BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus sebagai ujung tombak berdirinya nilai-nilai atau norma. mengembangkan akal manusia, mengingat fungsi pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhlak adalah tugas dunia pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

I. PENDAHULUAN. mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan di berbagai bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga dan dibentuk agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Membentuk dan mengukir sosok remaja Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi bukan pekerjaan yang sederhana. Menanamkan sifat kemanusiaan dalam diri puluhan juta kaum muda Indonesia bukan tugas dan tanggungjawab yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun atau dua tahun. Pekerjaan itu harus dilaksanaakan secara terarah, sistematis dan tiada hentihentinya. Jadi, kewajiban orang tua, masyarakat dan pemerintah adalah memotivasi remaja dalam membentuk kepribadian, perilaku, dan menemukan jati dirinya sesuai dengan nilai kehidupan bangsa Indonesia. Secara bertahap orangtua hendaknya juga memberikan keteladanan dan menanamkan kebiasaan pada anak untuk menaati prinsip-prinsip ajaran agama, moral dan adat, nilai dan norma yang berlaku umum dalam masyarakat seperti baik, benar dan lain-lain sehingga sifatsifat baik itu secara bertahap dapat menjadi driving forces bagi terbentuknya akhlak yang baik. Orang tua hendaknya juga menjalin komunikasi yang baik dengan pihak luar yaitu sekolah atau lembaga pendidikan untuk memantau segala hal berkaitan dengan anak secara intensif, juga untuk melakukan tindakan korektif secara lebih aktif dan proaktif, sehingga jika diperlukan upaya perbaikan dapat dilakukan secara lebih efektif, efisien, terpadu, berkala dan berkesinambungan. Oleh karena itu pemerintah mengambil langkah positif dengan mengadakan upaya pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan memfokuskan perhatian pada dunia pendidikan terlihat dengan adanya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dalam Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi 1

2 peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. (Anonim, 2003: 1) Pendidikan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu sebagai upaya untuk mentransformasikan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan tertentu dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Pendidikan merupakan alat strategis untuk membentuk dan mengembangkan nilai, sikap dan moral dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya. Kiprah dan peran institusi pendidikan sekolah sudah cukup jelas, yaitu sebagai lapangan strategis bagi penumbuhan dan pengembangan spiritual, nilai moral dan norma. Selain strategis bagi pelaksanaan transformasi pengetahuan dan keterampilan serta penumbuhan dan pengembangan kecerdasan. Sekolah hendaknya juga berperan sebagai pendidikan lanjutan dari pendidikan di dalam keluarga, sehingga pembimbingan terhadap siswa dapat terus dikembangkan, terlebih apabila kualitas pendidikan di dalam keluarga kurang dapat diaktualisasikan. Hal ini diperlukan agar siswa memiliki kematangan intelek atau Intellectual Quotient (IQ), kematangan emosi atau Emotional Quotient (EQ) dan kematangan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ). Melalui kematangan IQ, EQ dan SQ diharapkan siswa mampu menanamkan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah, keluarga dan masyarakat. Negara Indonesia merupakan negara yang menaruh perhatian yang cukup besar pada masalah pendidikan moral. Kurikulum sekolah mulai dari tingkat paling rendah hingga pada paling tinggi mengalokasikan untuk pembinaan moral antara lain Pendidikan Kewarganegaraan dan pendidikan agama. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan ujung tombak pembentuk penanaman nilai dan norma yang berlaku di masyarakat pada umumnya pada anak didik mereka. Namun, dewasa ini usaha yang positif ini belum mampu menanamkan nilai dan norma pada siswa saat ini, aktualisasi nilai dan norma disekolah belum begitu tampak, ditambah lagi belum adanya pendidikan karakter atau pendidikan nilai yang seharusnya akan lebih mengacu pada penekanan nilai dan norma yang tertuang dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang selama ini diajarkan

