BAB I PENDAHULUAN. (Machmud dan Rukmana, 2010). Undang undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan teknik teknik tertentu dan dapat mewakili populasi (Cooper, D.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang tersedia secara optimal untuk dapat menghasilkan output yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. deskriptif, analisis statistik uji asumsi klasik, dan uji hipotesis. Analisis multiple

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bank berperan sebagai perantara keuangan (financial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank Muamalat Indonesia. Menurut Undang Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Lembaga Keuangan atau yang lebih khusus lagi disebut

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

DAFTAR REFERENSI. Antonio, M. S. (2003). Bank Syari'ah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan lahirnya UU No 7 Tahun1992 tentang perbankan nasional Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. islam bahkan juga di negara-negara barat. Terbukti dengan ditandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

1. PENDAHULUAN. meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini peneliti menguraikan ulasan mengenai jenis penelitian,


BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan perekonomian. Peranan strategis disebabkan oleh fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan menggunakan pendekatan CAMELS pada data penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. negatif, hal tersebut telah memaksa negara negara di dunia seperti perusahan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi bank syariah tidak hanya dalam aspek investasi dana masyarakat (Machmud dan Rukmana, 2010). Undang undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal 4 menjelaskan bahwa bank syariah dapat berperan sebagai fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat, sedangkan untuk dana yang berasal dari uang wakaf, bank syariah dapat menyalurkannya melalui pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Bank syariah yang menjadi lembaga intermediasi atau penghubung antara pemilik dana dengan pihak pengguna dana, mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pihak pihak yang berkaitan dengan bank syariah mulai dari pemilik, masyarakat, pengguna jasa, maupun Otoritas Jasa Keuangan yang berfungsi sebagai pengawas, memiliki kepentingan terhadap kondisi keuangan maupun non keuangan bank syariah. Kondisi kesehatan bank syariah tersebut dapat digunakan oleh pihak terkait sebagai informasi dalam bentuk kehati hatian dan pengambilan keputusan (Amirillah, 2010). Kesehatan dan pertumbuhan perbankan dapat dihitung dengan mengukur tingkat efisiensinya (Heri dan Sugianto, 2011). Elvira (2012) mendefinisikan efisiensi sebagai cara mengelola input tertentu dengan mengalokasikan faktor faktor produksi, sehingga mendapatkan output yang maksimal. Jadi suatu

2 perusahaan dapat dikatakan efisien jika dapat menggunakan input seminimal mungkin untuk mendapatkan output yang sama, atau dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih banyak. Ali dan Ascarya (2010) membagi efisiensi menjadi tiga, yakni efisiensi teknik, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi atau gabuangan dari keduanya. Perbankan dinilai efisien alokatif ketika perbankan dapat mengalokasikan input dengan maksimum (Muljawan, Hafidz, dan Astuti, 2014), sedangkan efisiensi ekonomi yakni efisiensi dalam perbankan yang meminimalkan biaya (Jagwani, 2012). Aspek efisiensi dalam perbankan syariah sangat penting bagi masyarakat karena bank secara efisien teknik akan menggunakan input biaya tenaga kerja dan minumum aktiva untuk mendapatkan output yang maksimal berupa pengembalian kepada masyarakat. Bank yang efisien akan terjamin pendapatannya, sehingga dampaknya terjamin pula dana simpanan dari masyarakat. Hal ini berarti bahwa untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan investasi, dapat dilakukan dengan penilaian kinerja perbankan syariah, salah satunya dengan uji efisiensi perbankan syariah (Elvira, 2012). Salah satu metode pengujian efisiensi adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Pamungkas, 2015). Metode DEA memiliki keunggulan jika dibandingkan alat uji efisiensi lainnya. Sarjono (2008) menjelaskan kelebihan DEA sebagai alat pengukuran efisiensi karena konsepnya yang berbeda dibanding dengan alat ukur lainnya, yakni yang pertama bahwa DEA hanya menghitung efisiensi teknik bukan ekonomi, sehingga nilai yang digunakan hanyalah nilai absolut dari suatu variabel. Kelebihan yang kedua

