INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB)

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

INPRES 3/1996, PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE PENANGGULANGAN KEMISKINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 394 /KPTS/013/2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 91 TAHUN 1999 (91/1999) TENTANG JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM NASIONAL

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 609 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS TENAGA KERJA, KEPENDUDUKAN, CATATAN SIPIL DAN KELUARGA BERENCANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKKB dan PP)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

BUPATI WONOGIRI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1992 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-27/M.EKON/04/2008 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1992 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Perluasan Lapangan Kerja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan kependudukan adalah mewujudkan penduduk yang maju, mandiri dan sejahtera, yang hidup serasi, selaras dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; b. bahwa penduduk merupakan titik sentral pembangunan yang berkelanjutan, serta modal dasar, kekuatan, sasaran, pelaku, dan sekaligus tujuan pembangunan; c. bahwa hubungan perkembangan kependudukan, sumber daya alam, lingkungan hidup dan pembangunan yang terjalin secara serasi, selaras dan seimbang merupakan syarat mutlak terwujudnya pembangunan berkelanjutan; d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Tahun 1994 beserta hasil telaahan dan kajian pelaksanaan Program Aksi Kependudukan dalam sidang khusus ke-21 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York Tahun 1999, perlu dilaksanakan Program Aksi Kependudukan dan Pembangunan yang sesuai dengan kondisi di Indonesia; e. bahwa sehubungan dengan itu, perlu ditetapkan Instruksi Presiden tentang Pengelolaan Program Aksi Kependudukan di Indonesia; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undan-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaga Negara Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3475); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lambaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3559); 5. Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara; Menginstruksikan : Kepada : 1. Menteri Negara Kependudukan/Kelapa Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional; Meneri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 2. Menteri Kkeuanga; 3. Menteri Dalam Negeri; 4. Para Menteri lainnya dan para Pimpinan Lambaga Pemerintah Non Departemen; 5. Para Gubernur; 6. Para Bupati/Walikota. Untuk PERTAMA : Menteri Negara Kependudukan/Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional mengkoordinasjkan perencanaan, pelaksanaan, pernantauan dan evaluasi Program Aksi Kependudukan di Indonesia yang meliputi : a. informasi kependudukan; b. administrasi kependudukan; c. pengarahan perkembangan kependudukan.

