BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang. Sebaliknya, jika suatu bahasa yang sedikit dipakai oleh penutur dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan itu terekam secara verbal, baik berupa leksikon-leksikon,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan memeliharanya. Salah satu cara untuk menjaga amanat dan anugrah yang Maha Kuasa yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

ASEP HIDAYATULLAH, 2016 PENGARUH SIKAP BERBAHASA INDONESIA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Lingkungan Persawahan di Tanjung Morawa : Kajian Ekolinguistik.

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

I. PENDAHULUAN. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peralatan rumah tangga tradisional merupakan salah satu warisan nenek

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang sebagaimana yang dijamin oleh penjelasan undang-undang dasar

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMEROLEHAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA DINI DI LINGKUNGAN PENUTUR MULTIBAHASA SERTA STRATEGI PEMERTAHANANNYA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan konseptual dan intelektual anak-anak. Memahami proses. perkembangan kognitif anak-anak secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. ada di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku dengan jumlah pulau 66

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. pergeseran. Penyusunan kebijakan publik tidak lagi murni top down, tetapi lebih

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bahkan para penjelajah kuno seperti S. Dillon Ripley (1980, hal.51) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya variasi bahasa dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Dalam

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. raga, mempunyai ruang hidup kementalan, memiliki dimensi hidup kerohanian

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROSES PEMBENTUKAN KOMPETENSI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan kehidupan yang lebih kompleks. Lebih dari itu bahasa memiliki fungsi sebagai perantara budaya, sosial, nilai, norma, serta ekologis suatu masyarakat (Tulalessy, 2012). Dewasa ini, kajian ilmu bahasa mulai berubah seiring dengan perubahan lingkungan, terlebih lagi isu mengenai lingkungan semakin menarik untuk diperbincangkan. Permasalahan bahasa yang berkaitan dengan lingkungan ini dikaji dalam ilmu ekolinguistik. Secara umum, ekolinguistik didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antarbahasa yang ada dengan lingkungannya (Haugen, 1972, dalam Mühlhaüsler, 2001) Ekologi bahasa merupakan bidang linguistik yang membedah makna saling memengaruhi antara bahasa dan lingkungan yang bekerja melalui kognisi, hati, (sikap positif, negatif, tingkat kesetiaan, dan politik) yang terwujud dalam pola interaksi verbal (tuturan dan tulisan) dalam komunikasi antarpenutur. Berdasarkan hal tersebut perlu disadari bahwa bahasa merupakan suatu kekayaan budaya dan kekayaan lingkungan alamnya yang dinyatakan dalam bahasa dan secara khusus dalam leksikon-leksikonnya. Bahasa dan lingkungan merupakan suatu sistem yang hidup dan berkembang saling berdampingan. Dalam ekolinguistik, bahasa dan komunitas penuturnya dipandang sebagai organisme yang hidup secara bersistem dalam suatu lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa juga dianggap sebagai suatu sistem yang dapat 1

2 berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan manusia dan bergeser tanpa henti dari waktu ke waktu (Mbete, 2008). Dalam ilmu bahasa, perubahan tersebut dapat dilihat dari berbagai segi. Salah satu hal sederhana yang dapat menunjukkan adanya perubahan adalah tataran leksikal. Perubahan yang terjadi dalam bahasa sangat bergantung pada keadaan lingkungan dan guyub tutur yang ingin mempertahankannya. Sebagai sesuatu yang berkembang, bahasa memerlukan lingkungan untuk hidup yaitu masyarakat, keadaan, jangka waktu, serta ekosistem yang senantiasa memakainya sehingga memungkinkan bahasa tersebut tidak terancam, hidup, terpelihara, dan terwariskan. Hubungan antara bahasa dan lingkungan mencetuskan konsep bahasa lingkungan dan lingkungan bahasa (Mbete, 2011). Bahasa lingkungan merupakan bahasa yang menggambarkan lingkungan, sedangkan lingkungan bahasa adalah lingkungan atau tempat bahasa itu hidup, seperti manusia, lingkungan alam, dan lingkungan sosial bahasa. Berbicara mengenai daya hidup bahasa, tiada lain adalah mempermasalahkan sikap, perilaku, dan terutama tingkat kecerdasan bahasa dan budaya generasi penerus sesuai dengan ruang dan lahan fungsionalnya dalam kehidupan. Bahasa yang hidup diharapkan bukan hanya bahasa yang berada pada pikiran atau kognisi, melainkan harus terwujud performansi yang komunikatif, produktif, dan kreatif baik lisan maupun tulisan. Kenyataan bahwa keberadaan dan perkembangan bahasa yang sangat bergantung pada lingkungannya terjadi dalam bahasa Bali (BB) yang merupakan salah satu bahasa yang terus mengalami perkembangan. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan oleh guyub tutur di Provinsi Bali sebagai bahasa daerah. Sebagai media komunikasi, bahasa Bali digunakan sesuai dengan variasi fungsinya.

