BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Denpasar Bali merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun manca negara. Sebagai tempat wisata, Bali merupakan pasar yang sangat menguntungkan bagi peredaran narkoba, khususnya Denpasar. Banyaknya tempat-tempat huburan malam, kehidupan bebas maupun longgarnya pengawasan terhadap tempat kos-kosan, kasus penyalahgunaan narkoba di propinsi ini terus meningkat, bahkan Bali menduduki peringkat ke 3 nasional. 1 Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber : www.kliknarkoba.com NO LOKASI TKP TAHUN 2004 2005 2006 1 Ramah/ Kost 104 154 97 2 Jalan Umum 98 113 93 3 Hotel/ Villa 11 22 23 4 Karaoke 8 18 19 5 Restouran/ Warung 87 149 216 6 Lapas/ Kantor 2 2 15 7 Bandara 4 5 - Tabel 1.1.a Lokasi TKP Narkoba Sumber : Dit Narkoba Polda Bali 2006 1 www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/4/22/b19.htm 1
Data yang dikeluarkan pihak Badan Narkotika Provinsi (BNP) Bali. Selama tiga tahun terakhir terdapat 635 kasus narkoba terjadi di Bali. Barang bukti yang berhasil disita adalah 34.269 gram ganja, 19.702 gram kokain, 4.498 gram heroin, 1.128 gram shabu-shabu, dan 16.072 butir ekstasi. 2 KASUS NARKOBA DI BALI Sumber :Dit Narkoba POLDA Polda BALI Bali PER-WILAYAH JUMLAH KASU 160 140 120 100 80 60 40 20 0 DIT NAR POLTABES RES BLL RES TBN RES GYR RES KLK RES BGL RES KAS RES JMBR RES BDG 2004 2005 2006 SATUAN KERJA UMUR TERSANGKA NARKOBA TAHUN 2004-2006 400 350 300 250 200 150 100 50 0 <15 16-19 20-24 25-29 >30 2004 2005 2006 Tabel 1.1.b Kasus Narkoba 2004 2006 Sumber : Dit Narkoba Polda Bali 2006 ( tahun 2006 sampai bulan oktober ) Kapolda Bali Irjen Polisi Made Mangku Pastika mengusulkan kepada aparat penegak hukum agar para pengedar narkoba dihukum mati. Menurutnya, saat ini Bali sudah bukan tempat transit peredaran narkoba, namun sudah dianggap sebagai pasar."dari hasil penangkapan dan penyidikan kami, banyak bandar yang bernama Made, Gusti, dan yang lainnya. Artinya, orang Bali sudah 2 www.tempointeraktif.com 2
jadi pengedar. Dan di sini sudah jadi pasar peredaran narkoba itu," kata Pastika kepada wartawan usai pemusnahan ribuan gram barang bukti narkoba di Denpasar, Jumat (25/6). 3 Masih banyak kendala untuk memberantas peredaran narkoba di Indonesia, apalagi grafik pemakainya terus naik tiap tahun padahal, pemakai narkoba disini menurut data terakhir sudah mencapai 2 juta orang dan baru sepuluh persen yang bisa di sembuhkan melalui rehabilitasi. Dampak penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kerusakan fisik, mental dan sosial seseorang serta orang-orang dekat yang bersangkutan. Penyalahgunaan narkoba pada remaja sering berakibat meningkatkan ketegangan dan kegelisahan sehingga dapat mengganggu belajar, cepat tersinggung, sukar tidur dan timbul ganguan tingkah laku. Bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan dibidang pengobatan dan pelayanan kesehatan, antara lain pada satu sisi dengan mengusahakan ketersediaan narkotika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan sebagai obat dan sisi lain melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Ketua BNN Komjen Pol. Drs. Made Mangku Pastika menegaskan, dalam upaya rehabilitasi sudah diusulkan pembangunan 10 rumah sakit (RS) yang khusus menangani pecandu obat terlarang dan pasien terjangkit HIV. Kota besar yang diusulkan punya RS Narkoba, masing-masing Banda Aceh, Palembang, Bandung, Semarang, Yogya, Jatim, Surabaya, Denpasar, Makasar, dan Jaya Pura. Model pelayanan yang diterapkan yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. 4 Korban narkoba lebih memerlukan rehabilitasi daripada lapas narkoba. Menurut Prof. Wayne Wiebel, pakar narkoba dari AS, tidak ada manfaat lapas khusus narkoba,. Dia menunjuk negaranya yang sudah menghabiskan ratusan juta dolar membangun penjara khusus untuk korban narkoba tetapi tetap tidak 3 ibid 4 www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/4/22/b19.htm 3