3 karena nilai efisiensi yang dibandingkan bersifat relatif diantara unit yang diperbandingkan. Beberapa penelitian mengenai uji efisiensi telah dilakukan. Seperti uji efisiensi pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) MMU dan UGT Sidogiri dengan pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis yang dilakukan oleh Ali dan Ascarya (2010) dengan variabel input beban bagi hasil, biaya personalia, dan beban umum dan administrasi. Kemudian variabel outputnya Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah pembiayaan yang disalurkan, pendapatan laba usaha, dan pendapatan operasional lain-lain. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa BMT MMU dan UGT Sidogiri belum efisien secara teknik, meski nilai efisiensinya cenderung naik. Selain itu, Firdaus dan Nadratuzzaman (2013) juga melakukan penelitian mengenai efisiensi dengan obyek penelitian sepuluh BUS di Indonesia selama Kuartal II Tahun 2010 sampai Kuartal IV Tahun 2012. Metode yang digunakanpun menggunakan Data Envelopment Analysis dengan variabel input dalam penelitian tersebut meliputi dana pihak ketiga atau DPK, total aset, dan biaya tenaga kerja. Sementara itu, variabel output yang digunakan adalah pembiayaan dan pendapatan operasional. Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa secara umum tingkat efisiensi sepuluh BUS ini telah efisien, namun jika secara individu maka Bank Muamalat memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi dan Bank Victoria Syariah yang paling rendah. Dari penelitian terdahulu, diketahui beberapa research gap seperti variabel input biaya personalia, biaya umum dan biaya dministrasi yang efisien (Firdaus dan Nadratuzzaman, 2013), namun penelitian yang dilakukan

4 Pamungkas (2015) tentang analisis efisiensi perbankan syariah di Indonesia dengan obyek perbankan syariah di Indonesia yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 menghasilkan bahwa biaya tenaga kerja inefisien. Sedangkan biaya personalia, beban umum dan administrasi, serta biaya tenaga kerja termasuk dalam biaya operasional perbankan. Selain itu dalam penelitian Ali dan Ascarya (2010) variabel input ukuran bank syariah yang diproksikan dengan total aset sudah efisien, namun pada penelitian Pamungkas (2015) inefisien. Adapun variabel output pembiayaan juga sudah efisien (Firdaus dan Nadratuzzaman, 2013), namun Pamungkas (2015) dan Ali dan Ascarya (2010) menjelaskan bahwa variabel pembiayaan inefisien. Selain adanya research gap, diketahui pula adanya research problem berupa perbedaan konsistensi dalam variabel inputoutput, variabel dana pihak ketiga diperlakukan sebagai variabel input pada penelitian Firdaus dan Nadratuzzaman (2013), sedangkan pada penelitian Muljawan, Hafidz, dan Astuti (2014) dan Ali dan Ascarya (2010) diperlakukan sebagai variabel output. Penulis menambahkan variabel output Non Performing Finance (NPF) dan rate of return dalam penelitian ini. Sejauh pengetahuan penulis, kedua variabel output tersebut belum pernah diuji dalam pengujian efisiensi perbankan syariah. Selain itu, untuk membedakan dengan penelitian terdahulu, penulis juga menambahkan variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Net Income Margin (NIM) sebagai bentuk kinerja keuangan. Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

5 Syariah, CAR digunakan sebagai bentuk dari rasio permodalan dan NIM sebagai bentuk dari rasio rentabilitas. Dendawijaya (2005) menjelaskan bahwa dengan nilai minimum CAR pada peringkat 1 sebesar 8%, dapat digunakan bank syariah untuk membiayai kegiatan operasionalnya, sehingga menghasilkan profitabilitas yang tinggi bagi perbankan syariah. Munawir (2001) juga menjelaskan bahwa efisiensi perbankan dapat dicapai dengan didapatnya maksimal output ekonomi berupa profitabilitas, sehingga menjamin perbankan syariah tidak akan mengalami kesulitan keuangan maupun dalam pemberian pembiayaan kepada masyarakat. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 dijelaskan bahwa NIM merupakan rasio perbandingan antara pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dengan rata rata aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bersih. Taswan (2010) menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai NIM maka akan meningkatkan pendapatan bersih atas aktiva bersih yang dikelola oleh bank, sehingga masalah yang timbul dalam perbankan semakin kecil dan akan meningkatkan efisiensi perbankan. Variabel independen yang ketiga adalah Karakter Dewan Pengawas Syariah (Karakter DPS), dimana variabel ini merupakan proksi dari efektivitas pengawasan syariah di perbankan syariah. Rahman dan Bukair (2013) dalam penelitiannya yang dilakukan di Malaysia, melakukan penilaian dari DPS dengan beberapa kriteria, yakni adanya DPS, jumlah DPS, persilangan anggota DPS, kualifikasi doktoral yang dimiliki anggota DPS, dan reputasi baik yang dimiliki anggota DPS. Dari model penilaian DPS tersebut, penulis kemudian merumuskan

6 suatu variabel independen, yakni Karakter DPS. Sejauh pengetahuan penulis, Karakter DPS sebagai bentuk dari efektivitas pengawasan syariah belum pernah dijadikan variabel independen terhadap efisiensi perbankan syariah, baik penelitian yang dilakukan di Malaysia maupun di Indonesia. Berdasarkan research gap dan reseach problem di atas, maka penulis mengambil judul penelitian ini PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN SYARIAH TERHADAP EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH INDONESIA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia? 2. Apakah faktor Net Income Margin (NIM) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia? 3. Apakah faktor Karakter Dewan Pengawas Syariah (Karakter DPS) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebgai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia. 2. Untuk mengetahui faktor Net Income Margin (NIM) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia.

7 3. Untuk mengetahui faktor Karakter Dewan Pengawas Syariah (Karakter DPS) dalam mempengaruhi tingkat efisiensi perbankan syariah Indonesia. 1.4 Batasan Penelitian Beberapa batasan permasalahan yang menentukan asumsi dan mendasari analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia (tidak termasuk Bank Pembiayaan Rakyar Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), karena memperhatikan total aset dari setiap BUS yang relatif sama jika dibandingkan dengan BPRS dan UUS yang nilai total asetnya jauh lebih kecil). 2. Penelitian ini hanya terbatas pada periode 2010 sampai 2014. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi kepada seluruh pihak yang bersangkutan. Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya: 1. Bagi perusahaan perbankan, dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang. 2. Bagi pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia dan Jasa Otoritas Keuangan, penilaian efisiensi perbankan dapat digunakan untuk menetapkan dan menerapkan strategi pengawasan yang tepat pada bank yang bersangkutan.

8 3. Bagi masyarakat, dengan mengetahui efisiensi perbankan maka akan meningkatkan perasaan tenang dan aman dalam menempatkan dananya di perbankan, karena yakin bank akan mengelola dana tersebut dengan baik. 4. Bagi investor, dapat dijadikan informasi dalam pengambilan kepususan investasi. 1.6 Sistematika Pembahasan Skripsi ini terbagi atas lima bab, dengan penjelasan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Bab ini menyajikan tinjauan teori yang termasuk teori dasar yang sesuai dengan permasalahan pada penelitian ini. Bab ini juga berisi telaah penelitian terdahulu dan hipotesis penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisis populasi dan sampel, sumber data dan teknik pengumpulan data, definisi dan pengukuran variabel penelitian, dan metode analisis data. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi temuan penelitian dan pembahasan tentang hasil penelitian BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan, dampak, batasan penelitian, dan saran yang mungkin dapat diterapkan pada penelitian dimasa yang akan datang.