3 disekolah. Gagalnya output pendidikan saat ini ditandai oleh banyaknya kejahatan-kejahatan moral, pelanggaran kesusilaan, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kejahatan narkoba dan sebagainya. Tentang kegagalan ini, Winarno mengemukakan bahwa: Sistem pendidikan di Indonesia dinilai gagal membentuk karakter siswa menjadi orang baik yang ditandai dengan banyaknya kasus korupsi, manipulasi, kebohongan, berbagai konflik dan terjadinya kekerasan (Winarno,2010: 2) Didukung berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat yang menyatakan oleh Akhmad Sudrajat yaitu: Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. (Akhmad Sudrajat, 2010: 3) Hal ini belum bisa menjadi bukti apakah pembelajaran yang diberikan disekolah belum berhasil dengan baik. Menurut Starawaji (2009: 1) mengemukakan bahwa : Pembelajaran berasal dari kata belajar,yang memiliki arti yaitu aktivitas perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata memilki arti yang sangat laus yaitu perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada kenyataannya pembelajaran adalah merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dimana saja tanpa ada ruang dan waktu,karena memang pembelajaran biasa dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga tertentu. Dari uraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif,afektif dan psikomotorik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, yakni di SMP Negeri 2 Kartasura terlihat tata tertib disekolah yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi atau hukuman terhadap yang melanggarnya pada kenyataan sehari-hari masih banyak ditemukan para pelajar yang melanggar tata tertib

4 sekolah. Masih adanya sejumlah penyimpangan-penyimpangan yang masih terjadi didalam sekolah yang dilakukan oleh para siswa di SMP Negeri 2 Kartasura, misalnya berkelahi di dalam sekolah dengan teman antar kelas, baju seragam yang tidak dimasukkan, membolos saat jam pelajaran berlangsung. Seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang menyatakan bahwa: Kenakalan remaja terutama pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri, minum-minuman keras. (Masngudin, 2004: 2) Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya tidak hanya semata-mata mengajarkan pasal-pasal UUD tetapi hendaknya pelajaran tersebut harus mencerminkan hubungan tingkah laku yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dalam Pancasila dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ini merupakan tantangan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan apalagi dilatarbelakangi dengan sifat dan pemahaman murid yang berbeda. Ratna Megawangi (2007: 79) menyatakan bahwa: Salah satu penyebab utama kegagalan tersebut karena sistem pendidikan di Indonesia belum mempunyai kurikulum pendidikan karakter, tetapi yang ada hanya mata pelajaran tentang pengetahuan karakter (moral) yang tertuang didalam pelajaran agama, kewarganegaraan dan Pancasila. Ditambah lagi proses pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan penghafalan. Para siswa hanya diharapkan dapat menguasai materi yang keberhasilannya diukur dengan kemampuan anak menjawab soal ujian terutama dengan pilihan berganda. Guru harus mampu memadukan hafalan atau materi Pendidikan Kewarganegaraan dengan pendidikan nilai yang mengacu pada pembelajaran kehidupan yang sebenarnya dalam masyarakat dimana nilai dan norma berlaku untuk mengatur bagaimana manusia bertindak dan berperilaku yang baik, sehingga mempunyai kepribadian yang baik. Didukung oleh suatu pernyataan yang mengatakan bahwa: Guru atau pendidik memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan

5 memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa.. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu melainkan dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari. (Sabar Budi Raharjo, 2003: 229-238). Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu melainkan dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.. Suatu pengajaran dikatakan berhasil baik jika pengajaran tersebut membangkitkan proses belajar yang efektif. Bukan hanya pada cara mengajar ataupun metode yang digunakan, namun lebih pada hasil atau pencapaian akhir tujuan pembelajaran atau indikator yaitu hasil yang dapat bertahan lama dan dapat dipergunakan dalam kehidupannya. Banyak guru secara jujur dan penuh keyakinan menaruh pendirian, bahwa selama anak mengalami perkembangan kepribadiannya menurut garis perkembangan yang wajar, selama kepribadian anak itu menunjukkan keseimbangan dalam penyesuaian dirinya dan alam sekitarnya, maka selama itu pula pelajaran tidak terlalu penting artinya Tujuan akhir pendidikan pada umumnya dan disekolah pada khususnya, ialah pembentukan kepribadian anak didik. Hasil pengajaran berdasarkan mata pelajaran itu hanya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi mata pelajaran itu merupakan alat yang essensial dan alat yang khas yang digunakan oleh sekolah dan guru, untuk tujuan utama yakni membentuk kepribadian manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terdengar atau mungkin dijumpai seseorang yang dinyatakan memiliki kepribadian yang baik atau sebaliknya. Menurut Kartini Kartono dan Dali Guko: Kepribadian (personality) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi dan karakteristik dari struktur-struktur, pola, tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang

6 sebagaimana diketahui oleh orang lain. (Sjarkawi, 2006: 5) Kepribadian seseorang ada dalam benak orang lain. Bagaimana orang lain menafsirkan kepribadian seseorang merupakan kunci untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kepribadian diri sendiri, kepribadian seseorang lebih terletak pada apa yang seseorang tampilkan dan bukan bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri. Guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus memahami sekaligus memiliki kekuatan berpikir yang berwawasan luas mengenai berbagai pendekatan yang perlu dan dapat digunakan dalam pengembangan pembelajaran yang bertujuan membentuk kepribadian. Sebagai seorang guru yang memegang amanat untuk mengembangkan kepribadian anak bangsa, guru PKn sudah semestinya memiliki kepribadian mantap yang berlandas pada nilai-nilai kemanusiaan universal. Bukan kepribadian yang memandang nilai-nilai kemanusiaan yang diwarnai oleh nepotisme yang mengarah pada subjektivitas kolusi lokal regional maupu nasionalisme yang sempit. Sebab karakteristik bidang studi PKn bukan kajian teoritis sekedar untuk diketahui dan dipahami saja, tetapi kekuatannya justru terletak pada bagaimana menginternalisasi nilai-nilai yang dikaji itu menjadi realitas dalam cara berpikir dan bertindak siswa dalam kehidupan nyata. Dari uraian penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai tingkat pemahaman nilai dan norma dalam Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan kapribadian remaja siswa SMP Negeri 2 Kartasura. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul PEMAHAMAN NILAI DAN NORMA DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEPRIBADIAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2011/2012.

7 B. Perumusan Masalah Didalam penelitian ini pasti timbul masalah, untuk memperjelas masalah apa yang dihadapi dan seperti apa pemecahannya, maka masalah yang dihadapi itu dapat dirumuskan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi kepribadian siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura tahun ajaran 2011/2012? 2. Apakah pemahaman nilai dan norma dalam Pendidikan Kewarganegaraan mempengaruhi kepribadian siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura tahun ajaran 2011/2012 dan dimana letak kelemahan proses pembelajaran tersebut? 3. Bagaimana solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai usaha penanaman nilai dan norma dalam membentuk kepribadian siswa? C. Tujuan Penelitian Dalam setiap kegiatan yang dilakukan seseorang tentu saja tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapainya. Begitu pula dalam penelitian ini, tujuan yang ingin penulis capai adalah untuk mengetahui: 1. Kondisi kepribadian siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kartasura tahun ajaran 2011/2012. 2. Pengaruh pemahaman nilai dan norma dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk kepribadian siswa dan letak kelemahan proses pembelajaran tersebut. 3. Solusi yang tepat agar dalam penyelenggaraan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai usaha menanamkan nilai dan norma dalam membentuk kepribadian siswa.

8 D. Manfaat Penelitian Suatu penelitian sudah pasti diharapkan hasilnya akan berrmanfaat. Demikian pula dalam penelitian ini, diharapkan mempunyai manfaat terutama dari segi praktis dan teoritis. Adapun manfaat yang dimaksudkan adalah: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui pemahaman nilai dan norma dalam pendidikan kewarganegaraaan sebagai usaha membentuk kepribadian pada siswa di SMP Negeri 2 Karatasura. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memberikan masukan siswa untuk meningkatkan pengetahuannya tentang nilai dan norma agar dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. b. Bagi Sekolah Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk selalu memberikan dukungan yang baik kepada seluruh siswa-siswinya agar mereka tetap berperilaku dan bersikap baik sesuai nilai dan norma yang berlaku. c. Bagi Guru Memberi masukan bagi guru untuk berperan serta menumbuh kembangkan dan membentuk pribadi siswa yang baik sesuai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.