PERENCANAAN PENINGKATAN FLOOD SHELTER DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN PENINGKATAN FLOOD SHELTER DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH PENGUNGSI BENCANA BANJIR

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

NO. RESPONDEN : IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Pendidikan terakhir : 3. Umur : A. PENGETAHUAN

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

Bab 1 Pendahuluan I - 1

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Kesehatan Lingkungan & Bencana PERTEMUAN 7

Jumlah Air Minimal yang Dibutuhkan Untuk Keperluan Rumah Tangga

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA BANJIR JAKARTA 2013 BPBD PROVINSI DKI JAKARTA

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB III METODE PERENCANAAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI DENGAN STANDAR PERMUKIMAN LAYAK HUNI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAKTI SOSIAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

WALIKOTA PROBOLINGGO

SARANA MENCUCI PAKAIAN DI PENGUNGSIAN BANJIR

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN DEBIT BANJIR SUNGAI LUSI DENGAN KOLAM DETENSI DI KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN

2018, No Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Penggunaan Dana Siap Pakai; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

POLA PENANGANAN BENCANA ALAM ( Perspektif Kepolisian )

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR TERINTEGRASI UNTUK FIB, FH, DAN FISIP UNDIP KAMPUS TEMBALANG

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

KUESIONER PENELITIAN MENGENAI STRATEGI ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP DAERAH RAWAN BANJIR KELURAHAN PEDURENAN KECAMATAN KARANG TENGAH TANGERANG TAHUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN SEMARANG

BAB IV PANDUAN KONSEP

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

Kearifan Lokal Masyarakat Sub-Sistem Drainase Bringin Dalam Menghadapi Banjir

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kalangan menengah ke-atas (high-middle income). lebih dari batas UMR termasuk golongan menengah ke atas.

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

STRATEGI MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR KELURAHAN RAWANG KECAMATAN PADANG SELATAN KOTA PADANG ABSTRACT

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Gedung Pengungsian Bersama yang Ideal pada Studi Kasus GOR Ganesha Kota Batu

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS MODEL SARANA SANITASI PADA FASILITAS SOSIAL DI DAERAH RAWAN BENCANA KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

Transkripsi:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 177 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 177 186 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERENCANAAN PENINGKATAN FLOOD SHELTER DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BERINGIN SEMARANG Siti Nuriskha Amalia, Annisa Khizamatul F.Utami, Suharyanto *), Dwi Kurniani *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di kota Semarang. Banyak dampak negatif yang diakibatkan oleh bencana banjir, baik itu kerugian material maupun korban jiwa. Salah satu solusi penanganannya yaitu dengan membangun flood shelter. Beberapa wilayah di kota Semarang telah memiliki flood shelter, sehingga dalam hal ini akan diidentifikasi kelayakannya dan perencanaan penigkatan. Lokasi identifikasi flood shelter berada di DAS Beringin Semarang yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Wates, Kelurahan Wonosari, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Gondorio dan Kelurahan Beringin. Data diperoleh dari survey lapangan, dengan data eksisting flood shelter yang telah ada. Sumber dari kriteria pemilihan lokasi flood shelter berasal dari Sphere Project edisi 2011, Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana dan Penanganan Pengungsi, serta peraturan BPBD. Beberapa wilayah seperti Kelurahan Wonosari membutuhkan suatu bangunan berupa Rumah Panggung dan tangga darurat, karena lokasi tersebut memiliki tebing- tebing yang mengakibatkan terhambatnya evakuasi dan penanganan. Selain itu, beberapa shelter didirikan tenda dengan ukuran sesuai kebutuhan untuk menampung kekurangan ruangan bagi pengungsi. Cara ini merupakan salah satu penanggulangan pasca bencana banjir. Namun, masyarakat sekitar bantaran sungai harus tetap menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan sehingga banjir dapat berkurang. kata kunci : banjir, bencana, pengungsi, flood shelter ABSTRACT Flood is one of the disaster which often happened in Semarang city. Many negative impact arising from flood disaster, such as loss of victim or material. One of the handling solution is developed flood shelter. Some region of Semarang cityhave own flood shelter, so in this case we need to identify of elegibility and improvement. Identification location of flood shelter are in Beringin Watershed Semarang which consists of 6 Kelurahan, namely Kelurahan Wates, Kelurahan Wonosari, Kelurahan Mangunharjo, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Gondorio, and Kelurahan Beringin. Data obtained from the field *) Penulis Penanggung Jawab 177

