BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran danpertimbangan dalam undang-undang no. 1

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan taraf hidup serta mengurangi pengangguran. Kehadiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada


BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan.undang-undang No. 1 Tahun 1970 menjelaskan bahwa setiap tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan keselamatan kerja mulai menjadi perhatian di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Perkembangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. besar atau kecil sangat membutuhkan sumber daya manusia yaitu karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan menerapkan berbagai teknologi dan menggunakan bermacam-macam bahan. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi makro dan mikro, peningkatan jumlah lapangan kerja, kesejahteraan masyarakat serta dampak positif lainnya. Akan tetapi, seiring dengan itu juga terdapat dampak lain khususnya terhadap tenaga kerja berupa risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengurangi dampak tersebut perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. (1) Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi salah satu bagian penting dalam industrialisasi dikarenakan efisiensi biaya dan peningkatan keuntungan semakin diperhatikan seiring dengan penekanan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Terjadinya kecelakaan industri menyebabkan terhambatnya produksi yang akan berdampak pada penurunan produksi serta kerugian perbaikan maupun pengobatan. Oleh karena itu K3 harus dikelola sebagaimana pengelolaan produksi dan keuangan serta fungsi penting perusahaan yang lainnya. (2) Data dari International Labour Organization (ILO) pada tahun 2011, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia. Sekitar 337 juta kecelakaan kerja terjadi tiap tahunnya yang mengakibatkan kurang-lebih 2,3 juta pekerja kehilangan nyawa. Sementara itu data PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) memperlihatkan bahwa sekitar 0,7 persen pekerja Indonesia mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian nasional mencapai Rp 50 triliun. (3)(4)

2 Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tercatat bahwa kasus kecelakaan kerja pada tahun 2014 telah terjadi kejadian kecelakaan kerja sebanyak 53.319 kasus. Sedangkan pada tahun 2015 telah terjadi kecelakaan sebanyak 50.089 kasus kecelakaan kerja untuk seluruh Indonesia dengan tipe kecelakaan terbanyak yaitu, terbentur pada umumnya menunjukkan kontak atau persinggungan dengan benda tajam atau benda keras yang menyebabkan tergores, terpotong, tertusuk, dll. Besarnya potensi bahaya kecelakaan kerja yang terjadi dipengaruhi berbagai aspek, seperti jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan lingkungan, pengendalian kecelakaan seperti penggunaan alat pelindung diri, sistim manajemen pengawasan serta tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan kerja. (4)(5) Kecelakaan kerja menurut International Labour Organization (ILO) dapat terjadi dikarenakan tiga faktor, yaitu faktor manusia, pekerjaan, dan faktor lingkungan di tempat kerja. Faktor manusia yang dimaksud berupa faktor umur, tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai keselamatan kerja, pengalaman kerja serta sikap kerja yang diterapkan oleh tenaga kerja. Faktor pekerjaan adalah giliran kerja (shift) dan jenis pekerjaan. Yang ketiga faktor lingkungan yaitu lingkungan fisik, kimia, dan biologi. (6) Penelitian yang dilakukan oleh Sarah yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi PT. Lembah Karet Pada tahun 2014 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pelatihan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja, terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian APD dengan kejadian kecelakaan kerja. Selain itu juga menurut uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan dengan kejadian kecelakaan kerja. (7) Sejalan dengan itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunas (2016) menunjukkan bahwa persentase tenaga kerja yang

3 pernah mengalami kecelakaan kerja lebih banyak pada tenaga kerja yang memiliki sikap kerja yang tidak ergonomis. (8) PT. Kunango Jantan Group adalah Kelompok Usaha yang fokus dalam penyediaan, pemrosesan, dan distribusi material baja dan beton siap pakai untuk industri konstruksi, kelistrikan, pertambangan, telekomunikasi, dan perhubungan. Pada awalnya perusahaan ini merupakan sebuah bengkel yang kemudian berkembang menjadi perusahaan yang bergelut dibidang material baja dan beton. PT. Kunango Jantan memiliki 325 tenaga kerja. Dalam pelaksanaan kegiatan produksi PT. Kunango Jantan tidak hanya mengandalkan tenaga kerja perusahaan tersebut saja akan tetapi juga dibantu oleh karyawan borongan yang kurang lebih berjumlah 400 orang. Tenaga kerja di PT. Kunango Jantan memiliki karakteristik dan latar belakang yang beragam. Latar belakang yang dimaksud berupa latar belakang usia, budaya, pendidikan, dan ekonomi. (9) Proses pengolahan baja dan pembuatan barang konstruksi beton dilakukan melalui berbagai tahap yang sangat kompleks sehingga menghasilkan produksi yang bernilai ekonomis. Seluruh proses produksi baja dan beton dilakukan pada pabrik Tiga Pilar Sakato, Pabrik Kunango Jantan Concrete, pabrik Karya Empat Pilar, dan workshop Kunango Jantan. Pengolahan baja dan beton yang dilakukan di PT. Kunango Jantan melalui berbagai proses. Proses tersebut berupa pekerjaan pengelasan, pekerjaan penggerindaan, pemotongan plat, proses forming plat menjadi pipa, sand blasting, proses pres, stone crasher, alat angkat angkut seperti forklift dan proses yang lainnya. Adapun dalam proses pengolahan baja dan pembuatan beton tersebut tidak terlepas dari potensi kecelakaan kerja. Potensi kecelakaan kerja dapat ditemui hampir diseluruh proses pengolahan baja dan pembuatan beton.

4 PT. Kunango Jantan telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Beberapa program yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja dimulai pada bulan Februari. Adapun program yang dilaksanakan seperti penggunaan APD, penyediaan APAR, pengawasan K3 di lapangan, peraturan K3 dan beberapa program lainnya. Penerapan pengawasan kerja di PT. Kunango Jantan dilaksanakan oleh manajemen dengan menunjuk satu orang pengawas K3 lapangan yang bertugas melaksanakan pengawasan pada seluruh pabrik setiap harinya. Pengawasan dilakukan dengan cara mengunjungi lokasi kerja dan mengamati tenaga kerja saat melakukan pekerjaan. Sesuai instruksi kerja PT. Kunango Jantan Group mewajibkan tiap tenaga kerja yang akan memasuki area kerja, diwajibkan menaati aturan sesuai petunjuk keselamatan kerja, dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan di area tersebut. Alat pelindung diri yang diwajibkan yaitu, safety shoes, safety helmet, kaca mata, dan sarung tangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengawas K3 lapangan, kecelakaan kerja banyak terjadi akibat tindakan tidak aman dari pekerja. Hasil observasi dilapangan ditemukan beberapa pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan rambu-rambu wajib APD yang ada di area kerja. (10) Dalam melaksanakan pekerjaan tidak terlepas dari sikap kerja dan masalah-masalah hubungan anatara manusia dengan tugas-tugas atau pekerjaan yang dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan posisi kerja yang baik. Dalam melakukan pekerjaan pengelasan, tenaga kerja melaksanakan dengan posisi punggung yang membungkuk, seharusnya pekerjaan dilakukan dengan punggung yang lurus. Pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan posisi

5 yang tepat berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan bagi tenaga kerja dan berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Selama bulan Maret sampai bulan Juni telah terjadi empat puluh dua kejadian kecelakaan kerja di PT. Kunango Jantan Group. Kecelakaan tersebut terjadi diseluruh area PT. Kunango Jantan. Kecelakaan yang terjadi berupa terjatuh sehingga menimbulkan luka robek, luka bakar, terhimpit plat, dan kecelakaan akibat suhu tinggi. (11) Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, penggunaan alat pelindung diri, sikap kerja, dan pengawasan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Kunango Jantan Group tahun 2016. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan, penggunaan APD, sikap kerja dan pengawasan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Kunango Jantan Group tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan, penggunaan APD, sikap kerja dan pengawasan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Kunango Jantan Group tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi kecelakaan kerja tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan K3 pada tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap kerja tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016

6 4. Mengetahui distribusi frekuensi pengawasan K3 di PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 5. Mengetahui distribusi frekuensi penggunaan APD pada tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 6. Mengetahui hubungan antara pengetahuan K3 dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 7. Mengetahui hubungan antara sikap kerja tenaga kerja dengan kecelakaan kerja di PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 8. Mengetahui hubungan antara penggunaan APD dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 9. Mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 10. Mengetahui hubungan antara pengawasan K3 dengan kecelakaan kerja pada tenaga kerja pekerja PT. Kunango Jantan pada tahun 2016 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam membuat penulisan karya tulis ilmiah khususnya yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dapat diaplikasikan. 1.4.2 Bagi institusi pendidikan Bagi institusi pendidikan khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat, diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut terkait hubungan pengetahuan K3, sikap kerja, penggunaan APD dan pengawasan dengan kecelakaan kerja.

7 1.4.3 Bagi perusahaan tempat penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengelola lingkungan kerja yang aman serta dapat meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai K3, sikap kerja, penggunaan APD dan pengawasan saat bekerja dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kunango Jantan Group untuk melihat hubungan pengetahuan, penggunaan APD, sikap kerja dan pengawasan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Kunango Jantan Group tahun 2016. Faktor-faktor yang ingin diteliti yaitu hubungan pengetahuan, sikap kerja, penggunaan APD dan pengawasan K3 dengan kecelakaan kerja.