ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

dokumen-dokumen yang mirip
A. PENDAHULUAN. Executive Summary

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI

Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia

Penempatan marka jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB II TIXJAUAX PUSTAKA. Sekarang ini pola arus lalu lintas jalan raya di Yogyakarta umumnya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB III LANDASAN TEORI

Persyaratan Teknis jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALULINTAS ( Studi Kasus Jl. Slamet Riyadi Surakarta )

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB II STUDI PUSTAKA

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)

Rekayasa Lalu Lintas

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Spesifikasi geometri teluk bus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

KATA HANTAR ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA AREA BLACK SPOT DI. RUAS JALAN YOGYA-MAGELANG ANTARA KM 4-KM 17 yang disusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

Konsep Zona. Menciptakan Lokasi Pekerjaan Jalan yang lebih Berkeselamatan. Mataram, Januari 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan kapasitas terganggu pada semua arah.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK KENDARAAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB IV METODE PENELITIAN

UPAYA PENANGANAN LOKASI RAWAN KECELAKAAN RUAS JEMBATAN CIKUNDUL JALAN RAYA PUNCAK JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

Sastriawan Pratama 1), Siti Mayuni 2), Said 2)

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermotor, manusia atau hewan (Suryadharma, Hendra Susanto, Benediktus,

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR. STUDI IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN KECELAKAAN (BLACK SPOT dan BLACKSITE) PADA JALAN TOL JAGORAWI

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

Transkripsi:

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam Mendukung Program Pemerintah Menurunkan Angka Kecelakaan pada beberapa lokasi di Pulau Jawa. Analisis yang dilakukan berupa identifikasi karakteristik kecelakaan yang terjadi pada masing-masing lokasi sehingga dapat diusulkan teknik penanganan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan. A. JALUR LINTAS SELATAN Lokasi daerah rawan kecelakaan yang dianalisis pada Jalur Lintas Selatan ini meliputi lokasi daerah rawan kecelakaan di Ngawi, Purwokerto, dan Nagreg, Jawa Barat. 1. Ngawi Analisis data kecelakaan di Kabupaten Ngawi dibatasi pada ruas Jalan Nasional yang melewati Kabupaten Ngawi, yaitu Ruas Jalan Solo-Mantingan dan Ruas Jalan Ngawi-Caruban. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan 5-15-

sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masingmasing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Widodaren merupakan lokasi jenis lokasi 1 adalah, tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat padatabel 5.1. Tabel 5.1. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM 27-28 Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 4 0 1 1 4 Depan-samping 1 0 0 1 1 Depan-belakang 2 1 1 2 17 Depan-depan 3 2 1 2 29 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 2

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-depan. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan daerah rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Jenis Tabrakan 27-28 berdasarkan jenis tabrakan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-belakang 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-depan 3 100 300 Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya Usulan penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-depan. 3

Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Raya Kondisi Permukaan Jalan Ngawi-Mantingan KM 27-28 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 10 3 3 6 51 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada Tabel 5. 4. Tabel 5. 4. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM Kondisi Permukaan Jalan 27-28 berdasarkan kondisi permukaan jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Kering 3 100 300 Berbahaya Genangan air 1 1 1 Tidak Berbahaya Basah 1 1 1 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan yang kering. 4

Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Kondisi Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 10 3 3 6 51 Berkabut 0 0 0 0 0 Hujan gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5. 6. Tabel 5. 6. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 berdasarkan kondisi cuaca Kondisi Permukaan Jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Dampak Fatalitas resiko Kategori Normal 3 100 300 Berbahaya Berkabut 1 1 1 Tidak Berbahaya Hujan gerimis 1 1 1 Tidak Berbahaya Hujan lebat 1 1 1 Tidak Berbahaya 5

Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah/normal dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda kendaraan yang digunakan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM 27-28 Fatalitas Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan MD LB LR Sepeda motor 8 1 2 5 33 Mobil 1 1 0 0 12 Truk 3 2 1 0 17 Bus 1 1 0 0 12 Pejalan kaki 3 1 1 1 16 Sepeda 0 0 0 0 0 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.8 6

Tabel 5.8. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Moda Kendaraan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 2 100 300 Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan pejalan kaki yang perlu diprioritaskan dalam penanganannya. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Jalan naik turun dan banyak tikungan, 3) Lebar jalan untuk 2 arah sebesar 7,7 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan (>15cm), 5) Lahan di sekitarnya berupa hutan sehingga hambatan samping minimal, 7

6) Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang, 7) Kondisi marka tengah sudah memudar dan tidak ada marka tepi, 8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±70 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan sebagai berikut ini. Kecelakaan yang terjadi sering melibatkan kendaraan berat, hal ini dikarenakan kendaraan berat merupakan kendaraan yang mendominasi di jalur ini. Kendaraan berat ini memiliki kecepatan yang relatif lebih rendah daripada jenis kendaraan lainnya. Hal ini dapat memicu ketidaksabaran dari pengguna jalan lainnya untuk menyiap. Akan tetapi karena lebar jalan di ruas ini yang relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kondisi alinyemen horisontal dan vertikal ruas jalan ini yang naik turun dan relatif banyak tikungan, menyebabkan jarak pandang pengemudi untuk menyiap juga terbatas, didukung pula terbatasnya ketersedian rambu dan marka yang dapat memberikan informasi maupun peringatan 8

kepada pengemudi mengenai kondisi jalan. Akibatnya jenis kecelakaan tipe tabrak depan (head-on crash) dapat terjadi. Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan. Kondisi jalan yang bergelombang mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Adanya pejalan kaki yang terlibat dalam kecelakaan, disebabkan tidak tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki. Hal ini dimungkinkan, karena jalan ini merupakan jalan antar kota dengan kecepatan tinggi dan akses untuk pejalan kaki dibatasi. Kondisi lahan sekitar yang berupa hutan dan jarang perumahan penduduk menyebabkan kemunculan seorang pejalan kaki merupakan suatu hal mendadak. Apabila dilihat dari uraian kondisi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa apabila kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan kondisi jalan yang bergelombang serta naik turun menyebabkan kemunculan obyek, dalam hal ini pejalan kaki yang mendadak bisa mengakibatkan pengemudi/pengendara kendaraan kesulitan untuk menghentikan kendaraannya. 9

Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Kondisi alinyemen horizontal dan vertikal yang tidak sesuai dengan dimensi mayoritas kendaraan yang melintas (kendaraan berat dan sepeda motor) 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar dan tidak ada marka tepi 3. Perbedaan elevasi bahu dengan badan jalan yang tidak memenuhi standar Pengemudi sulit mengarahkan kendaraannya atau dapat keluar dari jalur Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas Membahayakan pengemudi yang keluar jalur kemudian tidak dapat kembali ke badan jalan. 65,7% 3 100 300 Berbahaya 50% 3 100 300 Berbahaya 100% 5 100 300 Sangat Berbahaya 4. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% 5 100 300 Sangat Berbahaya 6. Tidak adanya penerangan pada jalan Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 105-10

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 7. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 8. Adanya tikungan, dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Pengemudi susah mengendalikan kendaraandan pergerakannya Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan dengan baik di tikungan dan jarak pandang terbatas 80% 4 100 400 Sangat Berbahaya 100% 3 100 300 Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang muncul adalah Sangat Berbahaya dan Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.10 Tabel 5.10. Usulan penanganan berdasarkan hasil analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang 115-11

No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depandepan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran jalur. f. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan keluar dari badan jalan, terutama sepeda motor dan kendaraan berat. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Kondisi permukaan perkerasan jalan bergelombang a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI). a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. Melakukan perbaikan secara struktural pada perkerasan jalan. 5 Adanya tikungan dengan a. Pemasangan rambu peringatan a. Pemasangan kancing a. Re-alinyemen horisontal jalan 125-12

No Uraian Permasalahan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). 6 Adanya korban pejalan kaki Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek adanya tikungan sebelum memasuki tikungan. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah jalan/mata kucing pada as jalan. a. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Pemasangan dynamic curve warning system. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan. Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.1, Gambar 5.2, dan Gambar 5.3. 135-13

DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar 5.1. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Gambar 5.2. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 145-14

Gambar 5.3. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.4, Gambar 5.5, Gambar 5. 6, dan Gambar 5.7. 155-15

Gambar 5.4. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips pada as jalan Gambar 5.5. Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan pemasangan mata kucing Gambar 5. 6. Pembuatan median jalan 165-16

Gambar 5.7. Perbaikan kemiringan dan pengerasan bahu jalan Gambar 5. 8. Pemasangan guardrail 175-17

Usulan penanganan untuk jangka panjang pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 ditunjukkan pada Gambar 5.9, Gambar 5.10, Gambar 5.11, dan Gambar 5. 12. Gambar 5.9. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar 5.10. Usulan pemasangan dynamic curve warning system 185-18

Gambar 5.11. Usulan pemasangan lampu jalan Gambar 5. 12. Re-alinyemen jalan 195-19

Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28. Tabel 5.11. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.12. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan menimbun tanah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras daerah bahu Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 200.000/m 3 Rp. 315.000/buah Rp. 3.000.000/km Rp.500.0000/m 3 205-20

Tabel 5.13. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 27-28 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah Re-alinyemen horisontal/vertikal Rp. 5.000.000/m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot). 1) Padas (Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Padas merupakan lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.14. Tabel 5.14. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Ngawi- Caruban KM 12-13 Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 samping-samping 3 0 1 2 9 Depan-samping 2 0 1 2 9 Depan-belakang 0 0 0 0 0 Depan-depan 2 0 1 1 6 Kecelakaan beruntun 1 0 1 1 6 215-21

Dari data Tabel 5.14 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak samping-samping dan depan samping. Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel 5.15. Tabel 5.15. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 berdasarkan jenis tabrakan Jenis Tabrakan peluang Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya Depan-belakang 1 1 1 Tidak Berbahaya Depan-depan 2 7 140 Cukup Berbahaya Kecelakaan beruntun 2 7 140 Cukup Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Cukup Berbahaya karena daerah ini baru berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-depan, depan-samping, samping-samping, dan kecelakaan beruntun. 225-22

Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Jalan relatif lurus dan datar dengan beberapa tikungan, 3) Lebar jalan untuk 2 arah sebesar 7,7 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan, 5) Lahan di sekitarnya berupa pemukiman dan perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan keluar masuk jalan akses, terdapat simpang dengan jalan akses, 6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang, 7) Kondisi marka tengah baik, tidak ada marka tepi, 8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas maupun fasilitas lalu lintas pemberi peringatan lainnya. 9) Terdapat persimpangan yang membahayakan pengemudi. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±70 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk 235-23

melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman. Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya 245-24

menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi kesulitan untuk mengendalikan kendaraan. Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang kurang. Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari belakang maupun dari depan. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktorfaktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.16 255-25

Tabel 5.16. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Kondisi alinyemen horizontal dan vertikal yang tidak sesuai dengan dimensi mayoritas kendaraan yang melintas (kendaraan berat dan sepeda motor) Pengemudi sulit mengarahkan kendaraanny a atau dapat keluar dari jalur 65,7% 3 100 300 Berbahaya 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar dan tidak ada marka tepi Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkink an terjadinya kecelakaan lalu lintas 50% 3 100 300 Berbahaya 3. Perbedaan elevasi bahu dengan badan jalan yang tidak memenuhi standar Membahayak an pengemudi yang keluar jalur kemudian tidak dapat kembali ke badan jalan. 100% 5 100 300 Sangat Berbahaya 4. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 265-26

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 6. Tidak adanya penerangan jalan yang memadai Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 7. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang Pengemudi susah mengendalik an kendaraanda n pergerakanny a 80% 4 100 400 Sangat Berbahaya 8. Adanya tikungan, simpang, dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Pengemudi tidak dapat mengendalik an kendaraan dengan baik karena harus menurunkan kecepatan dengan tibatiba dan jarak pandang terbatas 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya Usulan penanganan hanya dilakukan pada kondisi dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang muncul adalah Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada 5.17. 275-27

Tabel 5.17. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depandepan, depansamping, sampingsamping, dan beruntun. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan keluar dari a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya simpang dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). d. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). e. Pengendalian parkir di area sekitar simpang sehingga meningkatkan jarak pandang di simpang. a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran jalur. f. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. g. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. h. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pemasangan lampu APILL. a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. 285-28