KEDUA : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan dukungan bagi perencanaan program dan penyediaan dana pembiayaan untuk melaksanakan Program Aksi Kependudukan di Indonesia. KETIGA : Menteri Keuangan membantu pengaturan dana yang diperlukan sebagai dukungan kegiatan Program Aksi Kependudukan di Indonesia. KEEMPAT : Menteri Dalam Negeri memberikan dukungan bagi pelaksanaan Program Aksi Kependudukan di Indonesia di tingkat propinsi dan kabupaten/kota serta menyusun petunjuk umum pelaksanaan Program Aksi Kependudukan untuk propinsi dan kabupaten/kota setelah berkoordinasi dengan Menteri Negara Kependudukan/Kepala Hadan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. KELIMA : Para Menteri lainnya dan para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen memberikan prioritas dalam melaksanakan Program Aksi Kependudukan sesuai dengan bidang tugas masingmasing. KEENAM : Para Gubernur melakukan koordinasi dan pembinaan umum bagi kelancaran pelaksanaan Program Aksi Kependudukan di daerah masing-masing. KETUJUH : Para Bupati/Walikota merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi Program Aksi Kependudukan di daerah, yang meliputi : a. informasi kependudukan; b. administrasi kependudukan; c. pengarahan perkembangan kependudukan. KEDELAPAN : Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masingmasing menetapkan ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Instruksi Presiden ini. Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 1999 T ANGGAL : 7 OKTOBER 1999 PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA I. UMUM 1. Penduduk merupakan titik sentral dari pembangunan yang berkelanjutan, karena penduduk adalah modal dasar, pelaku, sekaligus faktor dominan yang menentukan keberhasilan pembangunan. Untuk itu penduduk harus menjadi perhatian dari seluruh upaya pembangunan karena akan menjadi kekuatan dan pelaku pembangunan serta sekaligus merupakan sasaran pembangunan yang ingin ditingkalkan harkat derajat dan martabatnya agar dapat menikmati hasil-hasil pembangunan. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, kuanlitas penduduk perlu dikendalikan, kualitas penduduk perlu dikembangkan dan mobilitas penduduk perlu diarahkan agar menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional guna terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. 2. Kualitas kehidupan dan kemampuan penduduk yang meliputi status gizi, derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan produktivitas masih rendah. Sehingga penduduk Indonesia belum mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama dalam menghadapi persaingan yang ketat dalam era globalisasi. Meskipun angka kelahiran sudah dapat ditekan, kuantitas penduduk Indonesia masih akan bertambah dengan jumlah yang cukup besar. Masalah kependudukan lainnya adalah tingkat persebaran penduduk yang tidak merata antara kawasan timur dengan kawasan barat Indonesia, atau antar daerah. Hal ini akan berdampak pada besarnya kebutuhan dasar dan mengurangi kemampuan penduduk untuk hidup layak sesuai d~ngan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut. 3. Pada Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Tahun 1994, telah disepakati oleh 179 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kebijaksanaan Global Kependudukan dan Pembangunan sampai Tahun 2015. Kebijaksanaan ini lebih dikenal sebagai Program Aksi Kependudukan dan Pembangunan. Oleh karena itu hasil Konferensi Kependudukan ini dijadikan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat seluruh dunia untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijaksanaan pembangunan yang menempatkan.penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Pelaksanaan Program Aksi Kependudukan mempunyai sasaran jangka panjang sampai tahun 2015. Indonesia adalah salah satu negara pemrakarsa pelaksanaan Program Aksi Kependudukan. Oleh karena itu Indonesia mempunyai kewajiban moral untuk ikut melaksanakan secara aktif dan konsekuen. kebijaksanaan tersebut secara nasional. 4. Selanjutnya dalam sidang khusus Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-21 tentang telaahan dan kajian Program Aksi Kependudukan dan Pembangunan di New York Tahun 1999 telah diidentifikasi berbagai kemajuan yang telah dicapai maupun kekurangan dan bahkan kemunduran yang masih perlu diperhatikan serta langkah-langkah guna mencapai tujuan Program Aksi Kependudukan yang telah ditetapkan. 5. Pembangunan Kependudukan diarahkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kemampuan penduduk melalui pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk dengan didukung oleh informasi dan administrasi kependudukan yang memadai. 6. Permasalahan dan tantangan kependudukan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional semakin berat, apalagi bagi bangsa Indonesia yang sedang mengalami krisis

ekonomi. Disisi lain, dari segi pendanaan andil negara maju untuk melaksanakan pembangunan di bidang kependudukan secara global mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir ini. Untuk itu secara global dan nasional perlu dilakukan langkah-langkah yang lebih terencana, terkendali, efektif, efisien, dan terkoordinasi sehingga sasaran pembangunan kependudukan nasional dan global dapat dicapai sesuai dengan rencana dan sasaran yang telah ditetapkan. II. TUJUAN DAN SASARAN : 1. Tujuan pengelolaan Program Aksi Kependudukan adalah terwujudnya penduduk maju, mandiri, dan sejahtera yang hidup serasi, selaras, dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. 2. Sasaran pengelolaan Program Aksi Kependudukan meliputi : a. Terwujudnya kepedulian dan peran serta semua pihak terhadap Program Aksi Kependudukan; b. Terlaksananya koordinasi Program Aksi Kependudukan di Indonesia; c. Tercapainya sasaran yang disepakati pada Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan khususnya dan Pembangunan Kependudukan di Indonesia pada umumnya. III. RUANG LINGKUP Untuk dapat melaksanakan Program Aksi Kependudukan khususnya dan kebijaksanaan pembangunan kependudukan pada umumnya perlu dilakukan upaya-upaya pokok sebagai berikut : A. Pengelolaan Informasi Kependudukan Informasi kependudukan rnerupakan sumber daya pembangunan dapat berupa data makro maupun mikro. Informasi kependudukan yang berupa data mikro meliputi data-data yang diolah dari data kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk serta data kependudukan lainnya seperti tingkat kemiskinan, statistik wanita dalam akses terhadap pelayanan sosial, akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi, kesertaan keluarga berencana, partisipasi sekolah, tenaga kerja, dan sebagainya. Informasi kependudukan meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis data, serta pengembangan jaringan dan penyebarluasan informasi dan dokumentasi. Tanpa dukungan informasi yang memadai, keputusan-keputusan dalam merencanakan pembangunan menjadi kurang tepat. Oleh karena itu, pembangunan informasi kependudukan merupakan suatu hal yang sama pentingnya dengan pembangunan kependudukan itu sendiri. Ketersediaan informasi kependudukan akan membantu terjadinya perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. 1. Pengumpulan Data dilaksanakan melalui : a. Registrasi penduduk yaitu pencatatan kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk yang dilaksanakan setiap waktu; b. Pendataan keluarga yan dilaksanakan satu kali dalam satu tahun; c. Cakupan registrasi penduduk dan keluarga serta menjangkau setiap wilayah. 2. Pengolahan dan Analisis : a. Pengolahan data harus menghasilkan informasi yang dikelompokkan berdasar umur, jenis kelamin, etnis dan unit geografi; b. Analisis diharapkan dapat mengembangkan suatu informasi bagi pemahaman dan antisipasi adanya keterkaitan antara variabel kependudukan, sosial ekonomi termasuk lingkungan hidup. 3. Pengembangan Jaringan Informasi Kependudukan : a. Memgembangkan jaringan informasi secara vertikal mulai dari tingkat desa/ kelurahan, tingkat kabupaten/kota dan pusat; b. Mengembangkan jaringan informasi antar dinas, serta antar lembaga pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan lembaga internasional.

