BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Selain berperan penting dalam kehidupan manusia secara individu,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. cara yang dipilih untuk meraih kemajuan (made of getting forward).

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat, berbagai kemajuan yang dialami dapat terwujud

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakannya, agar dia bisa menggunakan seluruh potensi yang telah Allah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Setiap lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa maka akan semakin tinggi derajat atau kedudukan bangsa tersebu. mampu berkompetensi dalam persaingan global.

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu titik tolak keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-undang tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak terlepas dari pendidikan tersebut, baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil. Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. seperti keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB V PENUTUP. 1. Hasil belajar siswa di kelas yang menggunakan model kooperatif tipe bamboo

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses bimbingan yang diberikan oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berbudaya, semakin maju bahasa suatu bangsa semakin menunjukkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. pendidikan nasional Bab 1 Pasal 1, pendidikan adalah:

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu ingin maju dalam segala bidang. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang handal, terampil dalam segala hal, dan berkualitas. Pendidikan adalah hal yang penting dan sangat berperan dalam membentuk sumber daya yang berkualitas. Dalam hal ini siswa adalah sumber daya yang siap untuk dididik, mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan tetapi juga ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik serta menyeluruh sehingga menjadi lebih dewasa. 1 Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa melalui bimbingan, pengajaran atau latihan di masa yang akan datang. Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada tinggi rendahnya mutu pendidikan bangsa tersebut. Semakin tinggi kualitas keilmuaannya, maka semakin tinggi pula derajatnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi: 4, h. 3. 1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. Ke- 1

2 Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pelajaran bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan memiliki ilmu pada tempat yang khusus di akhirat sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian derajatnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi manusia agar derajat kehidupannya menjadi lebih baik. Pemerintah telah menetapkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional, diperlukan penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan mampu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Laju perkembangan iptek dewasa ini harus diiringi dengan kesiapan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan intelektual dan moralitas tinggi. Sejalan dengan itu, kemajuan iptek 2 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2010), Cet. ke-1, h. 6.

3 tidak dapat dipisahkan dari keberadaan matematika sebagai dasar dari segala ilmu pengetahuan. Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan setiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya mempelajari matematika khususnya terdapat dalam firman Allah pada Q.S. Yunus ayat 5, sebagai berikut: Ayat di atas menjelaskan tentang pergantian siang dan malam, menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan. Dalam perhitungan itulah ilmu matematika sangat diperlukan. Selain itu, Allah memerintahkan kita untuk menggunakan pemikiran dalam melihat tanda-tanda-nya, sehingga dapat menyimpulkan sesuatu yang dapat menambah kedekatan dengan-nya. Pada saat pemikiran itulah penggunaan matematika penting, karena dengan belajar matematika akan melatih seseorang untuk berpikir kritis, sistematis dan logis. Kaitannya dengan mata pelajaran, matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang relatif rumit dan sulit dipahami oleh siswa, sehingga prestasi belajar metematika siswa cenderung lebih rendah dibanding dengan mata pelajaran lain. Di antara penyebab adanya anggapan matematika itu sulit adalah

4 karena telah melekat persepsi negatif terhadap matematika lebih dahulu sebelum mereka mempelajarinya. Akibatnya mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan siswa yang terkadang kurang mendapat perhatian antara lain, kemampuan dasar dari kelas sebelumnya, motivasi dalam diri siswa, lingkungan belajar yang kondusif dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran. Model pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa pasif, hanya melihat dan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dapat membuat siswa menjadi bosan dan tidak tertarik, tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan guru. Keberhasilan dalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan, seperti keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Untuk mencapai keberhasilan ini melibatkan beberapa peran, diantaranya adalah peran guru sebagai pendidik dan peran siswa sebagai peserta didik. Guru dan siswa saling berinteraksi untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar yang tinggi dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan proses belajar mengajar serta tercapainya tujuan pendidikan. Untuk meningkatkan aktivitas belajar, perlu diupayakan model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan intelektual, mental, emosional, sosial dan motorik agar siswa menguasai tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapainya. Menurut Slameto, konsep yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran bukan hanya apa yang dipelajari siswa, tetapi juga

5 bagaimana siswa harus mempelajarinya. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana belajar. 3 Seiring dengan perkembangan waktu, dalam dunia pendidikan pun banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran kooperatif untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga banyak para guru yang menggunakan berbagai model pembelajaran tersebut. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Menurut Agus Suprijono, Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan; (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. 4 Sebelum menentukan model pembelajaran ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, salah satunya adalah pertimbangan dari sudut peserta didik/siswa, apakah model pembelajran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik. 5 Salah satu model yang di pertimbangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 13. 4 Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Palajar, 2009), h. 58. 5 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali pers, 2013), cet. II, h. 134.