No Uraian Permasalahan badan jalan, terutama sepeda motor dan kendaraan berat. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Kondisi permukaan perkerasan jalan bergelombang 5 Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. c. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. d. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI). a. Pemasangan rambu a. Pemasangan peringatan adanya kancing tikungan/simpang jalan/mata kucing sebelum memasuki pada as jalan. tikungan/simpang. b. Pembuatan lajur b. Pemasangan batas khusus belok kecepatan kanan/pulau lalu maksimum sebelum lintas. memasuki tikungan c. Re-alinyemen (diusulkan batas simpang kecepatan (memperbaiki maksimum sebesar radius simpang 40 km/jam). dan jarak c. Pemasangan rambu pandang di chevron (CAM). simpang). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). g. Pengendalian parkir di area sekitar Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. Melakukan perbaikan secara struktural pada perkerasan jalan. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning system. c. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. 295-29

No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang 6 Adanya korban pejalan kaki simpang. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. a. Pembuatan median. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.13, Gambar 5.14, Gambar 5.15, dan Gambar 5.16. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 305-30

Gambar 5.13. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 Gambar 5.14. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 315-31

Gambar 5.15. Detail 2 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 Gambar 5.16. Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 325-32

Gambar 5. 17. Contoh kondisi sebelum dan sesudah pemasangan rambu chevron pada suatu tikungan Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.18, Gambar 5.19, Gambar 5. 20, dan Gambar 5.21. Gambar 5.18. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips 335-33

Gambar 5.19. Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan pemasangan mata kucing Gambar 5. 20. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas 345-34

Gambar 5.21.Usulan pembuatan bahu yang diperkeras Gambar 5. 22. Re-alinyemen simpang Gambar 5. 23. Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.24, Gambar 5. 25, dan Gambar 5.26. 355-35

Gambar 5.24. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar 5. 25. Usulan pemasangan dynamic curve warning system 365-36

Gambar 5.26. Usulan pemasangan lampu jalan Gambar 5. 27. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13. Tabel 5.18. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu 375-37

Tabel 5.19. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu Rp.11.600.000/km jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan Rp. 200.000/m 3 menimbun tanah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/km Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan Rp.500.0000/m 3 memperkeras daerah bahu Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m3 Tabel 5.20. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Caruban KM 12-13 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp. 5.000.000/m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem 385-38

2) Mantingan Lokasi kecelakaan di Kecamatan Mantingan merupakan lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.21. Tabel 5.21. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM 30-31 Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 2 0 1 1 6 Depan-samping 1 1 0 0 12 Depan-belakang 1 0 0 1 3 Depan-depan 2 0 1 1 6 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari data Tabel 5.21dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa tipe tabrakan dengan nilai fatalistas tertinggi terdapat pada tipe tabrakan depan-samping. Tabel 5.22. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Jenis Tabrakan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya 395-39

Depan-depan 2 70 140 Cukup Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Cukup Berbahaya karena daerah ini baru berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-samping, depan-depan, dan samping-samping. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.23. Tabel 5.23. Karakter kondisi jalan di Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM 30-31 Fatalitas Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan MD LB LR Kering 5 1 1 3 24 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 1 0 1 0 3 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada Tabel 5. 24. Tabel 5. 24. Analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 berdasarkan kondisi permukaan jalan Kondisi Permukaan Jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Dampak Fatalitas Resiko Kategori 405-40

Kondisi Permukaan Jalan Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Kering 3 100 300 Berbahaya Genangan air 1 1 1 Tidak Berbahaya Basah 1 70 70 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan yang kering. Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.25. Tabel 5.25. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi Kondisi Cuaca cuaca di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 5 1 1 3 24 Berkabut 1 1 0 0 12 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 415-41

Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat pada 5.26. Tabel 5. 26. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Kondisi Permukaan Jalan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 berdasarkan kondisi cuaca Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Dampak Fatalitas resiko Kategori Normal 3 100 300 Berbahaya Berkabut 2 100 200 Cukup Berbahaya Hujan gerimis 1 1 1 Tidak Berbahaya Hujan lebat 1 1 1 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal. Tabel 5.27. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda Moda Kendaraan kendaraan yang digunakan dijalan Raya Ngawi- Mantingan KM 30-31 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 5 1 1 3 24 Mobil 1 0 1 0 3 Truk 2 0 0 2 6 Bus 1 1 0 0 12 Pejalan Kaki 1 0 1 0 3 Sepeda 1 0 1 0 3 425-42

Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.28. Tabel 5.28. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Jenis Tabrakan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Peluang Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 2 70 140 Cukup Berbahaya Truk 2 40 80 Tidak Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 2 40 80 Tidak Berbahaya Sepeda 1 40 80 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Jalan naik turun dan banyak tikungan, 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 6,8 meter, 4) Bahu jalan ±1 meter, tidak diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan, 435-43

5) Lahan di sekitarnya berupa hutan sehingga hambatan samping minimal akan tetapi batang pohon yang menjorok ke jalan menghalangi jarak pandang, 6) Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang dan terjadi kerusakan alur, 7) Kondisi marka tengah masih baik akan tetapi tidak ada marka tepi, 8) Tidak ditemukan rambu lalu lintas, 9) Penerangan jalan tidak ada. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±50 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±80 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini terdiri dari 25% kendaraan berat, 29% kendaraan ringan, dan 32% sepeda motor. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan sebagai berikut ini. Kecelakaan yang terjadi sering melibatkan sepeda motor, hal ini dikarenakan sepeda motor merupakan kendaraan yang mendominasi di jalur ini. Kecepatan sepeda motor juga relatif lebih tinggi daripada jenis kendaraan lainnya. Kondisi 445-44

geometrik yang banyak tikungan dan naik turun menyebabkan resiko sepeda motor lebih tinggi daripada jenis kendaraan lainnya. Selain sepeda motor, kendaraan berat juga sering terlibat dalam kecelakaan. Hal ini dikarenakan kendaraan berat ini memiliki kecepatan yang relatif lebih rendah daripada jenis kendaraan lainnya. Kecepatan yang rendah ini dapat memicu ketidaksabaran dari pengguna jalan lainnya untuk menyiap. Akan tetapi karena lebar jalan di ruas ini yang relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kondisi alinyemen horisontal dan vertikal ruas jalan ini yang naik turun dan relatif banyak tikungan, menyebabkan jarak pandang pengemudi yang menyiap juga terbatas, didukung pula terbatasnya ketersedian rambu dan marka yang dapat memberikan informasi maupun peringatan kepada pengemudi mengenai kondisi jalan. Analisis selanjutnya, kondisi bahu jalan yang memiliki gap yang cukup besar dengan badan jalan menyebabkan kendaraan yang disiap dapat tergelincir ke bahu jalan dan susah untuk kembali ke badan jalan. Tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan. Kondisi jalan yang bergelombang mengakibatkan penguasaan/45ertica pengemudi terhadap setir maupun jalannya 455-45

kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Adanya pejalan kaki yang terlibat dalam kecelakaan, disebabkan tidak tersedianya fasilitas untuk pejalan kaki. Hal ini dimungkinkan, karena jalan ini merupakan jalan antar kota dengan kecepatan tinggi dan akses untuk pejalan kaki dibatasi. Kondisi lahan sekitar yang berupa hutan dan jarang perumahan penduduk menyebabkan kemunculan seorang pejalan kaki merupakan suatu hal mendadak.apabila dilihat dari uraian kondisi sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa apabila kendaraan sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan kondisi jalan yang bergelombang serta naik turun menyebabkan kemunculan obyek, dalam hal ini pejalan kaki yang mendadak bisa mengakibatkan pengemudi/pengendara kendaraan kesulitan untuk menghentikan kendaraannya. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 ditunjukkan pada Tabel 5.29. 465-46

Tabel 5.29. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Kondisi alinyemen horizontal dan 47ertical yang tidak sesuai dengan dimensi mayoritas kendaraan yang melintas(kendaraan berat) 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standardan tidak ada marka tepi 3. Perbedaan elevasi bahu dengan badan jalan yang tidak memenuhi standar Pengemudi sulit mengarahkan kendaraannya atau dapat keluar dari jalur Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas Membahayakan pengemudi yang keluar jalur kemudian tidak dapat kembali ke badan jalan. 65,7% 3 100 300 Berbahaya 50% 3 100 300 Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 4. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 6. Tidak adanya penerangan jalan 7. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 8. Adanya tikungan dan tidak adanya marka serta rambu yang memadai Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. Pengemudi susah mengendalikan kendaraandan pergerakannya Pembuatan rambu dan marka yang sesuai standar pada daerah 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 70% 4 100 400 Sangat Berbahaya 100% 3 100 300 Berbahaya 475-47

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori tikungan Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang muncul adalah Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.30. Tabel 5.30. Usulan penanganan berdasarkan hasil analisis resiko di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depansamping, depansamping, dan samping-samping. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran jalur. f. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Re-alinyemen horizontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Penambahan lajur/duplikasi 485-48

No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. 2 Kecelakaan yang mengakibatkan kendaraan keluar dari badan jalan, terutama sepeda motor dan kendaraan berat. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Kondisi permukaan perkerasan jalan bergelombang a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudinal rumble strips pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI). a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. Melakukan perbaikan secara struktural pada perkerasan jalan. 495-49

No Uraian Permasalahan 5 Adanya tikungan dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan sebelum memasuki tikungan. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). b. Re-alinyemen vertical dengan melandaikan tanjakan dan turunan sehingga dapat meningkatkan jarak pandang. c. Pemasangan dynamic curve warning system. 6 Adanya korban pejalan kaki a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Pembuatan median. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan. 505-50

Usulan penanganan pada Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.28, Gambar 5.29, dan Gambar 5.30. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar 5.28. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Gambar 5.29. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 515-51

Gambar 5.30. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Ngawi- Mantingan KM 30-31 Usulan penanganan pada daerah Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5. 31, Gambar 5. 32, Gambar 5. 33, Gambar 5. 34, dan Gambar 5. 35. 525-52

Gambar 5. 31. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips Gambar 5. 32. Usulan perataan bahu dengan menimbun tanah dan pemasangan mata kucing Gambar 5. 33. Pembuatan median jalan 535-53

Gambar 5. 34. Perbaikan kemiringan dan pengerasan bahu jalan Gambar 5. 35. Pemasangan guardrail 545-54

Usulan penanganan untuk jangka panjang pada daerah Widodaren ditunjukkan pada Gambar 5.36, Gambar 5.37, Gambar 5.38, Gambar 5.39, Gambar 5.40, dan Gambar 5. 41. Gambar 5.36. Usulan pembuatan median jalan serta pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar 5.37. Usulan pembuatan bahu yang diperkeras 555-55

Gambar 5.38. Usulan pemasangan lampu jalan Gambar 5.39. Usulan pemasangan dynamic curve warning system 565-56

Gambar 5.40. Usulan pemasangan lampu jalan Gambar 5. 41. Re-alinyemen jalan 575-57

Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31. Tabel 5.31. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.32. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan menimbun tanah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras daerah bahu Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 200.000/m 3 Rp. 315.000/buah Rp. 3.000.000/km Rp.500.0000/m 3 Tabel 5.33. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Ngawi-Mantingan KM 30-31 Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah Re-alinyemen 58ertical58l/vertikal Rp. 5.000.000/m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem 585-58

2. Purwokerto Analisis data kecelakaan di Kabupaten Purwokerto dilakukan pada daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Kemrajen merupakan daerah rawan kecelakaan, tepatnya terletak pada ruas Jalan Raya Buntu Kemranjen. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5. 34. Tabel 5. 34. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Buntu Kemranjen Jalan Raya Buntu Kemranjen Jenis Tabrakan MD LB LR Jumlah Laka Depan-Depan 3 1 3 2 Depan-Belakang 1 0 8 5 Depan-Samping 1 0 2 2 Samping-Samping 0 0 0 0 Tunggal 2 0 2 2 Tabrak Pejalan Kaki 3 2 3 4 10 3 18 15 595-59

Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.35. Tabel 5.35. Analisis resiko berdasarkan tipe tabrakan di Jalan Jenis Tabrakan Raya Buntu Kemranjen Peluang Jalan Raya Buntu Kemranjen Dampak Fatalitas Resiko Kategori Depan-Depan 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-Belakang 3 100 300 Berbahaya Depan-Samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Samping-Samping 1 1 1 Tidak Berbahaya Tunggal 2 100 200 Cukup Berbahaya Tabrak Pejalan Kaki 2 100 200 Cukup Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai 605-60

kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.36. Tabel 5.36. Jenis kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Buntu- Kemranjen Kendaraan Yang Terlibat Jalan Raya Buntu Kemranjen MD LB LR Jumlah kendaraan Truk 2 0 1 2 Bus 1 1 5 2 Mobil 3 3 12 7 Sepeda Motor 8 2 8 11 Kendaraan tak bermotor 1 0 0 1 Pejalan Kaki 3 2 3 4 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.37. Tabel 5.37. Analisis tingkat kepentingan berdasarkan kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Buntu Kemranjen Jenis Tabrakan Peluang Jalan Raya Buntu Kemranjen Dampak Fatalitas Resiko Kategori Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya Mobil 3 100 300 Berbahaya Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Kendaraan Tak bermotor 2 100 200 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 2 100 200 Cukup Berbahaya 615-61

Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka jenis kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah mobil dan sepeda motor. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik jalan62 untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Buntu Kemranjen ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexible pavement, 3) Jalan banyak tikungan, 4) Lebar lajur tengah 3,5 meter dan lajur tepi 1,2 meter, 5) Bahu jalan 2,5 meter pada utara jalan dan 2,3 meter pada selatan jalan, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan namun kemiringan yang belum memenuhi standar dapat terlihat dari dokumentasi yang menunjukkan genangan pada bahu jalan, 6) Lahan di sekitarnya berupa pemukiman dan perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa kendaraan keluar masuk jalan akses, 7) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi sangat baik dan jelas, 8) Pengecatan median (2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar, 9) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 625-62

10) Tidak adanya penerangan pada jalan, 11) Kondisi permukaan perkerasan baik. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±40 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±50 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±50 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan ringan. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan kendaraan jenis sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling sering terlibat kecelakaan, hal ini dikarenakan jenis moda sepeda motor merupakan moda yang mudah terlibat kecelakaan mengingat strukturnya yang kurang stabil. Adanya jalur sepeda motor (jalur tepi dengan lebar 1,2 meter), akan tetapi kurang jelas informasi mengenai penggunaanya juga memiliki kontribusi terhadap kecelakaan. Sepeda motor cenderung bercampur dengan kendaraan lainnya atau kendaraan jenis lain akan menggunakan jalur yang disediakan untuk sepeda motor. Pada daerah ini kendaraan yang juga sering terlibat kecelakaan adalah jenis mobil yang merupakan kendaraan ringan, hal ini dikarenakan volume kendaraan ini paling banyak. 635-63

Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman. Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya tikungan atau simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi kesulitan untuk mengendalikan kendaraan. Jenis kecelakaan tabrak depan-belakang terjadi disebabkan oleh kurang awasnya pengemudi dengan lingkungan sekitar. Hal ini 645-64

disebabkan oleh kondisi kendaraan yang tidak baik (rem blong) maupun kecepatan yang terlalu tinggi sehingga kesulitan untuk melakukan pengereman apabila ada kondisi berbahaya yang mendadak. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.38. Tabel 5.38. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Buntu-Kemranjen No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Tidak jelasnya peruntukkan lajur kendaraan 2. Kondisi median (marka 2 garis sejajar utuh) yang tidak sesuai standar dan tidak ada marka tepi Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan mobil Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinkan terjadinya kecelakaan lalu lintas 65,7% 3 100 300 Berbahaya 50% 3 100 300 Berbahaya 3. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 4. Adanya tikungan, simpang, dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang Terjadinya kecelakaan tabrak depan-belakang. Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraan dengan baik 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 655-65

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori (marka serta rambu yang tidak memadai). karena harus menurunkan kecepatan dengan tiba-tiba dan jarak pandang terbatas. Terjadinya kecelakaan tabrak depan-belakang. 5. Pothole ф>25cm, d>10cm Pengemudi masuk lubang dan membahayakan pergerakannya 10% 2 100 200 Cukup Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.39. Tabel 5.39. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Buntu Kemranjen No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depanbelakang. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang dan batas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. 665-66

No Uraian Permasalahan 2 Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. 3 Tidak adanya penerangan jalan. 4 Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. d. Pembuatan lajur khusus sepeda motor dengan marka yang jelas dan pemasangan rambu lajur khusus sepeda motor a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang sebelum memasuki tikungan/simpang. b. Pemasangan batas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah d. Pelebaran jalur. e. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. f. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. g. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Perataan dan atau pengerasan bahu jalan. c. Pemasangan guardrail/wire rope. d. Pembuatan median. e. Pelebaran lajur. Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. a. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. b. Pembuatan lajur khusus belok Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. b. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pemasangan lampu penerangan jalan. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning system. c. Pembatasan akses 675-67

No Uraian Permasalahan (marka serta rambu yang tidak memadai). 5 Adanya korban pejalan kaki Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). g. Pengendalian akses di area sekitar simpang. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah kanan/pulau lalu lintas. c. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang yang masuk ke jalan arteri. a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). b. Re-alinyemen horisontal jalan (penambahan radius tikungan, penggunaan lengkung peralihan, meningkatkan superelevasi, mengurangi tikungan ganda). c. Re-alinyemen vertikal dengan melandaikan tanjakan dan turunan. 685-68

Usulan penanganan pada Jalan Raya Buntu-Kemrajen untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.42, Gambar 5.43, Gambar 5.44, dan Gambar 5.45. DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 3 DETAIL 5 DETAIL 4 Gambar 5.42. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen Gambar 5.43. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen 695-69

Gambar 5.44. Detail 2 dan detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen 705-70

Gambar 5.45. Detail 4 dan detail 5 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kemrajen Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Buntu-Kemranjen untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.46, Gambar 5.47, Gambar 5. 48, Gambar 5.49, Gambar 5. 50, dan Gambar 5. 51. 715-71

Gambar 5.46. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips Gambar 5.47. Pemasangan mata kucing 725-72

Gambar 5. 48. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas 735-73

Gambar 5.49. Pembuatan bahu yang diperkeras Gambar 5. 50. Re-alinyemen simpang Gambar 5. 51. Pemasangan median dengan reflector post 745-74

Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Buntu-Kemranjen untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.52, Gambar 5. 53, dan Gambar 5. 54. Gambar 5.52. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur 755-75

Gambar 5. 53. Usulan pemasangan dynamic curve warning system Gambar 5. 54. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Buntu-Kemranjen. Tabel 5.40. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Buntu-Kemranjen Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.41. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Buntu-Kemranjen Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km 765-76

Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan memperkeras Rp.500.0000/m 3 daerah bahu Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m 3 Tabel 5.42. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Buntu-Kemranjen Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m 3 Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp. 5.000.000/m 3 Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m 3 b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot) Lokasi kecelakaan di Kecamatan Sumpiuh merupakan lokasi jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan, tepatnya terletak pada ruas Jalan Raya Sumpiuh. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.43. Tabel 5.43. Jenis kecelakaan yang terjadi di Jalan Raya Sumpiuh Jalan Raya Sumpiuh Jenis Tabrakan MD LB LR Jumlah Kecelakaan Depan-Depan 2 1 8 3 Depan-Belakang 1 0 11 5 Depan-Samping 0 0 0 0 Samping-Samping 0 0 0 0 Tunggal 0 0 0 0 Tabrak Pejalan Kaki 0 0 2 1 775-77

Dari data Tabel 5.43 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa tipe tabrakan yang paling dominan adalah tabrakan depanbelakang. Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel 5.44. Tabel 5.44. Analisis resiko di Jalan Raya Sumpiuh berdasarkan jenis tabrakan Jalan Raya Sumpiuh Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Depan-Depan 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-Belakang 3 100 300 Berbahaya Depan-Samping 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-Samping 1 1 1 Tidak Berbahaya Tunggal 1 1 1 Tidak Berbahaya Tabrak Pejalan Kaki 1 10 10 Tidak Berbahaya Usulan penanganan dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang mendapat prioritas penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai 785-78

kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.45. Tabel 5.45. Jenis kendaraan yang sering mengalami kecelakaan di Jalan Raya Sumpiuh Kendaraan Yang Terlibat Jalan Raya Sumpiuh MD LB LR Jumlah Laka Truk 0 0 0 0 Bus 1 1 5 2 Mobil 2 1 6 2 Sepeda Motor 2 0 14 7 Kendaraan Tak bermotor 0 0 0 1 Pejalan Kaki 0 0 2 1 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.46. Tabel 5.46. Analisis resiko berdasarkan kendaraan yang terlibat di Jalan Raya Sumpiuh Jalan Raya Sumpiuh Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Truk 1 1 1 Tidak Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya 795-79

Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Kendaraan Tak 1 1 1 Tidak Berbahaya bermotor Pejalan Kaki 2 40 80 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor yang perlu diprioritaskan dalam penanganannya. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Sumpiuh ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Persimpangan tidak bersinyal 3) Perkerasan merupakan fleksibel pavement, 4) Lebar lajur jalan utama 13,5 meter, 5) Bahu jalan 2 meter pada utara jalan dan 2 meter pada selatan jalan, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 6) Kondisi cat marka tengah baik dan marka tepi tidak jelas, 7) Tidak terdapat rambu peringatan dan rambu larangan, 8) Lampu jalan berfungsi dengan baik, 9) Hambatan samping tinggi akibat aktifitas parkir pada persimpangan, 10) Volume lalu lintas pada persimpangan tinggi, 11) Volume pejalan kaki yang tinggi, 12) Kondisi permukaan perkerasan baik. 805-80

Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV), kendaraan ringan (LV), dan untuk sepeda motor sebesar ±50 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan ringan. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak. Kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus. Parkir di badan jalan serta banyaknya akses yang masuk ke jalan utama juga merupakan penyebab kondisi lalu lintas tercampur antara lalu lintas menerus dengan kecepatan tinggi dan lalu lintas lokal. Lebar jalan di ruas ini juga cukup lebar dan tidak adanya pembatas jalan/median, memicu pengemudi yang menyiap untuk menggunakan lajur jalan untuk kendaraan dari arah sebaliknya. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi 815-81

kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Kondisi jalan juga relatif datar dan lurus sehingga pengemudi cenderung memacu kecepatan pada ruas ini. Adanya beberapa tikungan setelah bagian lurus tanpa informasi sebelumnya menjadikan pengemudi dengan kendaraan berkecepatan tinggi kesulitan untuk mengendalikan kendaraan. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.47. Tabel 5.47. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Sumpiuh No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 1. Persimpangan tidak bersinyal padahal volume lalulintas tinggi Meningkatnya kecelakaan pada daerah persimpangan 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 2. Marka tepi yang tidak jelas 3. Adanya tikungan, simpang, dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). 4. Tidak terlindungnya pejalan kaki Pengemudi keluar jalur Kendaraan dengan kecepatan tinggi susah untuk mengurangi kecepatan ketika ada kendaraan atau pejalan kaki yang melintas Pejalan kaki tertabrak oleh pengendara 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 50% 3 100 300 Berbahaya 825-82

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 5. Hambatan samping tinggi akibat aktifitas parkir pada persimpangan 6. Terdapatnya tugu pada salah satu lengan persimpangan 7 Saluran drainasi yang terbuka di dalam ruang manfaat jalan Pergerakan pengguna jalan menjadi sulit dan memmbahayakan Pergerakan pengguna jalan menjadi sulit dan membahayakan Memperparah dampak apabila kecelakaan terjadi 80% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 70 350 Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.48. Tabel 5.48. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Sumpiuh No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depanbelakang. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang c. Pembuatan jalur khusus sepeda motor. d. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. 835-83

No Uraian Permasalahan 2 Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. 3 Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. d. Pembuatan lajur khusus sepeda motor dengan marka yang jelas dan pemasangan rambu lajur khusus sepeda motor a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang sebelum memasuki tikungan/simpang. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah median. d. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. e. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. f. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Pengerasan bahu jalan. c. Pembuatan median. a. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. b. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. c. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning system. c. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. 845-84

No Uraian Permasalahan 5 Adanya korban pejalan kaki 6 Adanya roadside hazard (saluran drainasi terbuka, tugu, kendaraan parkir) Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). g. Pengendalian parkir di sekitar simpang. h. Pengendalian akses di area sekitar simpang. a. Pemasangan rambu peringatan adanya pejalan kaki yang melintas. b. Pemasangan rambu batas kecepatan maksimum pada daerah yang banyak pejalan kaki. Menghilangkan roadside hazard (memindahkan tugu, menutup saluran drainasi) Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki (menyusuri jalan dan menyeberang) (lajur khusus pejalan kaki, penyeberangan tidak sebidang). Usulan penanganan pada Jalan Raya Sumpiuh ditunjukkan pada Gambar 5. 55,Gambar 5. 56, dan Gambar 5. 57. 855-85

DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 3 Gambar 5. 55. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Sumpiuh Gambar 5. 56. Detail 1dan detail 2 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Sumpiuh 865-86

Gambar 5. 57. Detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Sumpiuh Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Sumpiuh untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.58, Gambar 5.59, Gambar 5. 60, Gambar 5.61, Gambar 5. 62, dan Gambar 5. 63. Gambar 5.58. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips 875-87

Gambar 5.59. Pemasangan mata kucing Gambar 5. 60. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas 885-88

Gambar 5.61. Pembuatan bahu yang diperkeras Gambar 5. 62. Re-alinyemen simpang Gambar 5. 63. Pemasangan median dengan reflector post 895-89

Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Sumpiuh untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5. 64 dan Gambar 5. 65. Gambar 5. 64. Usulan pemasangan dynamic curve warning system 905-90

Gambar 5. 65. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Sumpiuh. Tabel 5.49. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Sumpiuh Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.50. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Sumpiuh Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu Rp.11.600.000/km jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Rp. 315.000/buah Meratakan antara bahu dan badan jalan dengan Rp.500.0000/m 3 memperkeras daerah bahu Re-alinyemen simpang Rp. 3.000.000 / m 3 Tabel 5.51. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Sumpiuh Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pemasangan dynamic curve warning system Rp. 200.000.000/sistem Pemasangan APILL Rp. 200.000.000/sistem Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m 3 915-91

3. Nagreg Analisis data kecelakaan di Kabupaten Nagreg dilakukan pada daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Lokasi kecelakaan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 merupakan jalan nasional. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5. 52. Tabel 5. 52. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Nagreg km 36-37 Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 3 1 2 0 18 Samping-samping 4 0 3 1 12 Depan-samping 2 1 1 0 15 Depan-belakang 6 4 1 1 54 Depan-depan 0 0 0 0 0 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 925-92

Dari Tabel 5. 52 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-belakang. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5. 53 berikut. Tabel 5. 53. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 2 100 200 Cukup Berbahaya Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-belakang 3 100 300 Berbahaya Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu 935-93

mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.54. Tabel 5.54. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Raya Kondisi Jalan Nagreg KM 36-37 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 15 6 7 2 99 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi permukaan dapat dilihat pada Tabel 5. 55. Tabel 5. 55. Analisis resiko di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Kondisi Permukaan Jalan berdasarkan kondisi permukaan jalan Peluang Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Kering 4 100 400 Sangat Berbahaya Genangan air 1 1 1 Tidak Berbahaya Basah 1 1 1 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi permukaan jalan pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi permukaan jalan yang kering. 945-94

Untuk mengetahui apakah karakteristik kondisi cuaca terkait dengan terjadinya kecelakaan maka dianalisis hubungan antara jumlah terjadinya kecelakaan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan pada berbagai kondisi cuaca sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.56. Tabel 5.56. Karakteristik kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca Cuaca di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 12 6 5 1 90 Berkabut 3 0 2 1 9 Hujan gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan kecelakaan berdasarkan kondisi cuaca terjadinya kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5. 57. Tabel 5. 57. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan di Kondisi Permukaan Jalan Jalan Raya Nagreg KM 36-37 berdasarkan kondisi cuaca Peluang Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Normal 4 100 400 Sangat Berbahaya Berkabut 1 1 1 Tidak Berbahaya Hujan gerimis 1 1 1 Tidak Berbahaya Hujan lebat 1 1 1 Tidak Berbahaya 955-95

Berdasarkan hasil analisis, maka kondisi cuaca pada saat terjadi kecelakaan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah kondisi cuaca normal. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.58 berikut. Tabel 5.58. Karakteristik kecelakaan berdasarkan moda kendaraan yang digunakan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 15 3 8 4 72 Mobil 3 2 1 0 27 Truk 6 6 0 0 72 Bus 1 0 1 0 3 Pejalan Kaki 2 0 2 0 6 Sepeda 0 0 0 0 0 Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.59 berikut. 965-96

Tabel 5.59. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Jenis Tabrakan Peluang Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 4 100 400 Sangat Berbahaya Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Truk 3 100 300 Berbahaya Bus 2 70 140 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 2 70 140 Cukup Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan yang terlibat maka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan truk yang perlu diprioritaskan dalam penanganannya. Selanjutnya akan dilihat kondisi geometrik untuk melihat pengaruhnya pada kecelakaan yang terjadi. Kondisi geometrik di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexible pavement, 3) Lebar lajur 3meter, 4) Bahu jalan 1 meter dan, diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 975-97

5) Kondisi cat marka as jalan baik, marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Tidak adanya penerangan pada jalan (lampu jalan rusak), 8) Adanya tanjakan/turunan pada ujung jalan. Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±35 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±35 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±40 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan ringan. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5. 60 sebagai berikut. Tabel 5. 60. Analisis resiko yang diakibatkan kondisi geometrik jalan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Tercampurnya kendaraan berat dengan sepeda motor Kecelakaan yang melibatkan kendaraan berat dan sepeda motor. 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 2. Tidak adanya rambu Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 985-98

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori atau sebagainya. 3. Tidak adanya penerangan pada jalan 4. Tanjakan yang dilalui oleh kendaraan berat cukup panjang Pengemudi tidak dapat melihat keadaan jalan dan kondisi lingkungan sekitar. Kendaraan berat berjalan pelan sehingga membahayakan pengemudi di belakangnnya dan dapat menyebabkan kecelakaan depanbelakang 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Tabel 5.61. Usulan penanganan berdasarkan analisis resiko di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depanbelakang. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang dan batas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Pembuatan jalur khusus sepeda motor. b. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. 995-99

No Uraian Permasalahan 2 Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor. 3 Adanya daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). c. Pemasangan rambu peringatan dan batas kecepatan maksimum. d. Pembuatan lajur khusus sepeda motor dengan marka yang jelas dan pemasangan rambu lajur khusus sepeda motor Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah d. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. e. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. b. Pembuatan median. a. Pembuatan a. Pemasangan papan kancing pengumuman jalan/mata kucing daerah rawan pada as jalan. kecelakaan dan b. Pembuatan lajur hati hati untuk khusus belok meningkatkan kanan/pulau lalu kewaspadaan. lintas. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pembuatan lajur khusus sepeda motor. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. 1005-100

No Uraian Permasalahan 4 Penerangan jalan yang kurang 5 Tanjakan yang terlalu panjang terutama bagi kendaraan berat Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). Pengecatan marka yang bersifat reflektif Pemasangan rambu peringatan dan informasi tanjakan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudinal rumble strips pada bahu jalan. c. Pemasangan median denga reflector post. Pembuatan lajur pendakian Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pemasangan lampu penerangan jalan. Re-alinyemen vertikal Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Nagreg KM 36-37 untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5. 66 dan Gambar 5. 67. 1015-101

Gambar 5. 66. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Nagreg KM 36-37 1025-102

Gambar 5. 67. Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Nagreg Km 36-37 Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Nagreg KM 36-37 untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5. 68, Gambar 5.69, Gambar 5. 70, dan Gambar 5. 71. Gambar 5. 68. Usulan pembuatan continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan dan centerline Rumble Strips/Stripes jalan 1035-103

Gambar 5.69. Pemasangan mata kucing Gambar 5. 70. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas 1045-104

Gambar 5. 71. Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Nagreg KM 36-37 untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5. 72 dan Gambar 5.73. Gambar 5. 72. Usulan perubahan alinyemen vertikal 1055-105

Gambar 5.73. Usulan pemasangan lampu jalan Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Nagreg KM 36-37. Tabel 5. 62. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah (chevron) Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5. 63. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 315.000/buah Tabel 5. 64. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Nagreg KM 36-37 Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Perkiraan Biaya Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah Re-alinyemen horizontal/vertikal Rp. 5.000.000/m 3 1065-106

B. JALUR LINTAS UTARA 1. Indramayu Analisis data kecelakaan di Kabupaten Indramayu dilakukan pada daerah jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu, dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masingmasing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) 1) Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Lokasi kecelakaan di ruas Jalan Raya Pantura Eretan, Kandanghaur KM 79-80 terletak di daerah Indramayu. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.65.berikut ini. 1075-107

Tabel 5.65. Karakteristik tipe tabrakan di Eretan Kulon, Tipe Tabrakan Kandanghaur KM 79-80 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 1 0 0 1 3 Depan-samping 4 4 0 0 48 Depan-belakang 3 0 0 3 9 Depan-depan 0 0 0 0 0 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari Tabel 5.65 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping. Untuk mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, di mana jumlah kecelakaan dikonversikan menjadi nilai peluang, dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversikan menjadi nilai dampak, seperti tertera pada Tabel 5.66. 1085-108

Tabel 5.66. Analisis resiko di Eretan Kulon, Kandanghaur Jenis Tabrakan KM 79-80 Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat tipe kecelakaan yang termasuk katergori berbahaya dan sangat berbahaya pada daerah Eretan Kulon. Hanya terdapat kategori cukup berbahaya dengan jenis tabrakan depan-samping. Oleh karena itu, belum diperlukan penanganan/usulan baru untuk tindak lebih lanjut terhadap kondisi permasalahan di Jalan Raya Eretan Kulon. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi saat terjadi kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.67 1095-109

Tabel 5.67. Karakteristik kondisi jalan di Jalan Raya Eretan Kondisi Jalan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 8 4 0 4 60 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.68. Tabel 5.68. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 6 2 0 4 36 Berkabut 2 2 0 0 24 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 1105-110

Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.69 Tabel 5.69. Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 5 1 0 4 24 Mobil 5 2 0 4 36 Truk 2 2 0 0 24 Bus 0 0 0 0 0 Pejalan Kaki 0 3 0 0 36 Sepeda 0 0 0 0 0 Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.70. berikut. 1115-111

Tabel 5.70. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Jalan Raya Eretan Kulon Moda kendaraan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 3 100 300 Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 1 1 1 Tidak Berbahaya Pejalan Kaki 1 100 100 Tidak Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor dan mobil. Kondisi geometrik di Jalan Raya Pantura Eretan ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexibel pavement (arah barat) dan rigid pavement (arah timur), 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2,5 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 1125-112

6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Kondisi permukaan perkerasan rigid mengalami keretakan. 8) Terdapat Bukaan (U-Turn) yang tidak memiliki rambu serta tidak terlindung Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.71sebagai berikut. Tabel 5. 71 Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan di Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Marka tepi yang tidak jelas 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan kecelakaan 3. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah 4. Adanya retak pada rigid pavement Pengemudi keluar jalur Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi tertabrak dari belakang Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraannya 50% 3 100 300 Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 10% 2 100 200 Cukup Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di 1135-113

atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera padatabel 5.72. Tabel 5.72. Usulan penanganan berdasarkan uraian permasalahan di Jalan Raya Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 No Uraian Permasalahan 1 Tidak adanya marka tepi dan marka tengah sehingga menyebabkan pengemudi sepeda motor yang lebih rentan keluar dari jalur. 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Melakukan pengecatan marka tepi dan marka tengah yang sesuai standar Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu putar balik dan pembuatan bukaan terlindung Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudi nal rumble strips pada bahu jalan.. a. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. b. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang a. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. 1145-114

Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon ditunjukkan pada Gambar 5.74, Gambar 5.75, dan Gambar 5.76 sebagai berikut. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar 5.74. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon Gambar 5.75. Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon Gambar 5.76. Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon 1155-115

Gambar 5.77. Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Eretan Kulon Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.78, Gambar 5.79, Gambar 5. 80, Gambar 5. 81 sebagai berikut. Gambar 5.78. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan 1165-116

Gambar 5.79.Usulan pemasangan mata kucing Gambar 5. 80. Pembuatan pulau lalu lintas Gambar 5. 81. Pemasangan median dengan reflector post 1175-117

Usulan penanganan pada daerah Eretan Kulon untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.82.. Gambar 5. 82. Lajur khusus sepeda motor Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Eretan Kulon. Tabel 5. 73. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Eretan Kulon Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.74. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Eretan Kulon Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan. Pembuatan mata kucing pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 315.000/buah 1185-118