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 178 survey,with existing data of flood shelter that has been there. Sources of criteria for flood shelter location are sphere project handbook, 2011, Health Minister s decision on the minimum sandart of health problems caused by disaster prevention and handling of refugees, and egulations of BPBD. Some regions like Sub-District of Wonosari require a building in the form of House Podium and emergency doorstep. Because the location have bank- bank resulting the pursuing of evacuating and handling. Besides, some shelter pitched a tent of the size according to requirement to accomodate lacking of room for refugee in shelter. But, people arround the riverbanks should keep the environment clean and not littering, so can decrease the impact of flood. keywords: flood, disaster, refugee, flood shelter PENDAHULUAN Menurut Perda Kodya Dati II Semarang Nomor 02 tahun 1990 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang Nomor 5 tahun 1981 tentang Rencana Kota Semarang tahun 1975 sampai dengan tahun 2000, kawasan perkebunan yang terletak di Kecamatan Mijen dialihkan fungsinya menjadi kawasan permukiman. Dengan adanya pembangunan tersebut menyebabkan berkurangnya daerah resapan air yang masuk ke tanah. Sehingga banyak air yang mengalir di permukaan. Di samping itu kapasitas sungai yang kecil dalam menampung air serta banyaknya masyarakat yang masih saja membuang sampah ke dalam sungai menambah besar luapan air yang terjadi. Dengan sering terjadinya banjir di DAS Beringin, serta belum efektifnya upaya-upaya penanganan yang ada, maka ketika terjadi banjir harta benda serta korban banyak yang berjatuhan, sehingga diperlukan cara cepat yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak dari banjir tersebut. Salah satunya dengan membangun flood shelter di wilayah sekitar bencana. Flood shelter merupakan bangunan sementara yang digunakan ketika bencana banjir tiba, dengan tujuan untuk meminimalisir kerugian material serta korban yang jatuh akibat bencana banjir PERMASALAHAN Lokasi perencanaan berada di 7 (tujuh) Kelurahan di Semarang Barat, yaitu Kelurahan Wates, Kelurahan Gondorio, Kelurahan Bringin, Kelurahan Tambak Aji, Kelurahan Wonosari, Kelurahan Mangkang Wetan, dan Kelurahan Mangunharjo. Namun hanya 6 kelurahan saja yang mengalami banjir akibat DAS Beringin yaitu Kelurahan Wates, Wonosari, Mangunharjo, Mangkang Wetan, Gondorio dan Beringin. Dalam penentuan kriteria flood shelter yang ada di DAS Beringin, dilakukan pertemuan antara beberapa instansi terkait yaitu BAPPEDA, BPBD, UNDIP, LSM, serta KSB pada hari Senin, 08 Juni 2013 di rumah makan Sampan Seafood Semarang. Kriteria yang diambil berdasarkan referensi seperti Project Sphere Handbook 2011, kriteria Nasional serta kriteria masyarakat sesuai dengan pengalaman yang telah terjadi, sehingga diputuskan bahwa bangunan atau lokasi yang digunakan sebagai flood shelter harus memiliki kriteria seperti berikut : Ruang (2-3) m 2 per orang. Gudang (1x3) m 2. Kamar mandi/wc. 2 toilet untuk 10 40 orang dengan minimal ruang sebesar 1,2 m 2 (1 toilet untuk 20 orang). 178