6 kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen. 6 Model pembelajaran koopertif ini mengajarkan kepada siswa untuk saling bekerja sama dan saling membantu dalam kegiatan pembelajaran. Pembagian kelompok dalam model pembelajaran kooperatif heterogen dalam satu kelompok diharapkan dapat terjalin kerjasama yang positif antara individu-individu yang berbeda. Pembelajaran dengan model kooperatif dalam proses pembelajarannya tidak harus belajar dari guru kepada siswa, tetapi siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe, di antaranya tipe number head together (NHT), group investigation (GI), inside outside circle dan lain-lain. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamudan Bertukar Pasangan. Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamudan Bertukar Pasangan merupakan model yang berpusat pada anak didik. Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan dan bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. 7 Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu adalah tipe pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Menurut Agus Suprijono, Ciri khas dari model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah 6 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), cet. IV, h. 122. h.54. 7 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010),

7 adanya pembagian tugas dalam kelompok, yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompoknya untuk memberikan informasi kepada tamunya dari kelompok lain. 8 Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Hasil penelitian Muhammad Taufik menyimpulkan, hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 4 Banjarmasin menggunakan model pembelajaran two stay two stray dilihat dari rata-rata nilai evaluasi akhir berada pada kualifikasi baik. 9 Model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain, bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Tipe ini termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, dimana siswa akan bertukar 8 Agus Suprijono, Op. cit., h. 93. 9 Muhammad Taufik, Perbandingan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran dengan Model Two stay two stray dan Konvensional Pada Materi Segitiga Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 4 banjarmasin Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi, (Banjarmasin: Perpustakaan IAIN Antasari, 2012), h. 100.

8 pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan semula/pertamanya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan akan mengarahkan siswa untuk aktif, dapat bekerjasama, dan mempertahankan pendapat. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan ini karena melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Kedua model tersebut mempunyai perbedaan baik dalam hal jumlah kelompok maupun langkah-langkah dalam pembelajarannya, namun tentunya kedua model tersebut bertujuan agar siswa dapat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain serta pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Model Pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu serupa dengan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan hampir mempunyai karakteristik yang sama, membuat anak-anak saling berbagi informasi dengan temannya dengan jumlah kelompok yang sudah di tentukan oleh guru, dan pokok materi yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran pun harus diberitahukan terlebih dahulu, persamaan seperti inilah yang membuat peneliti ingin membandingkan keduanya, bukan dengan model pembelajaran yang lain. Berdasarkan observasi awal kebanyakan model pembelajaran yang digunakan setiap guru cenderung masih pembelajaran yang bersifat konvensional sehingga siswa masih bersifat pasif, hal yang seperti ini dapat menghambat pengetahuan siswa karena dalam proses belajar siswa hanya mendengarkan tanpa

9 ada yang dilakukan oleh siswa, sehingga materi pelajaranpun tak dapat diterima oleh siswa dengan baik. Dan akhirnya pada saat guru melakukan evaluasi siswa banyak mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan bertukar pasangan dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang aktif (giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat hasil belajar yang gemilang). Adapun tempat yang nantinya akan penulis kunjungi untuk melaksanakan penelitian ini adalah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pandak Daun yang bertempat di Jalan Pandak Daun Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Guna mengetahui lebih jauh, peneliti melakukan penelitian ini dengan mengambil judul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe Dua Tinggal Dua Tamu Dan Tipe Bertukar Pasangan Di Kelas V MIN Pandak Daun Kecamatan Daha Utara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu di kelas V MIN Pandak Daun?

10 2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan di kelas V MIN Pandak Daun? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dengan hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan di kelas V MIN Pandak Daun? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tingal dua tamu di kelas V MIN Pandak Daun. 2. Mengetahui hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan pada pembelajaran matematika kelas V MIN Pandak Daun. 4. Mengetahui perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dengan hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

11 bertukar pasangan pada pembelajaran matematika kelas V MIN Pandak Daun. D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Sebagai umpan balik bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan dalam mengajar matematika di Madrasah Ibtidaiyah. 2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi siswa dalam: a. Meningkatkan hasil belajar matematika, khususnya pada pembelajaran matematika b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. c. Mengenal berbagai model pembelajaran matematika. 3. Sebagai bahan informasi bagi yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan. 4. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka inovasi sistem pengajaran, akselarasi mutu dan kualitas pendidikan. 5. Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan.