3 Maksudnya adalah dalam fungsinya sebagai alat komuniasi di bidang lingkungan kebambuan yang dibahas dalam penelitian ini. Keberadaan bahasa ini, khususnya yang berhubungan dengan kebambuan, hidup dan berkembang di salah satu daerah di Kabupaten Bangli, yaitu di Desa Penglipuran. Guyub tutur yang kaya akan leksikon yang berhubungan dengan ranah ekologi kebambuan ini tentunya memiliki leksikonleksikon yang dapat memperkaya kehidupan bahasa tersebut beserta ranah pakainya yang menggambarkan adanya integritas budaya yang berbeda dengan guyub tutur lain di sekitarnya. Akan tetapi, sedikit demi sedikit keadaan tersebut telah mengalami perubahan. Pengetahuan mengenai leksikon kebambuan yang menjadi ciri kekayaan ragawi dan seharusnya terjaga dengan baik saat ini telah banyak dilupakan oleh penuturnya seiring dengan masuknya pengaruh budaya maupun bahasa lain. Kekayaan alam yang menjadi ciri guyub tutur ini memberikan kontribusi besar terhadap keberadaan leksikon kebambuan yang sangat kaya, tetapi perkembangan aspek kehidupan menyebabkan adanya perubahan tersendiri. Tanaman bambu di daerah Bangli, khususnya di wilayah Desa Penglipuran hidup di suatu daerah perhutanan yang terbagi menjadi daerah milik pemerintah desa dan milik pribadi masyarakat. Tanaman bambu di daerah ini masih lestari dan keberadaannya masih sangat terjaga, begitu juga dengan spesies-spesies bambu yang berada di daerah tersebut. Walaupun keberadaan tanaman bambu masih terjaga, tetapi bukan berarti keadaan ini sama sekali tidak akan dipengaruhi oleh pihak luar. Rusaknya lingkungan hutan bambu tentunya akan memberikan pengaruh negatif terhadap keberadaan flora dan fauna di sekitarnya secara tidak langsung hal tersebut akan berpengaruh pada kekayaan lingkungan dan hal-hal lain yang berhubungan

4 dengan kebambuan. Menyadari hal tersebut, tanggung jawab untuk mempertahankan kekayaan alam kebambuan pun semakin ditingkatkan karena kekayaan ini merupakan warisan nenek moyang dan guyub tutur Penglipuran masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan bambu. Perkembangan pengetahuan bahasa Bali, khususnya mengenai leksikonleksikon kebambuan telah mengalami penurunan seiring dengan pengaruh lingkungan dan kalangan generasi muda yang telah jarang menggunakannya. Seiring dengan penurunan pengetahuan tersebut, ditemukan pula leksikon kebambuan yang telah jarang didengar. Hal tersebut juga dapat terjadi karena leksikon kebambuan terbatas digunakan hanya pada komunitas tertentu dan jarang digunakan dalam ranah tulismenulis. Istilah kebambuan dalam penelitian ini berkaitan dengan pelbagai bagian dan hal-hal tentang bagian dari tumbuhan tersebut, keanekaragaman hayati, keadaan, lingkungan, ungkapan, dan persepsi (ideologi dan mitos) tanaman bambu di kalangan guyub tutur. Semua itu dapat menggambarkan adanya hubungan antara manusia dan lingkungan alam kebambuan. Berhubungan dengan ruang lingkup kebambuan yang dibahas dalam penelitian ini, asumsi dasar dalam penelitian ini adalah terjadinya gejala penyusutan pengetahuan leksikon kebambuan yang disebabkan oleh perubahan lingkungan fisik dan lingkungan kebahasaan selain oleh kuatnya dominasi bahasa kedua seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing. Selain pengetahuan mengenai leksikon, ungkapanungkapan yang digunakan sehari-hari seperti ungkapan metaforis hingga mitos-mitos mengenai kebambuan di daerah ini juga diasumsikan telah mengalami penyusutan. Perihal penyusutan dalam hal ini adalah berkurangnya pengetahuan dan penggunaan