membuahkan hasil. Menurut Dave Burrows, konsultan narkoba di Australia, korban narkoba memerlukan rehabilitasi dan itu tidak akan diperoleh di penjara. Dalam UU No.22 Tahun 1997, tentan narkotika Pasal 44 ayat (1) disebutkan untuk kepentingan pengobatan dan/atau perawatan pengguna narkotika dapat memiliki, menyimpan, dan/atau membawa narkotika. Dan selanjutnya didalam pasal 48 ayat (1) disebutkan bahwa Pengobatan dan/atau perawatan pecandu narkotika dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi. Pada ayat (2) disebutkan rehabilitasi meliputi rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. 1.2 Masih Minimnya Panti Rehabilitasi Pecandu Narkoba di Bali Penanganan korban narkoba, terutama korban yang mengalami over dosis/sakau, secara medis melalui pengobatan detoksifikasi yaitu memberikan substitusi narkoba yang kekuatannya sepersepuluh dari heroin atau morfin. Dosis yang diberikan semakin diturunkan selama sebulan. Jika upaya detoksifikasi gagal maka korban dimasukkan ke panti rehabilitasi. Penanganan korban narkoba di Bali masih menjadi satu dengan RSJ Bangli. Minimnya panti rehabilitasi, biasanya keluarga korban mengirimnya ke panti yang ada diluar daerah atau memasukkan si korban ke pondok-pondok spiritual dengan sistem terapi ibadah yang ada di Bali. Untuk menyembuhkan korban penyalahgunaan narkoba bukan hanya menghentikan ketergantungannya saja tetapi juga memperbaiki perilaku psikologi, emosional, spiritual, intelektual, vocational dan survival skill-nya. Oleh sebab itu seseorang yang ketergantungan narkoba diharuskan dimasukkan kedalam pusat rehabilitasi. 5 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana merancang Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Bali yang dapat mewadahi kegiatan perawatan dan pengobatan secara medis, psikologis dan spiritual didukung oleh lingkungan terapeutik dengan aspek lingkungan-perilaku sebagai acuan perancangan. 5 http:/ www. Adsbintaro.4t.com 4
1.4. Tujuan Merancang Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Bali yang dapat mewadahi kegiatan perawatan dan pengobatan secara medis, psikologis, dan spiritual didukung oleh lingkungan terapeutik dengan aspek lingkungan-perilaku sebagai acuan perancangan. 1.5 Sasaran Melakukan studi tentang panti rehabilitasi narkoba. Melakukan studi tentang narkoba dan efeknya. Melakukan studi tentang karakteristik pecandu narkoba. Melakukan studi tentang cara penangulangan penyalahgunaan narkoba. Melakukan studi tentang lingkungan terapeutik Melakukan studi tentang Pantai Dreamland 1.6 Lingkup Pembahasan Kajian tentang narkoba dibahas menurut pengertian narkoba secara umum, yang ditinjau dari klasifikasi narkoba, permasalahan, karakteristik pengguna, dan aktivitasnya. Tinjauan aktivitas para rehabilitan di panti rehabilitasi yang dibahas menurut jenis terapi. Panti rahabilitasi dibahas menurut sudut pandang arsitektural tentang program dan standard ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan pengobatan atau terapi, kegiatan sosial-budaya, pengembangan diri, dan olahraga dan disesuaikan menurut hasil studi banding yang telah ada. Rancangan Pusat Rehabilitasi narkoba yang menggunakan arsitektur daerah setempat serta aspek lingkungan dan perilaku yang menciptakan lingkungan yang terapeutik. 5
1.7 Metode penelitian 1.7.1 Metode mencari data a. Studi Pustaka Melakukan studi pustaka atau literatur yang berkaitan dengan judul penulisan, yang dapat mendukung dan memperkuat penulisan skripsi ini. b. Studi Komparasi Merupakan metodologi pendekatan konseptual perancangan dengan melakukan analisis perbandingan pada proyek-proyek yang memiliki karakteristik serupa dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik yang akan digunakan sebagai materi pembanding pada proses penentuan konsep perancangan. c. Observasi Melakukan observasi dan studi banding terhadap panti-panti rehabilitasi di Indonesia melalui internet. 1.7.2 Metode analisis data a. Metode Kuantitatif Dengan metode analisis secara kuantitatif terhadap jumlah pecandu dan fasilitasnya di Indonesia dapat dijelaskan melalui data statistik. Masing-masing data statistik diakumulasikan dalam perhitungan menurut kebutuhan dengan membandingkan atau mengambil angka rasio. Sehingga didapat tingkat kebutuhan dari jumlah pengguna narkoba yang ada dengan panti rehabilitasi yang ada. b. Tahap analisa objek pembanding Suatu tahapan untuk menemukan bentuk dan kegiatan serta permasalahan baik permasalahan non arsitektural maupun arsitektural dengan menggunakan objek objek pembanding yang secara faktual diakui sebagai karya perancangan arsitektural. Cara menganalisa objek pembanding sumber acuannya berdasarkan literatur dan pengamatan lapangan. 6
c. Tahap analisa pendekatan konsep perancangan Suatu tahapan untuk menemukan konsep ruang dan bentuk suatu lingkungan binaan yang terapeutik, melalui pendekatan analisa site dan pelaku kegiatan pusat rehabilitasi narkoba yang menyatu dengan alam. 1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Umum Narkoba dan Pusat Rehabilitasi Bab ini menguraikan tentang istilah-istilah narkoba, jenis naskoba, jenis terapi dan rehabilitasi. BAB III Tinjauan Teori Tentang Hubungan Antara Perilaku Dengan Lingkungan Bab ini menguraikan tentang teori teori yang berkaitan serta mendukung terwujudnya sebuah lingkungan binaan yang terapeutik, serta studi banding terhadap panti rahabilitasi yang sudah ada. BAB IV Analisa Konsep Perencanaan dan Perancangan Bab ini menguraikan tentang analisis dan prinsip-prinsip pendekatan konsep perancangan bangunan yaitu analisa site, program ruang, penzoningan, sirkulasi, perncanaan tapak, massa bangunan, penampilan bangunan, dan pendekatan sistem struktur dan utilitas. BAB V Konsep Perencanaan dan Perancangan Bab ini menguraikan tentang konsep perencanaan dan perancangan pusat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba secara arsitektural, perencanaan tapak, standarisasi, organisasi ruang, besaran ruang, dan sirkulasi. 7
1.9 Sistematika Pemikiran v Banyaknya kasus penyalahgunaan narkoba khususnya di Bali, memerlukan suatu penanganan khusus untuk para korban narkoba v Keprihatitan terhadap penyalahguna narkoba yang rawan terhadap berbagai penyakit seperti HIV aids, hepatitis dan lain-lain. v Kadar garam yang dikandung oleh air laut sangat bermanfaat untuk pengobatan pecandu narkoba Latar belakang masalah Belum adanya Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Bali sebagai lingkungan binaan yang terapeutik melalui pengobatan medis, psikologis, dan spiritual, dengan aspek lingkungan-perilaku sebagai acuan perancangan Data arsitektural dan non arsitektural Analisa : o Perencanaan tapak o Pengungkapan karakteristik ruang melalui pendekatan pelaku kegiatan pengguna fasilitas rehabilitasi o Rencana kegiatan dan kebutuhan ruang o Besaran ruang dan sirkulasi o Lingkungan alam sebagai lingkungan terapi Elemen alam pantai dan perilaku pengguna sebagai faktor perancangan Pusat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dengan lingkungan binaan yang terapeutik. 8