12 6. Bagi perguruan tinggi sebagai khasanah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. E. Batasan Masalah Selanjutnya agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas V MIN Pandak Daun 2. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan. 3. Penelitian dilakukan pada materi sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat 4. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai siswa dalam bidang kognitif melalui evaluasi pembelajaran dalam menyelesaikan soal-soal tentang sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat. F. Definisi Operasional Untuk menghindari interpretasi yang keliru terhadap judul, maka penulis memaparkan definisi operasional agar sesuai dengan maksud pembahasan, terutama mengenai sasaran yang menjadi topik pembahasan.

13 1. Perbandingan, dalam bahasa Inggris istilah ini compare yang berarti membandingkan, memperbandingkan. 10 Dalam bahasa Indonesia istilah ini berasal dari kata banding, kemudian mendapat awalan per dan akhiran an sehingga menjadi rangkaian kata perbandingan yang berarti imbang, pertimbangan, sebanding, dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perbandingan adalah perbedaan selisih kesamaan. 11 Jadi perbandingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian ilmiah yang bersifat membandingkan hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dengan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan dilihat dari perbedaan hasil akhir pada pembelajaran matematika siswa kelas V MIN Pandak Daun. 2. Hasil belajar tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. 12 Hasil belajar yang digunakan dengan menggunakan evaluasi formatif yang dilaksanakan setiap kali selesai mempelajari setiap satuan pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. 13 Adapun yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam bidang kognitif setelah mereka mengikuti suatu 10 John M. Echols and Hasan Shadily, Kamus Ingrris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. Ke-XXV, h. 132. 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 860. 12 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. ke-4, h. 200. 13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2014), h.184.

14 proses pembelajaran sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan dalam jangka tertentu. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu adalah model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Ciri khas dari model pembelajaran ini adalah adanya pembagian tugas dalam kelompok, yaitu dua siswa bertugas sebagai tamu untuk mencari informasi dari kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap berada dalam kelompoknya untuk memberikan informasi kepada tamunya dari kelompok lain. 4. Model pembelajaran koopertif tipe bertukar pasangan merupakan model pembelajaran kooperatif yang dalam praktiknya setiap siswa mendapat satu pasangan, kemudian guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya. Setelah selesai pasangan bergabung dengan satu pasangan lain. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan baru saling menanyakan dan saling mencari kepastian jawaban mereka. Temuan baru yang di dapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula G. Alasan Memilih Judul Adapun alasan yang mendasari penulis sehingga tertarik untuk mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

15 1. Mengingat betapa pentingnya mata pelajaran matematika dalam rangka mengembangkan intelektual dan kecerdasan siswa. 2. Mengingat pentingnya penerapan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan pada mata pelajaran matematika dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika karena dalam model pembelajaran ini siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. 4. Penulis berminat untuk meneliti model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan pada pembelajaran matematika siswa di kelas V MIN Pandak Daun. 5. Sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti tentang masalah ini di lokasi yang sama. H. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Berdasarkan teori yang ada bahwa model pembelajaran koooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang berupaya sedemikian rupa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa, dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar.

16 Peneliti mengasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dan tipe bertukar pasangan dapat diterapkan karena dapat membuat hasil belajar dan aktivitas siswa menjadi meningkat. 2. Hipotesis Adapun hipotesis yang diambil dari penelitian ini adalah : H a : Ada Perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dengan tipe bertukar pasangan. H 0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe dua tinggal dua tamu dengan tipe bertukar pasangan. I. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami isi pembahasan ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, batasan masalah, definisi operasional, alasan memilih judul, anggapan dasar dan hipotesis, dan sistematika penulisan. Bab II, Landasan teoritis yang berisikan pengertian belajar dan pembelajaran matematika, evaluasi hasil belajar, hasil belajar, model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif

17 tipe dua tingal dua tamu, model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, ruang lingkup materi matematika di kelas V SD/MI. Bab III, Metode penelitian yang berisikan jenis dan pendekatan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, desain pengukuran, teknik pengolahan data dan analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV, penyajian dan analisis data, yang berisikan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data. Bab V, Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.