Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan secara umum bertujuan membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. praktek kehidupan yang lebih cocok dengan situasi yang sedang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAM GAME TOURNAMENT ) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MINI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

2015 PENERAPAN BOLA MODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PASING DALAM PERMAINAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR MELALUI PENGEMBANGAN MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

Transkripsi:

1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina kemampuannya agar berkembang secara maksimal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Pembaharuan pendidikan secara nasional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dengan adanya perubahan dan pembaharuan dari sistem pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah. Adapun perubahan tersebut menyangkut sistem pembelajaran, kurikulum, materimateri pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan merupakan proses perjalanan hidup yang pada dasarnya upaya untuk terus belajar diperoleh dari pengalaman dan proses pendididikan formal agar berkembang secara maksimal baik yang berkaitan dengan kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses pendidikan juga

2 pada dasarnya bertujuan untuk membentuk watak bangsa yang bermartabat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani yang menekankan pada tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Manusia adalah makhluk biologis yang mengikuti pada aturan-aturan biologis. Proses penuaan dan kelelahan adalah aturan-aturan biologis yang tidak dapat dihalangi. Proses penuaan dan kelelahan hanya dapat diperlambat melalui latihanlatihan yang sistematis dan teratur. Pendidikan jasmani adalah instrumen yang efektif untuk itu dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menemukan masalah. Menumpuknya persoalan merupakan suatu beban kejiwaan yang memberi tekanan terhadap dinamika, kreativitas dan inisiatif berfikir. Ketidakmampuan dalam memecahkan masalah, akan menyebabkan manusia dalam situasi kehidupan yang penuh dengan tekanan (stress) dan pada akhirnya mengarah pada kehidupan frustasi. Dalam kaitan ini, pendidikan jasmani menawarkan suatu bentuk aktivitas yang berupa pemecahan masalah. Melalui geraknya manusia dapat mengeksplorasi dirinya serta dapat mengetahui potensi dan sekaligus kelemahan dirinya di tengah-tengah orang lain. Akhirnya dalam pendidikan jasmani manusia dilatih untuk memecahkan masalah dengan jalan mengenal potensi dan kelemahan dirinya serta mengenal potensi dan kelemahan orang lain untuk dapat dijadikan rujukan dalam upaya memecahkan masalah. Dalam kaitan ini, pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sarana untuk mencari dan mengenal jati diri. Salah satu strategi dalam menghadapi persoalan kehidupan adalah memupuk dan membentuk keterampilan sosial dan kecerdasan emosional. Untuk itu, manusia harus mampu berkomuniasi, berinteraksi, berintegrasi dan bekerjasama dengan orang lain. Selain itu, perasaan empati dan kemampuan dalam mengendalikan diri merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Keterampilan sosial dan kecerdasan emosional merupakan aspek-aspek kepribadian yang perlu ditumbuh-kembangkan dan dibentuk secara kokoh kepada siswa. Dalam kaitan ini, pendidikan jasmani merupakan sarana yang efektif untuk

3 pembentukan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sarana yang efektif untuk melatih diri berkomunikasi, berintegrasi, dan berinteraksi serta bekerja sama dengan orang lain. Pendidikan jasmani merupakan sarana untuk pengendalian diri manusia. Pendidikan jasmani juga merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang tercantum dalam kurikulum disekolah atau satuan pendidikan, itu menandakan pendidikan jasmani adalah pendidikan yang sangat penting diajarkan kepada setiap manusia. Selain itu pendidikan jasmani juga diharapkan dapat dijadikan sebagai alat pencapaian tujuan umum pendidikan. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Abduljabar (2010:19) yang menjelaskan bahwa Karya terbesar dalam pendidikan jasmani adalah bukan hanya pada fitrah jasmani, tetapi pendidikan jasmani dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum. Sehingga pendidikan jasmani tidak saja mengembangkan domain psikomotor, tetapi juga mendorong berkembangnya kemampuan kognitif dan afektif siswa. Dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa diberi pengalamanpengalaman gerak lewat aktivitas jasmani. Dengan aktivitas jasmani ini tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan gerak dasar siswa, namun ada tujuan-tujuan pendidikan lain yang harus dikembangkan dalam diri siswa sebagai suatu individu utuh yang sedang tumbuh dan berkembang. Sejalan dengan yang dikemukanakan Juliantine dkk. (2012:6) bahwa: Penjas merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik dan olahraga sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Penjas bukan hanya mengembangkan aspek fisik semata, melainkan juga mengembangkan aspek-aspek kognitif, emosi, mental, sosial, moral dan estetika. Berpijak dari pernyataan di atas pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, motivasi, sikap dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.