5 ungkapan metaforis serta berkurangnya pengetahuan mengenai mitos kebambuan terutama di kalangan generasi muda. Namun, di luar penyusutan pengetahuan yang diasumsikan, tentunya masih terdapat kebertahanan pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, serta mitos kebambuan karena pada dasarnya masih terdapat banyak tanaman bambu di lingkungan Desa Penglipuran yang masih dimanfaatkan oleh guyub tutur. Melihat fenomena ini, tentunya generasi tua merasa khawatir akan kebertahanan atau keberlanjutan bahasa dan budaya di kalangan generasi muda. Untuk itu, sangat perlu dilakukan upaya penyadaran bagi setiap elemen masyarakat. Dalam hal ini, guyub tutur Penglipuran agar sedini mungkin melestarikan kekayaan alam berupa flora dan fauna yang ikut memberikan kontribusi positif bagi kelangsungan hidup guyub tutur setempat. Penelitian ini mengungkap keberadaan leksikon-leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan dalam guyub tutur bahasa Bali dan lingkungan sekitarnya. Melalui perspektif ekolinguistik, penelitian ini mengkaji hubungan timbal balik antara bahasa dan ekologi kebambuan. Penelitian ini juga memiliki batasan pada kategori leksikon seperti nomina, verba, dan adjektiva bahasa Bali. Selain data berupa leksikon, pengetahuan mengenai ungkapan metaforis beserta mitos kebambuan diuraikan untuk menjelaskan bahwa lingkungan kebambuan juga berhubungan baik dengan ranah tutur maupun gaya bicara dan sistem kepercayaan guyub tutur. Penelitian ekolinguistik kebambuan guyub tutur bahasa Bali merupakan penelitian yang menarik karena belum terdapat penelitian sebelumnya yang secara

6 khusus membahas objek penelitian ini. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan beberapa penelitian yang disebutkan pada kajin pustaka. Penelitian tersebut adalah penelitian bahasa Bali pada kajian ekolinguistik yang telah dilakukan oleh Rasna (2010) dan Erawati (2013), serta penelitian ekolinguistik lain yang meneliti berbagai ranah, seperti penelitian Adisaputera (2010), Sukhrani (2010), Tulalessy (2012), dan Dafincy Tangkas (2013). Terbatasnya hasil penelitian ekolinguistik dalam guyub tutur bahasa Bali dapat melandasi pernyataan bahwa penelitian ekolinguistik kebambuan masih perlu untuk diteliti sebagai upaya dalam mengembangkan khazanah ekolinguistik yang telah ada. Faktor lain yang juga mendasari pentingnya penelitian ini adalah pembahasan yang berbeda mengenai pengetahuan leksikon dalam bidang ekolinguistik yang dipadukan dengan pembahasan mengenai pengetahuan ungkapan metaforis beserta mitos kebambuan yang juga terdapat pada ranah tutur guyub tuturnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, analisis kuantitatif-kualitatif dalam kajian linguistik makro yaitu ekolinguistik digunakan dalam penelitian ini. Hal itu dilakukan untuk memeroleh fakta sejauh mana tingkat pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, serta mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut.

7 1. Leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali apa sajakah yang ditemukan di Penglipuran, Bangli? 2. Bagaimanakah tingkat pengetahuan, kebertahanan, dan penyusutan terhadap leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi kebertahanan dan penyusutan tingkat pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sesuatu yang perlu diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menginventarisasikan data mengenai perangkat leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali, khususnya yang digunakan oleh guyub tutur Penglipuran sebagai dokumentasi kebahasaan serta pelestarian terhadap budaya dan bahasa Bali. Selain itu, temuan penting yang diupayakan untuk dicapai adalah pengadaan kamus kecil leksikon kebambuan yang diperuntukkan bagi generasi muda agar leksikon yang berhubungan dengan istilah kebambuan, budaya, dan lingkungan sekitar dapat diakrabi kembali dan dilestarikan dengan baik.

8 1.3.2 Tujuan Khusus Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut. 1. Mengetahui leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan bahasa Bali yang ditemukan di Penglipuran, Bangli. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan, kebertahanan, dan penyusutan pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli. 3. Menemukan faktor yang melatarbelakangi kebertahanan dan penyusutan pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran, Bangli. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat. Secara garis besar manfaat tersebut terbagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan tentang bahasa lokal, khususnya bahasa Bali serta memberikan sumbangan fakta dan informasi untuk memperkaya pengetahuan, khususnya dalam bidang ekolinguistik (linguistik makro). Hal tersebut dikarenakan penelitian ekolinguistik ini dipadukan dengan teori semantik leksikal yang didasarkan pada bahasa dan lingkungannya berupa kekayaan alamiah lokal yang meliputi leksikon

9 bahasa, khususnya leksikon kebambuan. Selain itu, pembahasan ini juga diperkaya dengan pemaparan mengenai ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang tentunya dapat menambah pengetahuan dalam bidang bahasa dan sosial budaya. 1.4.2 Manfaat Praktis Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat praktis yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut. 1. Secara praktis, penelitian ini berupaya mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan mendokumentasikan leksikon-leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan yang berhubungan dengan lingkungan alam dan sosial budayanya. 2. Hasil penelitin ini dapat dimanfaatkan sebagai solusi terhadap pencegahan penyusutan pengetahuan kebahasaan khususnya leksikon dan ungkapan metaforis kebambuan dalam guyub tutur Penglipuran. 3. Hasil penelitian yang berupa fakta mengenai pengetahuan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali di Penglipuran dapat direkomendasikan sebagai bahan bacaan dan bahan pembelajaran khususnya yang berbasis linkungan sehingga generasi muda dapat lebih memahami dan mencintai lingkungan, budaya, dan bahasanya. 4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kembali pada guyub tutur Penglipuran, para pengambil kebijakan, dan para pihak yang terkait untuk memanfaatkan dan mengedepankan ciri kelokalan sebagai acuan dalam perencanaan dan pemberdayaan, serta mempertahankan ciri kelokalan sebagai

10 kekayaan alam, budaya, dan ciri kekhususan bagi etnik dan sebagai guyub tutur bahasa Bali. 5. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan makna-makna sosialekologis bahasa Bali, khususnya leksikon yang menggambarkan realitas linkungan alam dan sosial budaya yang nantinya dapat memperkaya bahasa khususnya bahasa Bali. 6. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan baik dalam pembuatan kamus maupun bahan bacaan sebagai media pembelajaran bahasa Bali sehingga pengetahuan bahasa, budaya, dan lingkungan dapat dipertahankan dan dapat dilestarikan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pembahasan mengenai leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan guyub tutur bahasa Bali dalam guyub tutur Penglipuran. Penelitian ini merupakan penelitian ekolinguistik yang berkaitan dengan lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan budaya tentang tanaman bambu dalam guyub tutur Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, Bali. Leksikon yang dimaksud adalah berupa nomina, verba, dan adjektiva dalam bahasa Bali yang mempresentasikan dan menggambarkan hubungan manusia dengan alamnya. Selain itu, ungkapan metaforis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ungkapan metaforis atau ungkapan perbandingan yang berkaitan dengan hal-hal kebambuan dan digunakan dalam ranah tutur guyub tuturnya serta mitos kebambuan yang ditemukan di Penglipuran terkait dengan kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan kebambuan. Namun, berdasarkan kenyataan saat ini,

11 pengetahuan guyub tutur, khususnya generasi muda terhadap hal-hal tersebut telah mengalami penyusutan. Hal inilah yang mendasari adanya kajian yang berhubungan dengan pengetahuan, kebertahanan dan penyusutan leksikon, ungkapan metaforis, dan mitos kebambuan yang dibatasi pada hal-hal sebagai berikut. 1. Permasalahan bentuk leksikon kebambuan dalam bahasa Bali yang dikaji adalah yang mempresentasikan lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Kategori leksikon yang dimaksud adalah nomina, verba, dan adjektiva yang berhubungan dengan bambu, flora dan fauna yang berada di sekitarnya, alat pengolah dan pemotong bambu, serta hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan bambu bagi guyub tutur setempat. 2. Penjelasan mengenai pengetahuan ungkapan metaforis dan mitos kebambuan yang ditemukan di Penglipuran untuk menjelaskan bahwa lingkungan kebambuan juga berhubungan dengan gaya bicara, ranah tutur, dan sistem kepercayaan guyub tutur. 3. Penemuan dan penjelasan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kebertahanan dan penyusutan pengetahuan sosial-alami pada guyub tutur Penglipuran difokuskan pada faktor internal dan eksternal yang terjadi pada guyub tutur bersangkutan.