Tabel 5.75. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Eretan Kulon Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m 3 b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot). 1) Larangan, Lohbener KM 59-60 Lokasi kecelakaan di Jalan Lohbener KM 59-60 merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential black spot), tepatnya di Jalan Raya Larangan. Tabel 5.76. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Tipe Tabrakan Larangan, Lohbener KM 59-60 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 2 0 1 1 6 Depan-samping 3 3 0 0 36 Depan-belakang 1 0 0 1 3 Depan-depan 0 0 0 0 0 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari Tabel 5.76 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depansamping. 1195-119

Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.77 Tabel 5. 77. Analisis resiko tingkat kepengtingan penanganan di Eretan Kulon, Kandanghaur KM 79-80 Larangan Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 70 140 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas.berdasarkan hasil analisis, tidak terdapat tipe kecelakaan yang termasuk katergori berbahaya dan sangat berbahaya pada daerah Larangan. Hanya terdapat kategori cukup berbahaya dengan jenis tabrakan samping-samping dan depan-samping.oleh karena itu, belum diperlukan 1205-120

penanganan/usulan baru untuk tindak lebih lanjut terhadap kondisi permasalahan di Jalan Raya Larangan. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi saat terjadi kecelakaan dapat dilihat pada Tabel 5.78. Tabel 5.78. Karakteristik kondisi jalan di Jalan Raya Larangan Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 6 3 1 2 45 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.76 1215-121

Tabel 5.79. Karakter kondisi cuaca di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM 59-60 Fatalitas Cuaca Jumlah Kecelakaan MD LB LR Normal 4 2 1 1 30 Berkabut 2 1 0 1 15 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.80. Tabel 5.80. Jenis kendaraan yang terlibat kecelakaan di Moda Kendaraan Jalan Raya Larangan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 8 3 1 4 51 Mobil 1 1 0 0 12 Truk 2 2 0 0 24 Bus 0 0 0 0 0 Pejalan Kaki 1 0 1 0 3 Sepeda 0 0 0 0 0 1225-122

Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.81. Tabel 5.81. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM 59-60 Jalan Raya Larangan Moda kendaraan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 1 1 1 Tidak Berbahaya Pejalan Kaki 2 70 140 Cukup Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Raya Larangan ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan flexibel pavement 1235-123

3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka baik dan jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat bukaan (U-Turn) yang tidak memiliki rambu serta tidak terlindung. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.82. sebagai berikut. Tabel 5. 82. Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan Raya Larangan No Uraian Permasalahan 1. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan kecelakaan 2. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah Dampak Permasalahan Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi tertabrak dari belakang Devia si peluang dampak Resiko Kategori 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab 1245-124

kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.83. Tabel 5.83. Usulan penanganan berdasarkan analisis resiko di Jalan Raya Larangan, Lohbener KM 59-60 No Uraian Permasalahan 1 Tidak adanya marka tepi dan marka tengah sehingga menyebabkan pengemudi sepeda motor yang lebih rentan keluar dari jalur. Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Melakukan pengecatan marka tepi dan marka tengah yang sesuai standar Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah b. Pembuatan continuous shoulder rumble strips/longitudina l rumble strips pada bahu jalan. c. Pembuatan median. Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang b. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. c. Pembuatan lajur khusus sepeda motor. 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu putar balik pada bukaan dan perlindungan terhadapa kendaraan yang akan berputar arah Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu putar balik dan pembuatan bukaan terlindung c. Pemasangan kancing jalan/mata kucing pada as jalan. d. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. 1255-125

Usulan Penaganan pada daerah Larangan ditunjukkan pada Gambar 5.83, Gambar 5.84, Gambar 5.85, dan Gambar 5.86 sebagai berikut. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar 5.83. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan Gambar 5.84. Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan 1265-126

Gambar 5.85. Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan Gambar 5.86. Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Larangan Usulan penanganan pada daerah Larangan untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.87, Gambar 5.88, Gambar 5.89, Gambar 5.90 sebagai berikut. 1275-127

Gambar 5.87. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan Gambar 5.88.Usulan pemasangan mata kucing Gambar 5. 89. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas 1285-128

Gambar 5. 90. Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan pada daerah Larangan untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.91dan Gambar 5.92. Gambar 5.91. Usulan pemasangan lampu jalan Gambar 5. 92. Lajur khusus sepeda motor 1295-129

Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Larangan. Tabel 5.84. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Larangan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.85. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Larangan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 315.000/buah Tabel 5.86. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Larangan Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pembuatan lampu penerang jalan Rp. 10.000.000/buah Pembuatan lajur khusus sepeda motor Rp. 5.000.000/m 3 2) Jalan Widasari, Bangkaloa Lokasi kecelakaan di daerah Bangkaloa merupakan lokasi jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential black spot), tepatnya di Jalan Widasari. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.87 1305-130

Tabel 5.87. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Widasari, Tipe Tabrakan Bangkaloa Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LK Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 3 0 1 2 9 Depan-samping 1 0 1 0 3 Depan-belakang 4 3 1 0 39 Depan-depan 0 0 0 0 0 kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari data Tabel 5.87. dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak samping-samping dan depan-belakang. Analisis resiko untuk menentukan prioritas penanganan kecelakaan berdasarkan jenis tabrakan dapat dilihat pada Tabel 5.88. Tabel 5.88. Analisis resiko di Jalan Widasari Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Widasari Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-belakang 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya 1315-131

Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, tidak perlu dilakukan penanganan pada Jalan Widasari karena hanya didapati tipe kecelakaan dengan kategori cukup berbahaya untuk tipe tabrakan samping-samping, depan-samping, dan depandepan. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.89 Tabel 5.89. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Kondisi Jalan Widasari, Bangkaloa Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 8 3 3 2 51 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan 1325-132

sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.90. Tabel 5.90. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Widasari, Bangkaloa Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 7 3 3 1 48 Berkabut 1 0 0 1 3 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.91. Tabel 5.91. Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan di Jalan Widasari, Bangkaloa Moda Kendaraan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 11 3 4 4 60 Mobil 2 1 1 0 15 Truk 2 1 1 0 15 Bus 1 1 0 0 12 Pejalan Kaki 0 0 0 0 0 Sepeda 0 0 0 0 0 1335-133

Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.92 Tabel 5.92. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Widasari Jalan Widasari Moda kendaraan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 4 100 400 Berbahaya Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 1 1 1 Tidak Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Widasari ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan Fleksibel pavement 1345-134

3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka baik dan jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat Pertigaan serong yang berdekatan dengan tikungan yang sangat membahayakan 8) Lampu APILL yang tidak menyala atau rusak Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.93 sebagai berikut. Tabel 5. 93. Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan raya Widasari No Uraian Permasalahan 1. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 2. Tidak adanya rambu tikungan dan rambu penunjuk arah 3. Lampu APILL yang tidak menyala atau rusak Dampak Permasalahan Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keparahan pelaku kecelakaan Pengemudi kehilangan kendali Terjadi kecelakaan pada persimpangan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab 1355-135

kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Penanganan yang diajukan memiliki beberapa tahapan yaitu penanganan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti yang tertera pada Tabel 5.94. Tabel 5.94. Usulan penanganan berdasarkan uraian permasalahan di Jalan Widasari, Bangkaloa No Uraian Permasalahan 1 Terjadinya kecelakaan dengan jenis tabrak depandepan, depansamping, sampingsamping, dan beruntun. 2. Adanya simpang dan daerah sub urban dengan informasi yang masih kurang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek a. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. b. Pemasangan rambu peringatan adanya simpang dan batas kecepatan maksimum. c. Pembuatan marka yang sesuai standar (marka dua garis utuh pada as jalan). d. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). a. Pemasangan rambu peringatan adanya tikungan/simpang sebelum Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. b. Re-alinyemen simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). a. Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. b. Re-alinyemen Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pemasangan lampu APILL. a. Pemasangan lampu APILL. b. Pemasangan dynamic curve warning 1365-136

No Uraian Permasalahan (marka serta rambu yang tidak memadai). Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek memasuki tikungan/simpang. b. Pemasangan batas kecepatan maksimum sebelum memasuki tikungan (diusulkan batas kecepatan maksimum sebesar 40 km/jam). c. Pemasangan rambu chevron (CAM). d. Pemasangan patok pengarah. e. Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan. f. Pengecatan marka di simpang (marka stop untuk jalan minor). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah simpang (memperbaiki radius simpang dan jarak pandang di simpang). Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang system. c. Pembatasan akses yang masuk ke jalan arteri. Usulan penanganan pada daerah Bangkaloa ditunjukkan pada Gambar 5.93, Gambar 5.94, Gambar 5.95, Gambar 5.96, Gambar 5.97, dan Gambar 5.98 sebagai berikut. DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 4 1375-137

Gambar 5. 93. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa Gambar 5.94. Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa Gambar 5.95. Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa 1385-138

Gambar 5.96. Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa Gambar 5.97. Detail 4 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Bangkaloa 1395-139

Gambar 5. 98. Contoh kondisi sebelum dan sesudah pemasangan rambu chevron pada suatu tikungan Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Widasari untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.99, Gambar 5. 100, Gambar 5. 101, dan Gambar 5. 102. Gambar 5.99. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan 1405-140

Gambar 5. 100. Pembuatan pulau lalu lintas Gambar 5. 101. Re-alinyemen simpang Gambar 5. 102. Pemasangan median dengan reflector post 1415-141

Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Widasari untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.103 dan Gambar 5.104. Gambar 5. 103. Usulan pemasangan dynamic curve warning system Gambar 5. 104. Pemasangan APILL dan lajur khusus sepeda motor 1425-142

Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Widasari, Bangkaloa. Tabel 5.95. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Widasari, Bangkaloa Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. Perkiraan Biaya Rp.600.000/rambu Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.96. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Widasari, Bangkaloa Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan. Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Re-alinyemen simpang Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 315.000/buah Rp. 3.000.000 / m3 Tabel 5.97. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Widasari, Bangkaloa Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pemasangan dynamic curve warning system Pemasangan APILL Perkiraan Biaya Rp. 200.000.000/sistem Rp. 200.000.000/sistem 1435-143

2. Semarang Analisis data kecelakaan di Kota Semarang dibatasi pada ruas Jalan Nasional yang melewati Kota Semarang, yaitu Ruas Jalan Kendal- Semarang dan Ruas Jalan Semarang-Surabaya. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Selanjutnya akan dilihat analisis karakteristik kecelakaan di masingmasing lokasi yang berpotensi sebagai daerah rawan kecelakaan berdasarkan nilai daerah rawan kecelakaan tertinggi yang ditunjukkan tabel pada bab sebelumnya. Lokasi dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Lokasi kecelakaan di daerah Kaligawe merupakan lokasi jenis lokasi 1 adalah, tepatnya di Jalan Raya Semarang - Surabaya KM 4,5. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.98. Tabel 5.98. Karakteristik kecelakaan di Jalan Raya Semarang- Tipe Tabrakan Surabaya KM 4,5 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 1445-144

Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas Samping-samping 0 0 0 0 0 Depan-samping 2 0 2 2 12 Depan-belakang 0 0 0 0 0 Depan-depan 2 2 0 2 30 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari data Tabel 5.98 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depandepan. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.99 berikut. Tabel 5.99. Analisis resiko di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 Samping-samping 0 0 0 Depan-samping 2 100 200 Depan-belakang 0 0 0 Depan-depan 2 100 200 Kecelakaan beruntun 0 0 0 Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Cukup Berbahaya Tidak Berbahaya Cukup Berbahaya Tidak Berbahaya 1455-145

Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakanyang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-depan. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yangterjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.100 berikut. Tabel 5.100. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Kondisi Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 0 0 0 0 0 Genangan Air 8 3 2 2 48 Basah 0 0 0 0 0 Perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Tabel 5.101. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Kondisi Cuaca Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 6 2 2 2 36 Berkabut 2 1 1 0 15 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 1465-146

Kondisi Cuaca Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Hujan lebat 2 1 1 0 15 Untuk kondisi normal merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Tabel 5.102. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Moda Kendaraan Semarang-Surabaya KM 4,5 Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 8 1 2 5 33 Mobil 1 1 0 0 12 Truk 3 2 1 0 27 Bus 3 1 1 1 18 Pejalan Kaki 3 1 1 1 18 Sepeda 0 0 0 0 0 Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada 5.103 berikut. 1475-147

Tabel 5.103. Analisis resiko berdasarkan moda kendaraan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Kaligawe Jenis Tabrakan Peluang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 3 100 300 Berbahaya Pejalan Kaki 2 100 300 Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah terbagi dengan median, 2) Lingkungan sekitar merupakan daerah komersil (pabrik dan perguruan tinggi), 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 8 meter, 4) Bahu jalan 1 meter, diperkeras, terdapat perbedaan level yang cukup besar dengan badan jalan, 5) Kondisi permukaan perkerasan bagus, 6) Kondisi marka tengah dan marka tepi masih bagus, 1485-148

Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±65 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±80 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±70 km/jam.karena kecepatan merupakan fungsi dari kecelakaan, maka pada daerah rawan kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam. Sedangkan komposisi kendaraan yang melintas di ruas ini didominasi oleh kendaraan berat. Kendaraan berat ini biasanya berjalan dengan kecepatan yang rendah sehingga menyebabkan kendaraan di belakangnya, khusunya sepeda motor, akan melakukan pergerakan mendahului tidak aman. Hal ini diyakini mengapa kendaraan bermotor lebih banyak mengalami kecelakaan dan tipe tabrakan yang dominan terjadi adalah tipe tabrak depan-depan Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada 5.104 sebagai berikut. Tabel 5. 104. Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) 1495-149

No Uraian Permasala han Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori 1. Tidak adanya rambu 2. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelomba ng Tidak dapat mengetahui kondisi jalan di depan seperti terdapat simpang, penyempitan jalan atau sebagainya. Pengemudi susah mengendalikan kendaraandan pergerakannya 100% 5 100 500 Sangat Berbahay a 10% 2 100 200 Cukup Berbahay a Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Tabel 5.105. Usulan penanganan berdasarkan uraian permasalahan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 No Uraian Permasalahan 1. Pengemudi tidak berkonsentrasi, termasuk karena penumpang dan penggunaan telpon genggam 2. Banyaknya penyeberang jalan dari jalur lambat ke Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pembuatan papan pengumuman daerah rawan kecelakaan dan hati hati untuk meningkatkan kewaspadaan Pembuatan ramburambu lalu lintas Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan. Pembuatan lajur khusus belok - Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang Pembuatan fasilitas khusus 1505-150

No Uraian Permasalahan jalur cepat 1 Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah kanan/pulau lalu lintas.- Usulan Penanganan Teknis Jangka Panjang untuk pejalan kaki Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) 2 Tidak adanya ramburambu untuk pengendara dari jalur lambat ke jalur cepat atau untuk memutar arah Pemasangan ramburambu tanda hatihati atau batas kecepatan maksimumc Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. - Usulan penanganan pada daerah Kaligawe untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.105, Gambar 5.106, dan Gambar 5.107 sebagai berikut. Gambar 5.105. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe 1515-151

Gambar 5.106. Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe Gambar 5.107. Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe 1525-152

Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.108, Gambar 5.109, dan Gambar 5.110. Gambar 5.108. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan Gambar 5. 109. Pembuatan pulau lalu lintas 1535-153

Gambar 5. 110. Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan pada daerah Kaligawe untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.111 sebagai berikut. Gambar 5. 111.Usulan pemerataan jalan yang bergelombang Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 Kaligawe Tabel 5.106. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Pemasangan marka tikungan dan rambu pengarah. jangka pendek di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Rp.600.000/rambu Rp. 30.000 / km Rp.600.000/rambu Perkiraan Biaya 1545-154

Tabel 5. 107. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Semarang- Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan. Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 315.000/buah Tabel 5.108. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Semarang-Surabaya KM 4,5 (Kaligawe) Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/buah b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot). 1) Jalan Siliwangi Lokasi kecelakaan di Jalan Siliwangi merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di Simpang Siliwangi. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.109 1555-155

Tabel 5.109. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Siliwangi Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 2 0 1 1 6 Depan-samping 2 0 1 2 9 Depan-belakang 0 0 0 0 0 Depan-depan 3 0 1 2 9 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari data Tabel 5.109 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak samping-samping, depan samping dan depan-depan. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.110. 1565-156

Tabel 5.110. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan Jenis Tabrakan di Jalan Siliwangi Semarang peluang Jalan Siliwangi Semarang dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya Depan-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya Depan-belakang 1 1 1 Tidak Berbahaya Depan-depan 3 7 280 Berbahaya Kecelakaan beruntun 2 7 140 Cukup Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrakan depan-depan. Kondisi geometrik di Jalan Siliwangi ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah terbagi, 2) Jalan relatif lurus dan datar, 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 7 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, 5) Lahan di sekitarnya berupa perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan keluar masuk jalan akses, terdapat simpang dengan jalan akses, 6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang, 1575-157

7) Kondisi median,marka tengah baik, tidak ada marka tepi, 8) Terdapat persimpangan dengan rambu-rambu lalu lintas Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±55 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±65 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±60 km/jam.karena kecelakaan merupakan fungsi dari kecepatan, maka pada daerah rawan kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam. Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dengan pembatas jalan/median. Kurangnya rambu, seperti rambu peringatan adanya simpang, untuk berhati-hati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi urban ini. Analisis selanjutnya tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang kurang. Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, 1585-158

sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari belakang maupun dari depan. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktorfaktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.111 Tabel 5.111. Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Siliwangi No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi yang tidak ada 2. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 3. Tidak ada fasilitas untuk pejalan kaki Dampak Permasalahan Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinka n terjadinya kecelakaan lalu lintas Pengemudi susah mengendalika n kendaraan dan pergerakanny a Pejalan kaki menyusur dan menyeberang jalan tanpa Deviasi 100 % Peluang Dampak Resiko Kategori 5 100 500 Sangat Berbahaya 10% 2 100 200 Cukup Berbahaya 100 % 5 100 500 Sangat Berbahaya 1595-159

No Uraian Permasalahan Dampak Permasalahan Deviasi Peluang Dampak Resiko Kategori perlindungan Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.112 berikut. Tabel 5.112. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Siliwangi No Uraian Permasalahan 1 Marka tepi yang tidak ada 2 Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 3 Kurang adanya rambu-rambu lalu-lintas Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan. Penambahan ramburambu lalu-lintas sesuai dengan kondisi jalan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. Re-alinyemen simpang- - Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang - Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Pembuatan fasilitas khusus untuk pejalan kaki Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.112, Gambar 5.113 dan Gambar 5.114 1605-160

Gambar 5.112. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan Siliwangi Gambar 5.113. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan Siliwangi 1615-161

Gambar 5.114. Detail 2 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan jalan Siliwangi Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.115, Gambar 5.116, dan Gambar 5.117. Gambar 5.115. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan 1625-162

Gambar 5. 116. Pembuatan pulau lalu lintas Gambar 5. 117. Re-alinyemen simpang Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.118. Gambar 5.118. Usulan untuk melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) 1635-163

Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Siliwangi. Tabel 5.113. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Siliwangi Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.114. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Siliwangi Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada Rp.11.600.000/km bahu jalan. Pembuatan pulau lalu lintas. Rp. 200.000/m 3 Re-alinyemen simpang Rp. 1.000.000/ m 3 Tabel 5.115. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Siliwangi Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/ m 3 2) Jalan Raya Semarang Kendal (Depan Terminal Mangkang) Lokasi kecelakaan di Jalan Raya Semarang Kendal ini merupakan jenis lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan 1645-164

kecelakaan (potential blackspot), tepatnya di depan terminal Mangkang. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.116. Tabel 5. 116. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Tipe Tabrakan Semarang Kendal (Depan Terminal Mangkang) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 0 0 0 0 0 Depan-samping 2 0 1 2 9 Depan-belakang 2 0 1 2 9 Depan-depan 0 0 0 0 0 Kecelakaan beruntun 2 0 1 1 6 Dari data Tabel 5.116 dan analisis data kecelakaan dapat diketahui bahwa kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas tersebut adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan belakang, depan samping dan kecelakaan beruntun. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.117. Tabel 5.117. Analisis resiko di Jalan raya Semarang-Kendal 1655-165

Jenis Tabrakan Peluang Jalan Siliwangi Semarang Dampak Fatalitas Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 Tidak Berbahaya Samping-samping 1 1 1 Tidak Berbahaya Depan-samping 2 7 140 Cukup Berbahaya Depan-belakang 3 7 280 Berbahaya Depan-depan 0 0 0 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 2 7 140 Cukup Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas.berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-belakang. Kondisi geometrik di Jalan raya Semarang-Kendal ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah terbagi, 2) Jalan relatif lurus dan datar, 3) Lebar untuk 2 arah sebesar 7,70 meter, 4) Bahu jalan 0,5 1 meter, tidak diperkeras, 5) Lahan di sekitarnya berupa perdagangan (semi urban), terdapat hambatan samping berupa parkir dan kendaraan keluar masuk jalan akses. 6) Kondisi permukaan perkerasan relatif baik dengan beberapa tempat yang bergelombang atau berlubang, 1665-166

7) Kondisi median,marka tengah sudah tidak terlihat lagi, tidak ada marka tepi, Kondisi kecepatan lalu lintas di lokasi ini menunjukkan bahwa 85% kendaraan berat (HV) memiliki kecepatan ±55 km/jam, kendaraan ringan (LV) memiliki kecepatan ±60 km/jam, dan untuk sepeda motor sebesar ±55 km/jam.karena kecelakaan merupakan fungsi dari kecepatan, maka pada daerah rawan kecelakaan perlu ada pembatasan kecepatan yang nilainya berada di bawah dari kecepatan diatas yaitu menjadi sebesar 40 km/jam. Kecelakaan yang terjadi di daerah ini sering melibatkan sepeda motor, mengingat daerah ini melewati daerah semi urban sehingga banyak sepeda motor yang melintas untuk melakukan perjalanan jarak pendek, termasuk keluar masuk dan menyeberang dari jalan akses. Seperti halnya dengan sepeda motor, karena kondisi semi urban ini maka jumlah pejalan kaki yang menyusur jalan maupun menyeberang jalan juga cukup banyak.kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki terjadi karena pejalan kaki menyeberang tanpa perlindungan pada jalan dengan lalu lintas menerus atau tertabrak kendaraan yang keluar dari badan jalan akibat lebar jalan yang sempit, sehingga kadang memaksa kendaraan untuk keluar ke bahu jalan karena kondisi menyiap yang tidak aman. 1675-167

Lebar jalan di ruas ini juga relatif sempit dengan pembatas jalan/median. Kurangnya rambu, seperti rambu untuk berhatihati maupun rambu batas kecepatan untuk melintas di daerah semi urban, sehingga pengemudi terutama pengemudi kendaraan jarak jauh/lalu lintas menerus yang biasanya memiliki kecepatan tinggi tidak dipersiapkan dengan kondisi semi urban ini. Analisis selanjutnya tidak adanya marka tepi juga mengurangi penaksiran pengemudi untuk tetap berada di badan jalan, terutama pada malam hari, karena penerangan jalan yang kurang. Kondisi jalan yang bergelombang dan lubang di beberapa tempat mengakibatkan penguasaan/kontrol pengemudi terhadap setir maupun jalannya kendaraan berkurang, sehingga reflek pengemudi dalam kondisi mendadak juga berkurang. Selain itu juga akibat usaha untuk menghindari lubang sehingga tertabrak kendaraan baik yang searah, dari belakang maupun dari depan. Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, kondisi kecepatan lalu lintas, dan komposisi lalu lintas serta kecelakaan yang terjadi dapat dianalisis kombinasi faktor- 1685-168

faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.116. Tabel 5.118. Uraian permasalahan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Siliwangi No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi yang tidak ada 2. Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang Dampak Permasalahan Pengemudi keluar dari jalur sehingga memungkinka n terjadinya kecelakaan lalu lintas Pengemudi susah mengendalika n kendaraan dan pergerakanny a Deviasi Peluang Dampak Analisis Resiko Kategori 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 10% 2 100 200 Cukup Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.119 berikut. Tabel 5.119. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan raya Semarang-Kendal 1695-169

No Uraian Permasalahan 1 Marka tepi yang tidak ada 2 Kondisi permukaan perkerasan banyak yang bergelombang 3 Kurang adanya rambu-rambu lalu-lintas Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan mengenai kondisi permukaan jalan.- Penambahan rambu-rambu lalulintas sesuai dengan kondisi jalan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Pembuatan - Continuous Shoulder Rumble Strips - Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Pembuatan lajur khusus belok kanan/pulau lalu lintas. Re-alinyemen simpang- Pembuatan fasilitas khusus untuk pejalan kaki Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Kendal untuk jangka pendek ditunjukkan pada Gambar 5.119 dan Gambar 5.119. Gambar 5.119. Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Kendal 1705-170

Gambar 5.120. Detail usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Semarang-Kendal Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Kendal untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.121, Gambar 5.122, dan Gambar 5.123. Gambar 5.121. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan 1715-171

Gambar 5. 122. Pembuatan pulau lalu lintas Gambar 5. 123. Re-alinyemen simpang Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Raya Semarang-Kendal untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.124. 1725-172

Gambar 5.124. Usulan untuk melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Jalan Raya Semarang-Kendal. Tabel 5.120. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Jalan Raya Semarang-Kendal Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.121. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Jalan Raya Semarang- Kendal Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada Rp.11.600.000/km bahu jalan. Pembuatan pulau lalu lintas. Rp. 200.000/m 3 Re-alinyemen simpang Rp. 1.000.000/ m 3 Tabel 5.122. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Jalan Raya Semarang-Kendal 1735-173

Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Melakukan perbaikan kerataan jalan (IRI) Rp. 3.000.000/ m 3 3. Surabaya Analisis data kecelakaan di Kotamadya Surabaya dilakukan pada jalan nasional. Dari ruas jalan tersebut dilakukan analisis pemeringkatan daerah rawan kecelakaan sebagaimana yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Selain itu juga akan dilihat tipe kecelakaan secara mendalam untuk mendapatkan karakteristik kecelakaan yang terjadi, terutama kecelakaan fatal. Daerah rawan kecelakaan lalu lintas pada Jalan Nasional di Kotamadya Surabaya terdapat pada daerah Jalan Raya Surabaya- Gresik, ruas Kalianak dan ruas Gereges. a. Lokasi yang merupakan daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (prioritas) Jalan Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Lokasi kecelakaan di Ruas Kalianak merupakan lokasi potential black spot tepatnya di Jalan Raya Surabaya-Gresik. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.123. Tabel 5.123. Karakteristik tipe tabrakan di Jalan Raya Surabaya-Gresik Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR 1745-174

Tipe Tabrakan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 1 0 0 1 3 Depan-samping 5 4 0 1 51 Depan-belakang 1 0 0 1 3 Depan-depan 0 0 0 0 0 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari Tabel 5.123 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping. Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan.di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.124 Tabel 5.124. Analisis resiko di Jalan Raya Surabaya-Gresik Jenis Tabrakan (Ruas Kalianak) Peluang Dampak Fatalitas Kalianak Resiko Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-samping 3 100 300 Berbahaya Depan-belakang 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-depan 1 1 1 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya 1755-175

Usulan prioritas penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, maka tipe tabrakan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak depan-samping. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.125 Tabel 5.125. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Jalan Kondisi Jalan Raya Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 7 4 0 3 57 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.126. 1765-176

Tabel 5.126. Karakteristik kondisi cuaca di Jalan Raya Cuaca Surabaya-Gresik (Ruas Kalianak) Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 6 3 0 3 45 Berkabut 1 1 0 0 12 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari.pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.127. Tabel 5.127. Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan Moda Kendaraan di Ruas Jalan Kalianak Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 8 4 0 4 60 Mobil 1 0 0 1 3 Truk 3 3 0 0 36 Bus 1 1 0 0 12 Pejalan Kaki 1 0 0 1 3 Sepeda 0 0 0 0 0 Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan 1775-177

kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.128. Tabel 5.128. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan Moda kendaraan berdasarkan moda kendaraan di Jalan Surabaya- Gresik (Ruas Kalianak) peluang dampak Fatalitas Kalianak Resiko Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 2 10 20 Tidak Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 2 10 20 Tidak Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Jalan Raya Surabaya Gresik (Ruas Kalianak) ini berupa: 1) Jalan 4 lajur 2 arah tidak terbagi dan 2 lajur 2 arah tidak terbagi pada penyempitan, 2) Perkerasan merupakan fleksibel pavement, 1785-178

3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2 dan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat penyempitan jalan dan petigaan yang berdekatan (akses masuk SPBU). Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.129 sebagai berikut. Tabel 5. 129. Uraian permasalahan dan kategori resiko di Jalan raya Kalianak No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi dan marka tengah yang tidak jelas 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu penyempitan dan pertigaaan serta informasi adanya SPBU 4. Marka yang tidak jelas Dampak Permasalahan Pengemudi keluar jalur Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi keluar jalur dan membahayakan serta tidak mengetahui adanya pertigaaan Pengemudi keluar jalur Deviasi peluang dampak Peluang * dampak Kategori 70% 4 100 400 Sangat Berbahay a 100% 5 100 500 Sangat Berbahay a 100% 5 100 500 Sangat Berbahay a 90% 5 100 500 Sangat Berbahay a 1795-179

Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.130 berikut. Tabel 5. 130. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan kecelakaan Jalan Raya Kalianak No Uraian Permasalahan 1 Marka tepi dan tengah yang tidak ada 2 Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3 Tidak adanya rambu penyempitan dan pertigaaan serta informasi adanya SPBU 4 Penerangan malam hari yang kurang Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu penyempitan jalan dan pertigaan ganda dengan jarak 100 m dan 200 m dari pertigaan a. Melakukan pengecatan marka tepi yang sesuai standar. b. Pembuatan marka yang sesuai Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah a. Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips b. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. c. Pembuatan median a. Pembuatan centerline rumble strips pada as jalan. b. Pembuatan median - Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. - Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m (Pelebaran jalan untuk menghilangkan penyempitan) Pemasangan mata kucing pada seluruh daerah blackspot. Pemasangan lampu jalan 1805-180

No Uraian Permasalahan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek standar (marka dua garis utuh pada as jalan). Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Usulan penanganan pada daerah Ruas Kalianak ditunjukkan pada Gambar 5.125, Gambar 5.125, Gambar 5.125, dan Gambar 5.125 sebagai berikut. DETAIL 1 DETAIL 2 DETAIL 3 DETAIL 4 Gambar 5. 125. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Kalianak Gambar 5. 126. Detail 1 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kalianak 1815-181

Gambar 5. 127. Detail 2 dan Detail 3 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kalianak Gambar 5. 128. Detail 4 usulan penanganan daerah rawan kecelakaan Kalianak Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Ruas Kalianak untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.129, Gambar 5.130, dan Gambar 5.131. 1825-182

Gambar 5. 129. Usulan pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan centerline rumble strips Gambar 5. 130. Pembuatan median jalan dan pulau lalu lintas 1835-183

Gambar 5. 131. Pemasangan median dengan reflector post Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Jalan Siliwangi untuk jangka panjang ditunjukkan pada. Gambar 5.132, Gambar 5.133 dan Gambar 5.134. Gambar 5.132. Usulan untuk memperbaiki penyempitan jalan Gambar 5.133. Usulan pemasangan lampu jalan 1845-184

Gambar 5.134. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Ruas Kalianak. Tabel 5. 131. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Ruas Kalianak Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan marka tengah dan marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu peringatan, informasi, larangan, pengarah Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.132. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Ruas Kalianak Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan continuous shoulder rumble strips pada bahu jalan dan pada centerline rumble strips jalan. Pemasangan reflector post pada seluruh daerah blackspot Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 315.000/buah 1855-185

Tabel 5.133. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Ruas Kalianak Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Pelebaran jalan dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Rp. 5.000.000/m 3 Pembuatan lampu penerangan jalan Rp. 10.000.000/buah b. Lokasi yang berpotensi menjadi daerah rawan kecelakaan yang harus segera mendapatkan penanganan (potential blackspot) Simpang Duduk Sampeyan Lokasi kecelakaan terdapat di Jalan Raya Gresik tepatnya di Simpang Duduk Sampeyan. Karakteristik kecelakaan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.134. Tabel 5. 134. Karakteristik tipe tabrakan di Simpang Duduk Tipe Tabrakan Sampeyan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sendiri (lepas kendali) 0 0 0 0 0 Samping-samping 1 0 0 1 3 Depan-samping 4 4 0 0 48 Depan-belakang 0 0 0 0 0 Depan-depan 1 0 1 0 3 Kecelakaan beruntun 0 0 0 0 0 Dari Tabel 5.134 dapat diketahui bahwa kecelakaan yang berpotensi besar mengakibatkan kecelakaan dengan fatalitas adalah adalah tipe kecelakaan tabrak depan-samping. 1865-186

Untuk dapat mengetahui tipe tabrakan yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan. Di dalam analisis tersebut, jumlah kecelakaan diasumsikan menjadi nilai peluang dan fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.135. Tabel 5.135. Analisis resiko di Simpang Duduk Sampeyan Jenis Tabrakan peluang dampak Fatalitas Duduk Sampeyan Peluang * Dampak Kategori Sendiri (lepas kendali) 1 1 1 Tidak Berbahaya Samping-samping 2 10 20 Tidak Berbahaya Depan-samping 2 100 200 Cukup Berbahaya Depan-belakang 1 1 1 Tidak Berbahaya Depan-depan 2 70 140 Tidak Berbahaya Kecelakaan beruntun 1 1 1 Tidak Berbahaya Usulan prioritas penanganan hanya dilakukan pada jenis tabrakan dengan kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Berdasarkan hasil analisis, hanya terdapat kategori kecelakaan cukup berbahaya dengan tipe kecelakaan depan-samping. Karakteristik kecelakaan mengenai kondisi permukaan jalan yang terjadi di lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 5.136. Tabel 5.136. Karakteristik kondisi permukaan jalan di Simpang Duduk Sampeyan 1875-187

Kondisi Jalan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Kering 6 4 1 1 54 Genangan Air 0 0 0 0 0 Basah 0 0 0 0 0 Untuk kondisi kering merupakan kondisi ideal. Sehingga perlu diselidiki mengenai kondisi geometri dan kondisi lingkungan eksisting yang ditunjukkan pada tahap selanjutnya untuk dapat mengetahui lebih rinci usulan penanganan seperti apa yang dibutuhkan. Untuk mengetahui karakteristik kondisi cuaca dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan kondisi cuaca tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.137 Tabel 5.137. Karakteristik kondisi cuaca uraian permasalahan Cuaca di Simpang Duduk Sampeyan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Normal 6 4 1 1 54 Berkabut 0 0 0 0 0 Hujan Gerimis 0 0 0 0 0 Hujan lebat 0 0 0 0 0 Kecelakaan sering terjadi pada kondisi cuaca cerah dan pada pagi atau siang hari. Pada kondisi seperti, kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan tinggi. 1885-188

Untuk mengetahui karakteristik moda dikaitkan dengan fatalitas korban yang mengalami kecelakaan sehingga didapatkan nilai kecelakaan tertinggi dengan moda kendaraan tertentu dapat dilihat pada Tabel 5.138 Tabel 5.138. Jenis moda kendaraan yang mengalami kecelakaan Moda Kendaraan di Simpang Duduk Sampeyan Jumlah Kecelakaan Fatalitas MD LB LR Sepeda Motor 6 3 1 2 45 Mobil 4 1 1 0 15 Truk 1 1 0 0 12 Bus 1 1 0 0 12 Pejalan Kaki 0 0 0 0 0 Sepeda 0 0 0 0 0 Untuk dapat mengetahui moda kendaraan mana yang menjadi dasar untuk penentuan usulan penanganan maka dibutuhkan analisis resiko dan tingkat kepentingan penanganan daerah rawan kecelakaan, dimana jumlah kecelakaan dikonversi menjadi nilai peluang serta fatalitas dari korban kecelakaan dikonversi menjadi nilai dampak, seperti yang tertera pada Tabel 5.139 Tabel 5.139. Analisis resiko tingkat kepentingan penanganan berdasarkan moda kendaraan di Simpang Duduk Sampeyan Moda kendaraan Simpang Duduk Sampeyan 1895-189

peluang dampak Fatalitas Peluang * Dampak Kategori Sepeda Motor 3 100 300 Berbahaya Mobil 2 100 200 Cukup Berbahaya Truk 2 100 200 Cukup Berbahaya Bus 2 100 200 Cukup Berbahaya Pejalan Kaki 1 1 1 Tidak Berbahaya Sepeda 1 1 1 Tidak Berbahaya Untuk mengusulkan penanganan hanya pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya yang menjadi prioritas. Berdasarkan hasil analisis, maka moda kendaraan yang perlu mendapat analisis untuk pengajuan usulan penanganan adalah tipe tabrak moda sepeda motor. Kondisi geometrik di Simpang Duduk Sampeyan ini berupa: 1) Jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi, 2) Perkerasan merupakan Fleksibel pavement, 3) Lebar lajur 3,5 meter, 4) Bahu jalan 2 dan 3 meter, tidak diperkeras, sejajar dengan badan jalan, 5) Kondisi cat marka tengah dan marka tepi tidak jelas, 6) Tidak ditemukan rambu lalu-lintas, 7) Terdapat perempatan dengan volume lalu lintas tinggi. 1905-190

Dari deskripsi kondisi geometrik lokasi kecelakaan, dapat dianalisis kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan ditunjukkan pada Tabel 5.140 sebagai berikut. Tabel 5. 140. Uraian permasalahan dan kategori resiko di Simpang Duduk Sampeyan No Uraian Permasalahan 1. Marka tepi dan marka tengah yang tidak jelas 2. Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan dan rambu hati-hati pada daerah rawan 3. Tidak adanya rambu perempatan serta marka dan rambu stop pada lengan sekunder 4. Marka yang tidak jelas 5. Penerangan malam hari yang kurang 6. Tidak ada fasilitas pejalan kaki Dampak Permasalahan Pengemudi keluar jalur Kecepatan tinggi yang memperbesar dampak keprahan pelaku kecelakaan Pengemudi keluar jalur dan membahayakan serta tidak mengetahui adanya perempatan Pengemudi keluar jalur Keterbatasan jarak pandang pada malam hari Keselamatan pejalan kaki tidak terjamin baik ketika berjalan maupun menyeberang jalan Deviasi peluang dampak Resiko Kategori 70% 4 100 400 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya 90% 5 100 500 Sangat Berbahaya 100% 4 100 400 Berbahaya 100% 5 100 500 Sangat Berbahaya Analisis penyebab kecelakaan hanya mengusulkan penanganan pada kategori Berbahaya dan Sangat Berbahaya.Berdasarkan 1915-191

hasil analisis penyebab kecelakaan di atas, maka seluruh faktor penyebab kecelakaan harus mendapatkan usulan penanganan karena kategori yang diberikan adalah Berbahaya dan Sangat Berbahaya. Usulan penanganan tersebut tercantum pada Tabel 5.141 berikut. Tabel 5.141. Usulan penanganan untuk lokasi daerah rawan No Uraian Permasalahan 1 Lajur yang relative sempit dengan marka tepi dan tengah yang tidak ada 2 Tidak adanya rambu pembatasan kecepatan pada daerah rawan 3 Tidak adanya rambu perempatan serta marka dan rambu stop pada lengan sekunder 4 Penerangan malam hari yang kurang 5 Tidak ada fasilitas untuk pejalan kaki kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecetan kembali marka tepi yang sesuai standar Pemasangan rambu batas kecepatan dan pemasangan rambu hati hati serta papan pengumuman daerah rawan kecelakaan untuk menigkatkan kewaspadaaan. Pemasangan rambu perempatan dengan jarak 200 m dari perempatan serta marka dan rambu stop pada lengan sekunder Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips Pembuatan median Usulan Penanganan Teknis Jangka panjang Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m. - Penambahan lajur/duplikasi jalur lalu lintas, lebar minimal per lajur 3,5 m.- - Pemasangan APILL - - Pemasangan lampu jalan - Pembuatan fasilitas penyeberangan jalan Pembuatan jalur pejalan kaki/ Usulan penanganan pada daerah Simpang Duduk Sampeyan ditunjukkan pada Gambar 5.135, Gambar 5.136, Gambar 5.137, dan Gambar 5.138 sebagai berikut. 1925-192

DETAIL 3 DETAIL 1 DETAIL 2 Gambar 5.135. Usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan Gambar 5.136. Detail 1 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan 1935-193

Gambar 5.137. Detail 2 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan Gambar 5.138. Detail 3 usulan penganan daerah rawan kecelakaan Simpang Duduk Sampeyan 1945-194

Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Simpang Duduk Sampeyan untuk jangka menengah ditunjukkan pada Gambar 5.139. Gambar 5. 139. Usulan pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan dan Centerline Rumble Strips/Stripes jalan Gambar 5. 140. Usulan pembuatan median jalan Gambar 5. 141. Pembuatan fasilitas penyeberangan jalan 1955-195

Usulan penanganan daerah rawan kecelakaan pada Simpang Duduk Sampeyan untuk jangka panjang ditunjukkan pada Gambar 5.142 dan Gambar 5.143. Gambar 5.142. Pelebaran jalan menjadi 4 lajur Gambar 5.143. Usulan pemasangan lampu jalan 1965-196

Gambar 5. 144. Pemasangan APILL dan jalur pejalan kaki Berikut ini adalah estimasi anggaran biaya untuk penanganan keselamatan di Ruas Kalianak. Tabel 5. 142. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka pendek di Simpang Duduk Sampeyan Usulan Penanganan Teknis Jangka Pendek Pengecatan kembali median menjadi 2 garis sejajar utuh dengan lebar garis 0,12 m dengan jarak 0,1 m dan marka tepi yang sesuai standar Pembuatan rambu peringatan, informasi dan larangan. Perkiraan Biaya Rp. 30.000 / meter Rp.600.000/rambu Tabel 5.143. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka menengah di Simpang Duduk Sampeyan Usulan Penanganan Teknis Jangka Menengah Pembuatan Continuous Shoulder Rumble Strips pada bahu jalan dan pada Centerline Rumble Strips/Stripes jalan. Pembuatan fasilitas penyeberangan pejalan kaki Pembuatan median jalan Perkiraan Biaya Rp.11.600.000/km Rp. 20.0000.000/set Rp. 4.000.000/m3 Tabel 5.144. Perkiraan biaya pelaksanaan usulan penanganan jangka panjang di Simpang Duduk Sampeyan 1975-197

Usulan Penanganan Teknis Perkiraan Biaya Jangka Panjang Perbaikan penyempitan jalan dengan cara pelebaran jalan Rp. 5.000.000/m 3 dengan lebar tiap lajur 3,5 m. Pembuatan lampu penerang jalan Rp. 10.000.000/buah Pembuatan jalur pejalan kaki Rp. 5.000.000/m 3 Pemasangan APILL Rp. 200.000.000 C. BENCHMARKING PENURUNAN ANGKA DAN RESIKO KECELAKAAN Intelligent Transport System (ITS) adalah salah satu system yang saat ini digunakan di beberapa negara maju di dunia untuk menurunkan angka dan resiko kecelakaan. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapannya. 1. Manajemen Informasi Cuaca (Road Weather Management) Kondisi cuaca buruk berdampak besar pada keselamatan di ruas jalan dan simpang. Cuaca mempengaruhi perilaku pengemudi, performa kendaraan, gesekan trotoar, dan infrastruktur jalan. Peristiwa kondisi cuaca beserta dampaknya di jalan dapat dipandang sebagai prediksi, insiden yang tidak berulang yang mempengaruhi keamanan, mobilitas dan produktivitas pelaku perjalanan. Kondisi cuaca dapat mempengaruhi keselamatan jalan melalui peningkatan risiko kecelakaan, serta bahaya-bahaya lain yang berkaitan dengan cuaca. Peningkatan dampak buruk dari cuaca dapat dilakukan dengan mengurangi volume lalu lintas dan kecepatan yang lewat di ruas jalan, meningkatkan variasi kecepatan, yaitu ukuran keseragaman kecepatan, dan penurunan kapasitas jalan, yaitu tingkat 1985-198

maksimum di mana kendaraan dapat melakukan perjalanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi cuaca selain akan menurunkan produktivitas perjalanan, juga akan meningkatkan biaya operasi dan biaya pemeliharaan jalan. Di beberapa negara maju, untuk menekan dampak negatif terhadap cuaca, khususnya yang terkait dengan peningkatan keselamatan pengguna jalan, dilakukan suatu manajemen informasi cuaca (road weather management) sedemikian sehingga apabila terjadi cuaca yang cukup ekstrim (misalnya hujan yang sangat lebat, angin puting beliung, dan lain-lain), maka dampak cuaca tersebut terhadap kecelakaan bisa diminimalisir. Gambar 5.145 berikut menunjukkan proses dari road weather management yang dilakukan oleh negaranegara maju. 1995-199

Gambar 5. 145. Road Weather Management untuk Menurunkan Resiko Kecelakaan 2005-200

2. Sistem Komunikasi Antar Kendaraan (Vehicle-to-Vehicle Communications for Safety) Sistem Komunikasi antarkendaraan bermotor, merupakan sebuah teknologi di mana antarkendaraan akan saling berkomunikasi, menyediakan informasi antar satu sama lain seperti peringatan keamanan dan informasi lalu lintas. Sebagai pendekatan kooperatif, sistem komunikasi kendaraan dapat lebih efektif untuk menghindari kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Secara singkat, prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggangap dua node yaitu (1) kendaraan (2) stasiun yang diletakkan di pinggir jalan, yang dihubungkan dengan perangkat Dedicated Short Range Communications (DSRC), yang kemudian saling berkomunikasi untuk mencapai sebuah tujuan keselamatan dan produktivitas melalui sebbuah sistem yang mengintegrasikan komunikasi antara kendaraan dan stasiun tersebut (fixed node) sebagaimana yang dijelaskan pada Gambar 5.146 berikut. 2015-201

Gambar 5. 146. Sistem Kerja pada Vehicle-to-Vehicle Communications for Safety 5-

3. Vehicle Infrastructure Integration (VIM) Vehicle infrastucture Integration (VIM) merupakan aplikasi serangkaian teknologi yang secara langsung menghubungkan kendaraan dengan jalan dan lingkungannya. Prinsip kerja utama dari VIM ini adalah untuk menyediakan link komunikasi antara kendaraan dan infrastruktur pinggir jalan (melalui Roadside Equipment) dengan suatu link khusus, di mana sistemnya hampir sama dengan sistem Komunikasi antarkendaraan. Beberapa contoh aplikasi VIM yang saat ini banyak digunakan antara lain: a. Peringatan terhadap pengemudi tentang kondisi tidak aman atau tabrakan b. Peringatan terhadap pengemudi jika kecepatannya terlalu tinggi c. Informasi kepada pengemudi mengenai kemacetan, kondisi cuaca yang real-time dan insidentil d. Informasi kepada pengemudi tentang kapasitas jalan terkait dengan real time management, sampai pemberian saran untuk ruas-ruas jalan yang harus dilewati pengendara Gambar 5.147 berikut menjelaskan contoh penggunaan VIM untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya 5-

Gambar 5. 147. Aplikasi VIM untuk informasi adanya kecelakaan, penyeberang jalan, dan kendaraan yang pindah lajur secara mendadak 5-

4. Point to point Speed Enforcement (P2SE) Point-to-Point Speed Enforcement bekerja dengan mengukur jumlah waktu yang dibutuhkan kendaraan berat untuk berkendara antara dua titik dan kemudian menghitung rata-rata kecepatan kendaraan. Jika kecepatan rata-rata kendaraan adalah lebih tinggi dari batas kecepatan untuk panjang jalan tertentu, maka si pengendara akan diberi pesan untuk mengurangi kecepatannya. Semua panjang penegakan Point-to-Point Speed Enforcement disertifikasi untuk memastikan keakuratan perhitungan kecepatan rata-rata. Jarak yang digunakan ketika menghitung kecepatan rata-rata kendaraan di seluruh panjang jalan penegakan Point-to-Point Speed Enforcement akan menjadi jarak praktis yang terpendek yang menjamin bahwa tidak ada kemungkinan bahwa kecepatan pengemudi dapat melebihi kecepatan yang sudah ditentukan. Penegakan Point-to-Point Speed Enforcement digunakan pada daerah dengan kecepatan tinggi yang tidak ditopang oleh kelayakan alinyemen vertikal dan horisontal. Dampak penegakan Point-to-Point Speed Enforcement di luar negeri telah menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan sebesar 50 persen pada kecelakaan fatal dan serius. Point-to-Point Speed Enforcement hanya menargetkan untuk kendaraan berat karena jikalau kendaraan tersebut terlibat dalam kecelakaan akibat kecepatannya yang tinggi, maka korban kecelakaan kemungkinan besar adalah fatal atau meninggal dunia. Gambar 5. 148 menunjukkan aplikasi sistem Point-to-Point Speed Enforcement untuk kendaraan berat. 5-

Gambar 5. 148. Contoh Penerapan Point to point Speed Enforcement untuk Kendaraan Berat Dari beberapa contoh penerapan teknologi untuk mengurangi angka kecelakaan dan tingkat resiko kecelakaan di atas, Tabel 5.145 mencoba merangkum teknologi-teknologi di negara maju yang dapat diaplikasikan di wilayah studi sepanjang jalur pantai utara dan jalur pantai selatan. 2065-206