4 Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional, guru yang mendominasi pembelajaran membuat siswa kurang aktif bahkan cenderung takut bertanya yang mengakibatkan kurangnya pemahaman dari proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetapi pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Segala hal baik diupayakan dapat tercapai dalam pembelajaran penjas dan mampu dikuasai oleh siswa, melalui beberapa pendekatan bermain, strategi mengajar, modifikasi media pembelajaran dan terobosan - terobosan lain yang bisa dimanfaatkan oleh guru dalam mengupayakan hal tersebut. Dalam upaya untuk menyokong keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani, maka beberapa aspek harus sangat diperhatikan dan dilaksanakan, salah satunya aspek model. Dalam kaitan dengan proses pembelajaran ada baiknya guru menggunakan satu protipe dari suatu teori atau model, Juliantine dkk. (2011 : 3) secara umum model diartikan sebagai acuan atau pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran peer teaching atau sering disebut tutor sebaya dirasa tepat digunakan dalam pembelajaran penjas untuk kelas yang memiliki siswa dalam jumlah banyak, khususnya dalam pembelajaran sepakbola. Juliantine dkk. (2011 : 147) mengemukakan bahwa : Peer: Kawan sebaya, Teaching: Pembelajaran. Peer teaching adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyertakan teman sebaya sebagai siswanya. Model ini sangat cocok

5 digunakan untuk kelas yang memiliki siswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan stimulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Menurut penjelasan tersebut dapat ditarik gambaran bahwa model pembelajaran peer teaching melibatkan siswa menjadi pengajar yang biasa disebut dengan tutor setelah dipilih oleh guru berdasarkan kriteria tertentu untuk membantu teman-temanya didalam kelompok yang mengalami kesulitan belajar. Seiring dengan pertumbuhan zaman, peserta didik kini semakin cerdas dan kritis dalam setiap pembelajaran, termasuk dalam pelajaran pendidikan jasmani. Mereka tidak cocok lagi diberikan pengajaran yang berpusat pada guru (pembelajaran langsung) yang membuat hasil belajar siswa kurang maksimal. Imbasnya guru dituntut lebih inovatif untuk memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan. Adanya model pembelajaran modern sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Semakin guru mengerti kebutuhan siswa tentunya hasil belajar siswa pun akan semakin meningkat. Knirk dan Gustafon (2005) dalam Juliantine dkk. (2011: 6) mengemukakan bahwa : Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahapan rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti menganggap rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru dalam sebuah konsep model pembelajaran akan membantu tercapainya suatu tujuan pendidikan yang berkesinambungan dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Setiap materi pembelajaran pendidikan jasmani tentunya ada jenis olahraga yang diberikan untuk menunjang kegiatan pembelajaran semakin menarik. Olahraga tersebut dapat berupa permainan bola besar, permainan bola kecil, senam ritmik, dan lain-lain. Fungsi dari cabang olahraga juga tidak hanya untuk

6 menambah kegiatan pendidikan jasmani semakin menarik saja, melainkan setiap cabang olahraga memiliki fungsi khusus yang berkesinambungan dengan tujuan pembelajaran. Olahraga permainan sepakbola adalah jenis permainan serangan (invasion game), sepakbola sendiri sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, di Inggris olahraga ini mulai dimainkan pada abad ke -19 kemudian pada tanggal 21 Mei 1904 berdiri FIFA di Paris, cabang olahraga ini termasuk salah satu permainan beregu bola besar merupakan juga merupakan materi yang biasa disampaikan dan dimainkan oleh siswa disekolah, adapun pengertian sepakbola sendiri menurut Sucipto dkk (2000 : 7): Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnhya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik gambaran bahwa permainan sepakbola yang merupakan permainan beregu tidak hanya meningkatkan hasil belajar psikomotor siswa, melainkan suatu domain afektif yang berasal dari kerjasama dan kognitif tentang pengetahuan cara bermain sepakbola. Berpijak dari latar belakang masalah tersebut, muncul permasalahan yang ingin penulis ketahui lebih jauh, yaitu tentang keingintahuan mengenai pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola di SMPN 1 Cimahi, dan diharapkan sasaran utama kegiatan pembelajaran peer teaching dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu meningkatkan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi ada beberapa masalah yang terjadi antara lain :

7 1. Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sepakbola dikarenakan siswa kurang memahami dan merasa takut bertanya terhadap guru jika ada materi yang kurang dimengerti. 2. Guru yang cenderung kurang berinovasi dalam proses pengajaran terutama dalam model pembelajaran. C. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang masalah, maka peneliti memberikan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola antara model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran langsung? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar keterampilan bermain sepakbola antara model pembelajaran peer teaching dengan model pembelajaran langsung E. Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi individu maupun bagi masyarakat secara umum. Penulis berharap hasil penelitian dapat memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang upaya meningkatkan hasil belajar keterempilan bermain sepakbola. 2. Secara Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan jasmani.

8 F. Batasan Penelitian Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, maka penulis membatasi penelitian ini agar lebih terarah dan tidak terjadi salah penafsiran, maka penulis membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya membahas sejauh mana pengaruh model pembelajaran peer teaching terhadap hasil belajar keterampilan bermain sepakbola. 2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah, model pembelajaran peer teaching. 3. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan bermain sepakbola. G. Struktur Organisasi Tulisan BAB I : PENDAHULUAN, menerangkan latar belakang masalah, ldentifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan struktur organisasi tulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN, menerangkan pengertian belajar, pengertian strategi belajarmengajar penjas, pengertian model pembelajaran, konsep model, karakteristik model pembelajaran, konsep peer teaching, mengukur hasil belajar keterampilan bermain sepakbola, teknik dasar bermain sepakbola, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN, menerangkan metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian, tempat dan waktu penelitian,populasi dan sampel, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, teknik mengolah data, teknik pengumpulan data dan analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, menerangkan data hasil belajar pretest dan posttest dalam pembelajaran sepakbola, uji gain hasil belajar pretest dan postes dalam pembelajaran permainan sepakbola, uji sifat data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, uji hipotesis, kesimpulan analisis data dan diskusi temuan.

9 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN