BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB 1 PENDAHULUAN. dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu, tetapi persepsi itu kini

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana narkoba ini, diperlukan tindakan tegas penyidik dan lembaga

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. mendiagnosis masalah atau memberikan terapi bagi anak-anak yang memiliki masalah

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PROVINSI JAWA TENGAH DI UNGARAN

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA DI YOGYAKARTA (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

RENCANA AKSI BNNP SULAWESI SELATAN BIDANG PENCEGAHAN TARGET/ TAHUN No TUJUAN RENCANA AKSI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Denpasar Bali merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun manca negara. Sebagai tempat wisata, Bali merupakan pasar yang sangat menguntungkan bagi peredaran narkoba, khususnya Denpasar. Banyaknya tempat-tempat huburan malam, kehidupan bebas maupun longgarnya pengawasan terhadap tempat kos-kosan, kasus penyalahgunaan narkoba di propinsi ini terus meningkat, bahkan Bali menduduki peringkat ke 3 nasional. 1 Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber : www.kliknarkoba.com NO LOKASI TKP TAHUN 2004 2005 2006 1 Ramah/ Kost 104 154 97 2 Jalan Umum 98 113 93 3 Hotel/ Villa 11 22 23 4 Karaoke 8 18 19 5 Restouran/ Warung 87 149 216 6 Lapas/ Kantor 2 2 15 7 Bandara 4 5 - Tabel 1.1.a Lokasi TKP Narkoba Sumber : Dit Narkoba Polda Bali 2006 1 www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/4/22/b19.htm 1

Data yang dikeluarkan pihak Badan Narkotika Provinsi (BNP) Bali. Selama tiga tahun terakhir terdapat 635 kasus narkoba terjadi di Bali. Barang bukti yang berhasil disita adalah 34.269 gram ganja, 19.702 gram kokain, 4.498 gram heroin, 1.128 gram shabu-shabu, dan 16.072 butir ekstasi. 2 KASUS NARKOBA DI BALI Sumber :Dit Narkoba POLDA Polda BALI Bali PER-WILAYAH JUMLAH KASU 160 140 120 100 80 60 40 20 0 DIT NAR POLTABES RES BLL RES TBN RES GYR RES KLK RES BGL RES KAS RES JMBR RES BDG 2004 2005 2006 SATUAN KERJA UMUR TERSANGKA NARKOBA TAHUN 2004-2006 400 350 300 250 200 150 100 50 0 <15 16-19 20-24 25-29 >30 2004 2005 2006 Tabel 1.1.b Kasus Narkoba 2004 2006 Sumber : Dit Narkoba Polda Bali 2006 ( tahun 2006 sampai bulan oktober ) Kapolda Bali Irjen Polisi Made Mangku Pastika mengusulkan kepada aparat penegak hukum agar para pengedar narkoba dihukum mati. Menurutnya, saat ini Bali sudah bukan tempat transit peredaran narkoba, namun sudah dianggap sebagai pasar."dari hasil penangkapan dan penyidikan kami, banyak bandar yang bernama Made, Gusti, dan yang lainnya. Artinya, orang Bali sudah 2 www.tempointeraktif.com 2

jadi pengedar. Dan di sini sudah jadi pasar peredaran narkoba itu," kata Pastika kepada wartawan usai pemusnahan ribuan gram barang bukti narkoba di Denpasar, Jumat (25/6). 3 Masih banyak kendala untuk memberantas peredaran narkoba di Indonesia, apalagi grafik pemakainya terus naik tiap tahun padahal, pemakai narkoba disini menurut data terakhir sudah mencapai 2 juta orang dan baru sepuluh persen yang bisa di sembuhkan melalui rehabilitasi. Dampak penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kerusakan fisik, mental dan sosial seseorang serta orang-orang dekat yang bersangkutan. Penyalahgunaan narkoba pada remaja sering berakibat meningkatkan ketegangan dan kegelisahan sehingga dapat mengganggu belajar, cepat tersinggung, sukar tidur dan timbul ganguan tingkah laku. Bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan dibidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain pada satu sisi dengan mengusahakan ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dan sisi lain melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Ketua BNN Komjen Pol. Drs. Made Mangku Pastika menegaskan, dalam upaya rehabilitasi sudah diusulkan pembangunan 10 rumah sakit (RS) yang khusus menangani pecandu obat terlarang dan pasien terjangkit HIV. Kota besar yang diusulkan punya RS Narkoba, masing-masing Banda Aceh, Palembang, Bandung, Semarang, Yogya, Jatim, Surabaya, Denpasar, Makasar, dan Jaya Pura. Model pelayanan yang diterapkan yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. 4 Korban narkoba lebih memerlukan rehabilitasi daripada lapas narkoba. Menurut Prof. Wayne Wiebel, pakar narkoba dari AS, tidak ada manfaat lapas khusus narkoba,. Dia menunjuk negaranya yang sudah menghabiskan ratusan juta dolar membangun penjara khusus untuk korban narkoba tetapi tetap tidak 3 ibid 4 www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/4/22/b19.htm 3

membuahkan hasil. Menurut Dave Burrows, konsultan narkoba di Australia, korban narkoba memerlukan rehabilitasi dan itu tidak akan diperoleh di penjara. Dalam UU No.22 Tahun 1997, tentan narkotika Pasal 44 ayat (1) disebutkan untuk kepentingan pengobatan dan/atau perawatan pengguna narkotika dapat memiliki, menyimpan, dan/atau membawa narkotika. Dan selanjutnya didalam pasal 48 ayat (1) disebutkan bahwa Pengobatan dan/atau perawatan pecandu narkotika dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Pada ayat (2) disebutkan rehabilitasi meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. 1.2 Masih Minimnya Panti Rehabilitasi Pecandu Narkoba di Bali Penanganan korban narkoba, terutama korban yang mengalami over dosis/sakau, secara medis melalui pengobatan detoksifikasi yaitu memberikan substitusi narkoba yang kekuatannya sepersepuluh dari heroin atau morfin. Dosis yang diberikan semakin diturunkan selama sebulan. Jika upaya detoksifikasi gagal maka korban dimasukkan ke panti rehabilitasi. Penanganan korban narkoba di Bali masih menjadi satu dengan RSJ Bangli. Minimnya panti rehabilitasi, biasanya keluarga korban mengirimnya ke panti yang ada diluar daerah atau memasukkan si korban ke pondok-pondok spiritual dengan sistem terapi ibadah yang ada di Bali. Untuk menyembuhkan korban penyalahgunaan narkoba bukan hanya menghentikan ketergantungannya saja tetapi juga memperbaiki perilaku psikologi, emosional, spiritual, intelektual, vocational dan survival skill-nya. Oleh sebab itu seseorang yang ketergantungan narkoba diharuskan dimasukkan kedalam pusat rehabilitasi. 5 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana merancang Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Bali yang dapat mewadahi kegiatan perawatan dan pengobatan secara medis, psikologis dan spiritual didukung oleh lingkungan terapeutik dengan aspek lingkungan-perilaku sebagai acuan perancangan. 5 http:/ www. Adsbintaro.4t.com 4

1.4. Tujuan Merancang Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Bali yang dapat mewadahi kegiatan perawatan dan pengobatan secara medis, psikologis, dan spiritual didukung oleh lingkungan terapeutik dengan aspek lingkungan-perilaku sebagai acuan perancangan. 1.5 Sasaran Melakukan studi tentang panti rehabilitasi narkoba. Melakukan studi tentang narkoba dan efeknya. Melakukan studi tentang karakteristik pecandu narkoba. Melakukan studi tentang cara penangulangan penyalahgunaan narkoba. Melakukan studi tentang lingkungan terapeutik Melakukan studi tentang Pantai Dreamland 1.6 Lingkup Pembahasan Kajian tentang narkoba dibahas menurut pengertian narkoba secara umum, yang ditinjau dari klasifikasi narkoba, permasalahan, karakteristik pengguna, dan aktivitasnya. Tinjauan aktivitas para rehabilitan di panti rehabilitasi yang dibahas menurut jenis terapi. Panti rahabilitasi dibahas menurut sudut pandang arsitektural tentang program dan standard ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan pengobatan atau terapi, kegiatan sosial-budaya, pengembangan diri, dan olahraga dan disesuaikan menurut hasil studi banding yang telah ada. Rancangan Pusat Rehabilitasi narkoba yang menggunakan arsitektur daerah setempat serta aspek lingkungan dan perilaku yang menciptakan lingkungan yang terapeutik. 5

1.7 Metode penelitian 1.7.1 Metode mencari data a. Studi Pustaka Melakukan studi pustaka atau literatur yang berkaitan dengan judul penulisan, yang dapat mendukung dan memperkuat penulisan skripsi ini. b. Studi Komparasi Merupakan metodologi pendekatan konseptual perancangan dengan melakukan analisis perbandingan pada proyek-proyek yang memiliki karakteristik serupa dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik yang akan digunakan sebagai materi pembanding pada proses penentuan konsep perancangan. c. Observasi Melakukan observasi dan studi banding terhadap panti-panti rehabilitasi di Indonesia melalui internet. 1.7.2 Metode analisis data a. Metode Kuantitatif Dengan metode analisis secara kuantitatif terhadap jumlah pecandu dan fasilitasnya di Indonesia dapat dijelaskan melalui data statistik. Masing-masing data statistik diakumulasikan dalam perhitungan menurut kebutuhan dengan membandingkan atau mengambil angka rasio. Sehingga didapat tingkat kebutuhan dari jumlah pengguna narkoba yang ada dengan panti rehabilitasi yang ada. b. Tahap analisa objek pembanding Suatu tahapan untuk menemukan bentuk dan kegiatan serta permasalahan baik permasalahan non arsitektural maupun arsitektural dengan menggunakan objek objek pembanding yang secara faktual diakui sebagai karya perancangan arsitektural. Cara menganalisa objek pembanding sumber acuannya berdasarkan literatur dan pengamatan lapangan. 6

c. Tahap analisa pendekatan konsep perancangan Suatu tahapan untuk menemukan konsep ruang dan bentuk suatu lingkungan binaan yang terapeutik, melalui pendekatan analisa site dan pelaku kegiatan pusat rehabilitasi narkoba yang menyatu dengan alam. 1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Umum Narkoba dan Pusat Rehabilitasi Bab ini menguraikan tentang istilah-istilah narkoba, jenis naskoba, jenis terapi dan rehabilitasi. BAB III Tinjauan Teori Tentang Hubungan Antara Perilaku Dengan Lingkungan Bab ini menguraikan tentang teori teori yang berkaitan serta mendukung terwujudnya sebuah lingkungan binaan yang terapeutik, serta studi banding terhadap panti rahabilitasi yang sudah ada. BAB IV Analisa Konsep Perencanaan dan Perancangan Bab ini menguraikan tentang analisis dan prinsip-prinsip pendekatan konsep perancangan bangunan yaitu analisa site, program ruang, penzoningan, sirkulasi, perncanaan tapak, massa bangunan, penampilan bangunan, dan pendekatan sistem struktur dan utilitas. BAB V Konsep Perencanaan dan Perancangan Bab ini menguraikan tentang konsep perencanaan dan perancangan pusat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba secara arsitektural, perencanaan tapak, standarisasi, organisasi ruang, besaran ruang, dan sirkulasi. 7

1.9 Sistematika Pemikiran v Banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba khususnya di Bali, memerlukan suatu penanganan khusus untuk para korban narkoba v Keprihatitan terhadap penyalahguna narkoba yang rawan terhadap berbagai penyakit seperti HIV aids, hepatitis dan lain-lain. v Kadar garam yang dikandung oleh air laut sangat bermanfaat untuk pengobatan pecandu narkoba Latar belakang masalah Belum adanya Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Bali sebagai lingkungan binaan yang terapeutik melalui pengobatan medis, psikologis, dan spiritual, dengan aspek lingkungan-perilaku sebagai acuan perancangan Data arsitektural dan non arsitektural Analisa : o Perencanaan tapak o Pengungkapan karakteristik ruang melalui pendekatan pelaku kegiatan pengguna fasilitas rehabilitasi o Rencana kegiatan dan kebutuhan ruang o Besaran ruang dan sirkulasi o Lingkungan alam sebagai lingkungan terapi Elemen alam pantai dan perilaku pengguna sebagai faktor perancangan Pusat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dengan lingkungan binaan yang terapeutik. 8