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 179 bak/tandon Tempat penampungan air di tiap shelter. setiap bak/tandon berkapasitas 1 m³. Listrik. Tersedia genset di lokasi dapur umum dengan output minimal 3000 KvA. Seluruh Kelurahan telah memiliki flood shelter, namun harus ditinjau lagi kesesuain dengan kriteria dan kebutuhan para pengungsi yang ada. Peningkatan flood shelter dibutuhkan, guna memenuhi kebutuhan dasar yang harus terpenuhi oleh para pengunsi banjir METODOLOGI Peningkatan flood shelter ini diharapkan dapat mengurangi dampak yang diakibatkan akibat bencana banjir, baik kerugian material bahkan korban jiwa. Pada perencanan peningkatan flood shelter ini dimulai dengan pengumpulan data, data yang diperoleh yaitu data keadaan eksisting flood shelter dilapangan, hasil wawancara korban mengenai ketinggian banjir, lokasi flood shelter serta jalur evakuasi. Setelah data terkumpul dilakukan identifikasi flood shelter sesuai dengan kriteria, kemudian dilakukan peningkatan flood shelter jika belum memenuhi kriteria. Hasilnya dituangkan dalam rencana anggaran biaya dan rencana kerja dan syarat-syarat. ANALISIS DATA Identifikasi dan Evaluasi Lokasi Identifikasi lokasi merupakan langkah awal yang dilakukan untuk membandingkan kondisi eksisting di lokasi shelter lama dengan kriteria yang telah ada. Kemudian dilakukan evaluasi kelayakan, apakah bangunan tersebut layak atau perlu peningkatan baik itu kapasitas ruangan maupun kualitas dari shelter yang di identifikasi tersebut. Tabel 1. Flood shelter Identifikasi 1 Wates Nama No Bangunan Pemilik Keterangan Catatan 1 Rumah Bp. Sutimin Ruang Ruang utama Lt.1 (6x4) m2, Lt.2 (3x3) m2 Dapur (2x3) m2 Kamar mandi (1,5x2) m 2, wc (1x1,5)m 2 Sarana Akses Jarak capaian 5-10 m dari pemukiman Jalan masuk lebar 3,5 m Jalan keluar lebar 3,5 m Tangga masuk/keluar dan tangga darurat 1 lantai Suplai Air Bersih Sumur Dangkal (diameter = 1m, kedalaman = 5m) Pada saat banjir Tandon Air Bersih berada di menara dengan volume: 0,55 m3 tidak terganggu Sumber: survei, 2013 Suplai Tenaga/ Power Supply Listrik (PLN) kapasitas 1300 Sarana Komunikasi Handphone 179

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 180 Nama No Bangunan 2 SD N 2 Wates (10 KK) Sumber: Survei, 2013 Tabel 2. Identifikasi Flood shelter 2 Wates Pemilik Keterangan Catatan Pemerintah Ruang - 3 Ruang kelas (6,5 x 6,5 ) m 2-1 ruang kantor (2 x 6,5 ) m 2-2 kamar mandi/wc (1x2) m 2 - Lapangan (21,5x11) m 2 - Tempat parkir (11x3) m 2 - Gudang (1x3) m 2 Sarana Akses - Jarak capaian 5-20 m dari pemukiman - Jalan masuk lebar 3,5 m - Jalan keluar lebar 3,5 m - Tangga masuk/keluar dan tangga darurat 1 lantai Sarana Pengaman - Pagar - Lonceng atau bel Suplai Air Bersih - Sumur Dangkal (diameter = 1m, kedalaman = 7m) - Tandon Air Bersih berada di menara dengan volume: 0,55 m 3 Suplai Tenaga/ Power Supply - Listrik (PLN) kapasitas 1300-1 buah genset (di SD belakang) Sarana Komunikasi - Telephone - Handphone - Loudspeaker (wireless, mikrophone, TOA) Tabel 3. Flood shelter Identifikasi 3 Wates Akses mudah dijangkau dan tidak terganggu pada saat terjadi banjir Keadaan air didalam sumur tidak terganggu saat banjir. No Nama Bangunan Pemilik Keterangan Catatan 3 Rumah Bp. Abdul Hadi Ruang - Ruang utama (9x4) m 2-3 kamar @ (3x3) m2 - Teras (2x6) m 2 - Halaman (9x8) m 2 - Dapur (8x4) m 2 - Kamar mandi (2x2) m 2, wc (2x2)m 2 - Gudang (menggunakan dapur) Sarana Akses - Jarak capaian 10-15 m dari pemukiman - Jalan masuk lebar 3,5 m - Jalan keluar lebar 3,5 m Suplai Air Bersih - Sumur Dalam (diameter = 2m, kedalaman = 12m) - Tandon Air Bersih berada di menara dengan volume: 1,5 m 3 Pada saat banjir tidak terganggu Suplai Tenaga/ Power Supply - Listrik (PLN) kapasitas 1300 Sarana Komunikasi - Handphone - Televisi Sumber: survei, 2013 180

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 181 Tabel 4. Potensial Flood shelter Identifikasi 4 Wates No. Nama Bangunan Pemilik Keterangan Catatan 4 Musholla Wates Ruang - Ruang utama (7,5x11) m2 - Teras (4x7,5) m 2-2 Kamar Mandi @ (1,5x1) m 2 Sarana Akses - Jarak capaian 5-50 m dari pemukiman Akses jalan tidak tergenang banjir - Jalan masuk lebar 1 m - Jalan keluar lebar 1 m Suplai Air Bersih - Tandon TB 110, Air tidak terganggu saat banjir Suplai Tenaga/ Power Supply - Listrik (PLN) kapasitas 450 Sarana Komunikasi - Kentongan - Speaker Sumber: survei, 2013 Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap shelter tersebut, seperti pada abel berikut : Tabel 5. Evaluasi Flood shelter 2 Wates Tempat Shelter SD N 2 Wates Kriteria Shelter Kondisi Eksisting Keterangan Ruang (2-3) m 2 per orang Gudang (1x3) m 2 Kamar mandi/wc 2 toilet untuk 10 40 orang dengan minimal ruang sebesar 1,2 m 2 (1 toilet untuk 20 orang. bak/tandon 1. Tempat penampungan air di tiap shelter. setiap bak/tandon berkapasitas 1 m³. 3 ruang kelas @(6,5x6,5) m 2 Lapangan = (21,5x11) m 2 = (3x6,5x6,5)+(21,5x11) m 2 = 363,25 m 2 Jumlah pengungsi = 70 orang Maka, orang/m 2 = 363,25/70 = 5,19 5 m 2 /orang Gudang seluas (1x3) m 2 Kamar mandi / wc 2 buah @ (1x2) m 2 1. Tandon air kap. 0,55 m3 Sumur dangkal diameter 1 m kedalaman 7 m. Ketika hujan air minimal mencapai 5 m. = (0,55 + (ᴨ/4x1 2 x5)) m 3 = 4,477 m 3 2. Air tidak terganggu oleh banjir. Sehingga dapat digunakan untuk Memenuhi (dengan menambah tenda dilapangan) Memenuhi Memenuhi Memenuhi 181

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 182 Lanjutan Tabel 5. Evaluasi Flood shelter 2 Wates Tempat Shelter Kriteria Shelter Kondisi Eksisting Keterangan 2. Air minum harus memiliki standar kualitas untuk kesehatan (Standar Kementrian Kesehatan). Untuk tiga hari pertama setiap orang membutuhkan 7 liter per hari dan setelahnya membutuhkan 15 liter per hari. 3. Akses ke sumber air atau penyimpanan air kurang dari 200 m menyesuaikan ketersediaan lokasi. 4. Air MCK 30 Lt/org Listrik Tersedia genset di lokasi dapur umum dengan output minimal 3000 KvA memasak. Air dimasak baru bisa dikonsumsi. Untuk 3 hari pertama = 7x70 = 490 liter/hari Untuk seterusnya = 15x70 = 1.050 liter/hari 3. Sumur berada di lokasi shelter 4. 30 x 70 = 2.100 liter/hari Tersedia genset 8000 KvA Memenuhi Higienitas Personal 1. Kebutuhan dasar kebersihan yang harus terpenuhi antara lain: 200 g sabun cuci/orang/bulan. Pembalut wanita sesuai kebutuhan. Popok sekali pakai untuk bayi. Sabun mandi padat dan sabun cuci batangan. Ukuran 250 g sabun mandi/orang/bulan. 2. peralatan mandi seperti sikat gigi, pasta gigi (sesuai usia), sisir, dll. Pasokan makanan 1. Nasi yang dibutuhkan adalah 400 gr per orang atau diganti dengan makanan lain yang seimbang. 2. Dapur umum menyediakan makanan cepat saji minimal 2 kali per hari Total makanan tiap hari adalah 1600-2100 kilo kalori per orang. 3. Pada jam makan masyarakat mendapatkan 1. kebutuhan sabun cuci: = 200x70=14.000 g/org/bl Kebutuhan sabun mandi: = 250x70=17.500 g/org/bl 1. total makanan tiap hari = (1600-2100)x70 =(120000-147000) kkal/org 182

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 183 Lanjutan Tabel 5. Evaluasi Flood shelter 2 Wates Tempat Shelter Kriteria Shelter Kondisi Eksisting Keterangan nasi bungkus (dengan sendok plastiknya) dan 1 amdk/air minum dalam kemasan 220 ml atau teh dalam kantong plastik. Rekapitulasi Flood Shelter Dilakukan rekapitulasi kebutuhan tiap shelter di tiap Kelurahan dan kemudian dilakukan peningkatan. Tabel 6. Rekapitulasi Kekurangan Shelter Kelurahan Wates Tempat Shelter Kriteria Eksisting Rumah Bp. Sutimin (2-3) m 2 per orang 1,123 m 2 /orang Rumah Bp. Abdul H. Tersedia genset Menggunakan lilin Mushola Wates Tersedia genset Menggunakan lilin PERENCANAAN TEKNIS Identifikasi Kebutuhan Flood Shelter Beberapa shelter belum memenuhi kriteria sebagai shelter yang baik. Beberapa kriteria tersebut diantaranya ruangan, air bersih, sanitasi, listrik serta bangunan pelengkap lainnya. Maka dari itu perlu peningkatan shelter yang dapat berupa membangun bangunan baru atau dengan menambahkan alat, sehingga shelter tersebut dapat berfungsi secara optimal sebagaimana diharapkan. 1. SD N 02 2. Bp. Abdul Hadi dan Mushola Wates Tabel 7. Identifikasi Kebutuhan Shelter Kelurahan Lokasi Shelter Sarana/Prasana Alasan Peggunaan Wates - Guard Rail Jembatan Penangadaan Tenda dan Genset - Tenda - Genset - memudahkan warga untuk evakuasi, sehingga tidak terperosok ke sungai. - Area disekitar lokasi memungkinkan utuk penambahan ruangan berupa tenda. - tidak adanya pasokan listrik akibat pemadaman. Tenda merupakan salah satu alternatif yang dipilih untuk menangulangi kekurangan kebutuhan ruangan bagi para pengungsi. Ukuran tenda yang dipakai yaitu ukuran 14m x 6 m yang diletakkan di lapangan atau halaman yang luas. Genset sebagai pengganti listrik ketika terjadi pemadaman diletakkan di beberapa shelter yang tidak memiliki power supply dan kapasitas genset sesuai dengan kebutuhan di tiap shelter. 183

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 184 Pembuatan Marka dan Peta Jalur Evakuasi Marka serta peta jalur evakuasi diletakkan pada tempat yang strategis dan mudah untuk dilihat baik masyarakat Kelurahan terkait pada khususnya dan masyarakat umum pada umumnya. Gambar 1. Kondisi Eksisiting Kelurahan Wates Pembuatan Guard Rail Jembatan Gambar 2. Detail Marka Jalur Evakuasi Beberapa jembatan di Kelurahan Mangkang Wetan dan Kelurahan Wates belum memiliki guard rail yang dapat membahayakan warga yang akan mengungsi, sehingga dibutuhkan tambahan guard rail pada jembatan yang berada disana. Guard rail diharapkan dapat 184