4. Pemanfaatan Data dan Informasi Kependudukan Data dan informasi kependudukan yang benar, terpercaya, tepat waktu dan dapat dibandingkan secara internasional merupakan dasar bagi perumusan kebijaksanaan serta pemantauan dan penilaian. pelaksanaan program pembangunan. B. Administrasi Kependudukan Administrasi Kependudukan memberikan legalitas penduduk secara individual untuk rnelaksanakan kegiatan sosial ekonomi dimanapun yanig bersangkutan berada. Disamping itu sistem administrasi kependudukan yang baik sangat diperlukan dalam upaya perlindungan sosial kepada masyarakat. 1. Pemberian aspek legalitas bagi penduduk meliputi : a. Kepada setiap penduduk harus diberikan nomor induk penduduk; b. Setiap penduduk harus mempunyai akte kelahiran; c. Penduduk yang sudah dewasa harus mempunyai kartu penduduk; d. Kepada setiap keluarga harus diberikan kartu keluarga. 2. Perlindungan Hak-hak Sipil Pemerintah dan pemerintah daerah perlu menjamin agar setiap penduduk mendapatkan semua hak-haknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Negara harus menjamin bahwa semua penduduk mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang terbaik bagi dirinya. Mereka mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak bagi diri mereka sendiri dan keluarga. C. Pengarahan Perkembangan Kependudukan Pengarahan Perkembangan Kependudukan merupakan upaya yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk serta pengarahan persebaran mobilitas penduduk untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya. 1. Pengendalian kuantitas penduduk dilaksanakan melalui upaya penurunan angka kematian, terutama penurunan angka kematian bayi di bawah usia lima tahun serta memperpanjang usia harapan hidup rata-rata, penurunan angka kelahiran yang ditujukan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang menuju kondisi penduduk tanpa pertumbuhan Pengendalian kuantitas penduduk dilaksanakan melalui : a. Percepatan pelembagaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dalam rangka mencapai penduduk tumbuh seimbang menuju kondisi penduduk tanpa pertumbuhan melalui pemenuhan kebutuhan para pasangan yang menginginkan penundaan atau pembatasan anak yang diinginkan; b. Percepatan penurunan angka kematian ibu dengan meningkatkan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran anak adalah penyebab utama kematian wanita Indonesia. Meningkatkan status kesehatan dan gizi wanita usia subur khususnya wanita hamil dan menyusui melalui penyediaan pelayanan kesehatan dasar, merupakan upaya yang sangat strategis. 2. Pengembangan kualitas penduduk diarahkan untuk mewujudkan kualitas penduduk sebagai potensi sumber daya manusia. pengguna dan pemelihara hasil-hasil pembangunan dan lingkungan dan pembina keserasian manusia dalam lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan kualitas penduduk dilaksanakan melalui:

a. Pengentasan kemiskinan Kemiskinan mempunyai dampak yang sangat besar pada kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan anak-anak. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan mempunyai resiko tinggi terhadap kekurangan gizi dan wabah penyakit. Anak-anak adalah sumber yang paling penting untuk masa depan dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Mengenali dan mengatasi kondisi anak balita yang mengalami gizi buruk untuk mencegah terjadinya generasi yang hilang. b. Pemberdayaan dan Peningkatan Status Perempuan Keberdayaan dan kemandirian perempuan serta peningkatan status politik, sosial, ekonomi serta kesehatan perempuan merupakan kunci dalam keberhasilan pembangunan. Pendidikan untuk menambah pengetahuan. keterampilan dan keberanian untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan adalah salah satu aspek yang terpenting dalam pemberdayaan perempuan. Mengupayakan agar anak perernpuan bisa dipertahankan di meja belajar, utarnanya dalam pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun. Menjamin agar semua perempuan dan laki-laki terpenuhi pendidikannya merupakan pemenuhan dari hak asasi manusia. c. Memberikan perlindungan terhadap remaja dari bahaya narkotika dan obatobatan berbahaya (Narkoba) serta resiko reproduksi dan seksual Narkoba merusak masa depan generasi kita. Resiko reproduksi dan seksual mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki dan terjadinya penularan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti HIV/AIDS. Remaja merupakan penduduk muda antara umur 15-24 tahun. Jumlahnya cukup banyak yaitu 16 persen dari jumlah penduduk. Upaya yang diperlukan adalah penyediaan penyuluhan dan pelayanan kesehatan reproduksi yang memadai. d. Memberikan pengayoman terhadap penduduk usia lanjut Keberhasilan keluarga berencana dan menurunnya tingkat kematian akan menghasilkan perubahan fundamental terhadap struktur umur penduduk, jumlah penduduk usia tua akan bertambah. Diperlukan upaya yang tepat untuk membangkitkan kualitas kehidupan dan kemampuan penduduk tua sehingga mereka dapat bekerja dan hidup sebaik mungkin secara mandiri tanpa tergantung dengan lingkungannya. 3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk diarahkan untuk mencapai persebaran penduduk yang optimal, didasarkan pada keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan dan keseimbangan penduduk antar wilayah. Pengarahan mobilitas penduduk ditujukan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia, mengendalikan kuantitas penduduk di suatu wilayah tertentu, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, memperluas kesempatan kerja produktif, meningkatkan pembinaan dan perlindungan tenaga kerja migran ke luar negeri serta peningkatan kesejahteraan keluarganya melalui kebijaksanaan migrasi internasional. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk dilaksanakan melalui : a. Menumbuhkan kondisi yang kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis Persebaran penduduk Indonesia masih belum merata antar daerah, pulau dan wilayah. Sebagian besar penduduk masih tinggal di Pulau Jawa khususnya dan kawasan Indonesia barat pada umumnya wilayah penduduknya padat. Persebaran penduduk yang tidak merata kurang menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Di waktu mendatang, dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) dan Undang-undang Nomor 25 Tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848), daerahdaerah potensial akan menarik perpindahan penduduk secara spontan dari Pulau Jawa. Pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan kemudahan dan perlindungan terhadap mobilitas penduduk ini. b. Penduduk dipaksa pindah karena keadaan Perpindahan penduduk yang dipaksa pindah karena didorong keadaan sosial, ekonomi dan politik yang cenderung bertentangan dengan hak asasi manusia, memerlukan perlindungan dan pengelolaan relokasi agar dapat hidup tanpa kecemasan dan ketakutan. c. Migrasi Internasional IV. Pelaksanaan Globalisasi dengan liberalisasi perdagangan dan investasinya, mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk antar negara yang semakin meningkat. Saling hubungan antara ekonomi, politik dan kebudayaan memainkan peran penting dalam perpindahan penduduk antar negara. Pemerintah dan Pemerintah Daerah perlu memberikan kemudahan, perlindungan dan pembinaan terhadap para migran dan keluarganya. Pengelolaan Program Aksi Kependudukan yang meliputi ruang lingkup tersebut di atas dilakukan melalui komisi kependudukan. Di tingkat pusat dibentuk oleh Menteri Negara Kependudukan/Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan di tingkat daerah dibentuk oleh Bupati/WaIikota. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE