 derajat. Bentuk yang dipilih untuk feeding adalah bentuk loop setengah lingkaran, ini dikarenakan dengan bentuk ini panjang yang dihasilkan akan lebih panjang, mengingat untuk karakteristik panjang feeding mencapai panjang sebesar lambda. S11 dan S21 8 815 83 845 86 875 89 95 92 935 95 965 98 995-1 S11, Frekuensi Posisi 1 (MHz) mm S11, Posisi 15 mm S11, Posisi 2 mm S11, Posisi 25 mm S11, Posisi 3 mm S11, Posisi 35 mm S11, Posisi 4 mm S11, Posisi 45 mm Gambar 7 Karakterisasi Letak Pencatu Seperti terlihat pada Gambar 6, karakterisasi yang selanjutnya dilakukan adalah karakterisasi posisi feeding. Karakteristik dari penempatan posisi feeding dari filter dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 8 Filter cavity dengan iterasi panjang pencatu Gambar 6 Filter cavity dengan iterasi letak pencatu Dapat terlihat bahwa semakin jauh dari dasar cavity akan menyebabkan nilai S11 turun dan nilai S21 akan naik sampai pada nilai 55 mm. Sehingga memvariasikan posisi feeding akan mempengaruhi kondisi matching. Dengan mengatur panjang dari feeding (Gambar 8) akan menghasilkan nilai S11 yang lebih matching. Ini dapat dilihat -1 8 813 826 839 852 865 878 891 94 917 93 943 956 969 982 995 S11 3 Frequency S11 8 (MHz) S11 1 Gambar 9 Karakterisasi Panjang pencatu

Dengan karakterisasi diatas, dilakukan karakterisasi akhir untuk menggeser frekuensi ke frekuensi yang diinginkan dengan mengubah dimensi tinggi dielektrik. Karakterisasi akhir dapat dilihat pada Gambar 1. -1-2 -3 Gambar 12 Keramik Alumina -4 86 865 87 875 88 885 89 895 9 95 91 915 92 925 93 935 94 Frequency (MHz) S11 6 mm S11 62 mm S11 64 mm Gambar 1 Karakterisasi tinggi dielektrik Pada Gambar 11 dapat terlihat bahwa lebar bandwidth yang didapat adalah sebesar 5 MHz, nilai dari insertion loss yang didapat adalah sebesar.567, dengan ripple.111 dan nilai faktor kualitas 1915.45. -1-2 -3 Gambar 13 Alumunium 55-4 S11 Frequency S12 (MHz) 85 856 862 868 874 88 886 892 898 94 91 916 922 928 934 94 Gambar 11 Filter Cavity orde dua IV. FABRIKASI DAN PENGUKURAN Untuk membuat keramik Alumina, bubuk aluminadicampur dengan dopant Kaolin (Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 ) yang merupakan salah satu jenis silikat. Proses sintering di suhu 1-16 C akan menjadikan campuran tersebut semakin kuat. Gambar keramik alumina terlihat pada Gambar 12. Alumunium yang digunakan untuk cavity adalah Alumunium 55 dengan ukuran 2cm x 35cm x 11cm 3 (Gambar 13) yang mempunyai berat jenis sebesar 2,7 gr/cm. Hasil fabrikasi filter cavity dapat terlihat pada Gambar 14. Gambar 14 Hasil Fabrikasi Filter Cavity Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran S-parameter dengan menggunakan Network Analyzer. Untuk mendapatkan nilai S-parameter (S 11 dan S 21 ) pengukuran dilakukan dengan menghubungkan port 1 pada Network Analyzer dengan salah satu konektor N pada filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material dan menghubungkan port 2 Network Analyzer pada konektor lainnya seperti pada Gambar 15

Terlihat bahwa dengan menggunakan bahan dielektrik yang lebih tinggi, akan menggeser frekuensi resonan menuju frekuensi lebih rendah. Dengan menggunakan tinggi dielektrik 4 cm, frekuensi resonan berada pada frekuensi 115 MHz. kemudian pada saat diganti dengan bahan dielektrik yang lebih tinggi (5 cm dan 6 cm) frekuensi resonan bergeser berturut-turut 113 MHz dan 15 MHz. Gambar 15 Prosedur Pengukuran. Alumunium balok yang sudah dibubut kemudian akan diukur dengan menggunakan Network Analyzer untuk mengetahui frekuensi resonannya. Karena pada saat merancang dengan bantuan software tidak dilakukan karakterisasi saat cavity tidak menggunakan keramik dielektrik, nilai S 11 dan S 12 tidak akan maksimal dikarenakan posisi feeding sudah tetap, sehingga yang diukur pada filter cavity tanpa keramik dielektrik hanyalah mencari dimana frekuensi resonan pada mode dominan. Dengan mengukur parameter S 12, didapatkan frekuensi resonan pertama di sekitar frekuensi 1,29 GHz seperti terlihat pada Gambar 16. -1 S12 Filter Cavity Tanpa Dielektrik 85 9 95 1 15 11 115 12 125 13 135 14 145 15 S Frekuensi Gambar 16 Grafik S 12 filter cavity tanpa keramik Dengan memfabrikasi beberapa keramik dengan tinggi berbeda diharapkan akan didapatkan nilai frekuensi tengah yang diinginkan. Iterasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan keramik dielektrik yang berbeda tinggi yaitu 4 cm, 5 cm dan 6 cm. karena posisi kawat tidak bias diubahubah maka nilai yang dibaca pada Network Analyzer hanyalah pada saat pengukuran S 12. Hasil pengukuran dapat terlihat pada Gambar 17. S12 Iterasi Tinggi Dielektrik. -1 S12 Iterasi Jari-Jari Coupling Frekuensi (MHz) 3 cm 4 cm 2.5 cm Gambar 18 Grafik Iterasi Jari-Jari Coupling Dengan menggunakan kawat tembaga N dengan jari-jari kawat sebesar 1 mm, dilakukan iterasi coupling untuk feeding dengan menggunakan jari-jari yang berbeda yaitu 2,5 cm, 3 cm, dan 4 cm. Gambar 4.1 menunjukan grafik hasil dari iterasi coupling. Terlihat dengan mengubah jari-jari coupling akan menyebabkan berubahnya nilai matching dari filter. Hasil pengukuran S-parameter filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material orde dua dapat terlihat pada Gambar 4.11. Dari gambar dapat terlihat bahwa frekuensi tengah dari filter berada pada 995 MHz dengan bandwith 3 dari filter yaitu pada 94 135 MHz atau dengan kata lain mempunyai bandwidth 95 MHz. Nilai insertion loss dari filter tersebut adalah 9,478, dan ripple 2,532. Dari hasil pengukuran filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material tersebut dapat diketahui bahwa filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material mengalami pergeseran frekuensi sebesar 95 MHz, yaitu dari frekuensi tengah hasil dari simulasi sebesar 9 MHz menjadi 995 MHz. -1-2 Pengukuran -1 85 88 91 94 97 1 13 16 19 112 115 118 121 124 127 13 4 cm 5cm Frekuensi Gambar 17 Grafik Iterasi Tinggi Dielektrik -3 85 87 89 91 93 95 97 99 11 13 15 S11 S12 Frekuensi Gambar 19 Grafik Hasil Pengukuran 17 19

Secara garis besar ada beberapa penyebab yang menyebabkan hasil pengukuran filter cavity silindris yang dibebani dielektrik material tidak sesuai dengan hasil simulasi atau dengan kata lain mengalami pergeseran nilai. Nilai permitivitas (ε r ) alumina tidak sesuai dengan saat simulasi. Ini menyebabkan kurang bergesernya frekuensi resonan pada filter. Serbuk alumina yang dipakai untuk membuat keramik memiliki ukuran yang tidak terlalu halus, seperti tertulis pada bab 2 bahwa ukuran serbuk sangat menentukan nilai loss tangent (dielektrik loss). Karena ukuran serbuk cukup besar menyebabkan nilai loss tangent besar, sehingga bandwidth yang dihasilkannya pun akan semakin besar. Ini juga menyebabkan nilai Q (faktor kualitas) menurun. Pada saat melakukan sintering, suhu pembakaran hanya sampai 12 C sehingga keramik yang dihasilkan masih memiliki serpihan serpihan alumina yang belum kering. Alumunium yang digunakan untuk dijadikan cavity mempunyai nilai konduktivitas kecil, yang berarti nilai resistansi akan menjadi besar sehingga insertion loss sistem menjadi sangat besar. V. KESIMPULAN Penggunaan bahan dielektrik di dalam sebuah cavity resonator dapat meminiaturisasi dimensi dari cavity. Nilai dari Q (faktor kualitas) akan semakin besar jika menambah jumlah cavity. Alumina dipilih karena memiliki permitivitas yang tinggi dan tahan terhadap temperatur yang tinggi. Selain itu dengan menggunakan Alumina tanpa dopant akan membuat biaya membuat keramik jauh lebih murah. Hasil pengukuran menunjukan bahwa nilai frekuensi bergeser dikarenakan nilai permitivitas alumina tidak sesuai dengan simulasi. Dari pengukuran didapatkan lebar bandwidth dari filter sebesar 95 MHz dengan besar ripple 2,532 dan insertion loss 9,478. REFERENCES [1] K. M. Luk and K. W. Leung (Eds). Dielectric Resonator Antennas. Research Studies Press Ltd, Baldock, Hertfordshire, UK (22). [2] Carlson,A. Bruce, Crilly, Pul B., Rutledge, Janet C. Communication Systems. McGraw-Hill. 22. Hal. 19 [3] Bowick, Chris. RF Design Circuit. Nomnes. 26. Hal. 23. [4] Liao, Samuel Y. Microwaves Devices And Circuits. Prentice Hall. [5] Sebastian, Mailadil. Dielectric Materials for Wireless Communication. 26 [6] V. B. Bragisnsky and V. S. Ilschenko. Experimental observation of fundamental microwave absorption in high quality dielectric crystals. Phys. Lett. A 12(1987)3 35..