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 185 membantu warga sekitar yang akan mengungsi. Sehingga, ketika terjadi banjir dan jembatan terendam masih aman untuk dilewati karena adanya pagar pengaman. Di Kelurahan Wates memiliki panjang jembatan 3 meter. Gambar 3. Sketsa Jembatan Wates KESIMPULAN Flood shelter merupakan salah satu alternatif penanganan bencana banjir yang dinilai lebih efektif daripada normalisasi sungai yang memakan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Flood shelter digunakan untuk mengamankan sementara harta benda serta berlindung sementara selama air mengalir. Flood shelter yang digunakan bervariasi dari rumah penduduk yang memiliki ketinggian rumah yang bebas dari banjir hingga menggunakan sarana umum seperti sekolah dan masjid. Berdasarkan data survey eksisting di lapangan, flood shelter yang digunakan oleh masyarakat sudah memenuhi kriteria yang disepakati. Namun ada beberapa shelter yang membutuhkan peningkatan seperti akses jalan, kondisi air bersih, dan bantuan penerangan saat banjir. Peta jalur evakuasi serta rambu-rambu penunjuk arah lokasi flood shelter dibuat serta diletakkan dilokasi yang mudah dilihat sehingga para korban banjir serta para relawan mudah untuk mengetahui lokasi flood shelter. Pada beberapa shelter mengalami kekurangan ruangan, solusi masalah ini adalah dengan memindahkan lokasi shelter ke bangunan sekitar yang aman atau dengan mendirikan tenda jika lahan yang digunakan memungkinkan. Beberapa jembatan harus diberi guard rail sehingga ketika jembatan terendam para warga yang melintas dapat terjaga dan tidak terperosok ke sungai. SARAN Dalam masa perencanaan flood shelter digunakan data survey genangan banjir tahun 2010. Untuk itu diperlukan pembaruan data dan kajian lebih lanjut untuk banjir 10 tahunan. Perlu adanya pembatasan pembangunan rumah dan perumahan di sekitar DAS Beringin agar air dapat tetap terserap pada lahan lahan terbuka yang tertembus air. 185

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 186 Perlu adanya kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyumbat jalannya air di sungai Beringin. Penggunaan sarana umum seperti sekolah yang tidak melebihi 3 hari untuk mengungsi agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. DAFTAR PUSTAKA Al- Bishry, Yordan M., Perancangan Media Informasi Mengenai Standar Minimal Respons Bencana Indonesia. Suryanto, 2007. Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran Sungai untuk Pengembangan Kawasan Pemukiman (Studi Kasus DAS Beringin Kota Semarang). M.T. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Sphere Project Handbook, 2011, Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response. Y., Sudaryoko, Ir., 1986, Pedoman Penanggulangan Banjir, Departemen Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum, Pengelolaan Penanganan Bencana. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Direktorat Pengairan dan Irigasi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1357/Menkes/SK/XII/2001. Tentang Standar Minium Penanggulangan Masalah kesehatan Akibat Bencana dan Penanggulangan Pengungsi. Departemen Pekerjaan Umum, Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Direktorat Pengairan dan Irigasi. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa atau Kelurahan Tangguh Bencana. Tim Penyusun, 2013. Modul Pelatihan Menejemen Bencana dan Peringatan Dini Banjir. Flood Forecasting and Warning System as Climate Change Adapion Maesures Through Flood Risk Preparedness in Semarang City. Ekosistem-ekologi.blogspot.com di unduh pada 20 Agustus 2013. Rizkynovi99.blogspot.com/pengertian, penyebab, dampak dan cara menanggulangi banjir. Di unduh pada 20 Agustus 2013. 186