BAB VI HASIL RANCANGAN. Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN MUSEUM AGRO-HISTORY SUROWONO KABUPATEN KEDIRI TEMA : HISTORICISM TUGAS AKHIR. Oleh: MIMIN AMINAH YUSUF NIM

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Transformasi pada objek

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Untuk memudahkan dan mengarahkan spesifikasi perancangan bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

FASILITAS WISATA SIMULASI PROFESI DI SURABAYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pengembangan tempat pelelangan ikan dan prasarana samudera dalam

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Dalam perancangan museum ini menggunakan dasar pemikiran dari alur cerita pengaruh raja Bhre Wengker I(Wijayarajasa) selama berada di kerajaan Majapahit. Dalam hal ini pengaruh Wijayarajasa dapat diketahui dalam 3 periode, yang mana 3 periode tersebut dijadikan acuan untuk pembagian zoning: Tahun 1351 M (Wijayarajasa Menjadi Anggota Pertimbangan Agung) sebagai Zona I Wijayarjasa adalah orang baru di kerajaan Majapahit sehingga pengaruhnya masih sedikit, hal ini diimplementasikan bahwa Wijayarajasa merupakan seseorang yang membawa kebaruan di kerajaan Majapahit. Aplikasi kedalam desain adalah Wijayarajasa dianggap sebagai unsur kebaruan(modern) sedangkan kerajaan Majapahit sendiri dianggap sebagai sebuah tradisi. Pada zona ini unsur tradisi lebih mendominasi dari pada unsur kebaruannya. Tahun 1357 M (Pernikahan Paduka Sori/putri Wijayarajasa dengan Hayam Wuruk/raja kerajaan Majapahit) sebagai Zona II Zona II merupakan perwujudan dari terjadinya hubungan keluarga antara wengker dengan Majapahit. Dalam hal ini di implementasikan bahwa 159

pengaruh wijayarasa telah masuk ke dalam majapahit mengingat pernikahan 2 kerajaan adalah pernikahan politik sehingga unsur kebaharuan telah menempel pada unsur majapahit. Adanya karakter menempel menginformasikan bahwa terdapat 2 unsur yang disandingkan yakni kerajaan majapahit dan kerajan wengker. Tahun 1364 M (Diangkat Menjadi Dewan Sapta Prabu) sebagai Zona III Dewan Sapta Prabu merupakan jabatan yang tinggi, sehingga Wijayarajasa sudah mempunyai peran dalam kerajaan Majapahit. Aplikasi pada desain pada tahun ini adalah unsur modern dan tradisi yang sudah menyatu, modern yang tradisi yang modern dan tradisi yang modern. 6.2 Hasil Rancangan Tapak 6.2.1 Hasil Rancangan Perletakan Massa Perletakan massa pada museum Agro-History ini dibagi menjadi 3 zona. Zona I terdapat candi, museum indoor dan gedung pertunjukan. Zona II terdapat ruang pamer agro serta zona yang menghubungkan dari zona I dan III yang berupa jalan dan tempat istirahat sedangkan zona III terdapat terowongan Surowono (museum outdoor). Seperti terlihat pada gambar 6.1 dan 6.2 berikut. 160

Gambar 6.1 Layout Plan Gambar 6.2 Site Plan 161

Pada zona I merupakan implementasi dari peran Wijayarajasa yang menjadi dewan pertimbangan agung dari kerajaan Majapahit yang mana peran Wijayarajasa belum terlalu mendominasi sehingga dalam zona ini unsur majapahit sangat dominan dan unsur kebaharuan (perupamaan dari pengaruh wijayarajasa) masih minim. Seperti terlihat pada gambar 6.3 berikut. Gambar 6.3 Site Plan zona I Zona II adalah penyandingan 2 unsur seperti halnya pada kerajaan Majapahit dan Wengker. Dalam implementasinya zona II ini telah menghubungkan zona I dan zona III yang berjauhan. Fasilitas penghubung pada zona ini adalah jalan penghubung dan kereta gantung. Seperti terlihat pada gambar 6.4 berikut. 162

Gambar 6.4 Site Plan zona II Zona III merupakan zona terowongan Surowono, terdapat gedung amphiteater dan gedung toko souvenir serta cafetaria. Pola yang digunakan pada zona III ini adalah memusat, karena pada zona ini merupakan aplikasi dari tradisi yang modern dan modrn yang tradisi. Sehingga mengambil dari sistem pemerintahan dari majapahit yang terpusat. Pusat di zona ini adalah di sumuran 1. Seperti terlihat pada gambar 6.5 berikut. 163

Gambar 6.5 Site Plan zona III 6.2.2 Hasil Rancangan aksesibilitas dan Sirkulasi a. Aksesibilitas Pada rancangan museum ini mempunyai 3 situs yang terpisah berjauhan sehingga diberikan alternatif penghubung yakni dengan menggunakan kereta gantung, jalan penghubung, serta kereta kuda/ andong yang dilengkapi dengan fasilitas halte. Sistem kunjungan pada museum ini memperbolehkan pengunjung memilih situs mana yang terlebih dahulu dikunjungi. Namun dalam hal ini pengunjung diarahkan menuju museum indoor terlebih dahulu, karena museum ini diletakkan di Candi Surowono yang dekat dengan jalan utama desa Surowono. Selanjutnya pengunjung bisa memilih melanjutkan perjalanan rekreasinya atau kembali pulang. Ketika masih di dalam museum pengunjung memiliki 2 alternatif jalur jika ingin melanjutkan perjalanan, jalur tersebut adalah jalan penghubung dan kereta gantung. Sedangkan jika pengunjung sudah di luar museum bisa 164

mengambil alternatif menggunakan andong. Seperti terlihat pada gambar 6.6 dan 6.7 berikut Gambar 6.6 Aksesibilitas Kawasan Gambar 6.7 Alternatif Akses Situs 165

b. Sirkulasi Sirkulasi pada zona I dan zona II menggunakan sirkulasi linear yang mana pengunjung diarahkan secara terarah sehingga tidak ada satupun tempat yang terlewatkan. Setelah penunjung parkir diarahkan menuju plaza surya majapahit yang searah dengan Candi Surowono selanjutnya membeli tiket, masuk ke ruang maket kawasan surowono. Ruang maket kawasan yang berada di lantai ini masih tergolong ruang publik yang bisa dimasuki semua orang tanpa harus membayar tiket. Seperti terlihat pada gambar 6.8 berikut Gambar 6.8 Sirkulasi zona I 166

Sesampainya di lantai 1, jika pengunjung mempunyai tiket masuk maka melanjutkan naik ke lantai 2 menggunakan ramp menuju ruang pamer Candi Surowono, ruang pamer terowongan dan ruang pamer sumber air. Setelah itu naik ke lantai 3 menuju gardu pandang. Seperti terlihat pada gambar 6.9, 6.10 dan 6.11 berikut Gambar 6.9 Sirkulasi Gedung Sejarah lantai 1 Gambar 6.10 Sirkulasi Gedung Sejarah lantai 2 167

Gambar 6.11 Sirkulasi Gedung Sejarah lantai 3 Setelah dari gardu pandang yang berada di lantai 3 gedung sejarah, pengunjung diarahkan menuju lantai 2 gedung agro dengan menggunakan ramp outdoor yang mana di dalamnya terdapat ruang bioskop dan ruang pamer agro nabati dan hewani, dari ruangan tersebut pengunjung menuruni ramp menuju lantai 1 yang terhubung lansung dengan ruangan aquarium ikan. Setelah keluar dari aquarium ikan pengunjung mendapati souvenir shop dan cafetaria. Sirkulasi gedung agro dapat dilihat pada gambar 6.12 berikut. Gambar 6.12 Sirkulasi Gedung Agro 168

Pada zona II ini mulai terdapat pemecahan sirkulasi. Untuk mencapai zona III pengunjung bisa memilih 3 alternatif yakni kereta gantung, jalan penghubung serta kembali ke halte dan menaiki andong/ angkutan yang disediakan masyarakat sekitar. Sirkulasi memusat digunakan pada zona III, karena pada zona ini terdapat sumuran yang berada di tengah tapak, selain itu melihat fungsi dari ruangan yang berbeda-beda namun fungsi utama dari zona III adalah sebagai wahana rekreasi menyusuri terowongan sehingga sumuran I diletakkan di tengah-tengah bangunan lainnya. Seperti terlihat pada gambar 6.13 berikut. Gambar 6.13 Sirkulasi Zona III Selain itu pada museum ini dibedakan juga sirkulasi untuk pengunjung dan pengelola. Untuk sirkulasi pengelola pada zona I dan II berada di gedung sejarah dan gedung agro, namun hal ini bukan berarti pengelola di gedung agro dan sejarah sendiri-sendiri. Sistem dan pengelolaan di zona I dan II di tangani oleh 169

pengelola yang sama dan berada dalam satu tempat, lain halnya dengan zona III yang mempunyai ruang untuk pengelola tersendiri. 6.3 Hasil Rancangan Penataan Ruang Penataan ruang pada zona I yakni museum indoor dirancang dengan pola linear karena disesuaikan dengan materi yang akan didisplaykan, mulai dari pengetahuan tentang sejarah (candi, terowongan dan sumber air Surowono), teknologi terowongan, ilmu tentang pertanian dan aquarium yang berisi koleksi ikan yang ada di Surowono. Dengan pola linear akan memberi isyarat kepada pengunjung agar dapat memahami ilmu agro-history di Surowono dengan runtut. Pada zona I ini mempunyai 3 gedung yakni 1. Gedung Sejarah Gedung sejarah yakni gedung yang berhadapan langsung dengan candi memiliki 3 lantai, lantai 1 digunakan untuk fasilitas umum seperti toilet, mushola, ticket loker, dan panggung selain itu terdapat ruang privat yakni ruang pengelola. Ruang pengelola diletakkan di berdekatan dengan main entrance agar pengelola mudah mengakses jika terdapat masalah pada lapangan selain itu untuk memudahkan pengunjung jika mempunyai kepentingan dengan pengelola. Lantai 2 pada gedung ini digunakan sebagai ruang sejarah, sedang lantai 3 diunakan sebagai gardu pandang, ditujukan agar setelah pengunjung memahami sejarahnya, pengunjung bisa melihat langsung situs-situs yang dimaksudkan. Seperti terlihat pada gambar 6.14 berikut 170

Gambar 6.14 Denah Gedung Sejarah Pada gedung ini digunakannya atrium yang di bawahnya terdapat maket kawasan Surowono, ditujukan agar ketika pengunjung melihat di ruang pamer candi, terowongan dan sumber air yang berada di lantai 2, pengunjung bisa melihat langsung letak dan posisi situs tersebut. Selain itu di ruang pamer candi diletakkan langsung menghadap candi yang asli dan di lengkapi kaca sehingga pengunjung bisa melihat secara langsung dan bisa membandingkan dengan replikanya. Di ruang pamer terowongan dan sumber air dilengkapi teleskop yang digunakan untuk melihat situs dari jarak jauh. Selain itu ruang pamer terowongan dihadirkan replika terowongan dengan skala 1:1 sehingga pengunjung bisa memasukinya, terlebih untuk pengunjung yang disable, yang mana tidak bisa masuk ke terowongan yang sesungguhnya. 171

2. Gedung Pertunjukan Gedung pertunjukan hanya memiliki 1 lantai dengan ruangan sebagai berikut Ruang Publik Podium dan tempat duduk penonton Semi Publik adalah back stage Ruang Privat ruang make up, ruang latihan, gudang, ruang ganti dan toilet Denah gedung pertunjukan seperti terlihat pada gambar 6.5 berikut: Gambar 6.15 Denah Gedung Pertunjukan Zona II terdapat ruang pamer agro dan sebuah gazebo untuk istirahat sejenak dari perjalanan dari zona I menunju zona III, Gedung Agro Pada gedung ini terdapat 2 lantai. Bioskop, ruang pamer agro diletakkan di lantai 2 yang mana lantai 2 dapat diakses melalui ramp yang dihubungkan dengan gardu pandang di 172

lantai 3 gedung sejarah. Lantai 1 pada gedung ini terdapat aquarium, souvenir shop, cafetaria, ruang kereta gantung dan gudang museum. Gambar 6.16 Denah Gedung Agro Zona III terdapat ruang terowongan, amphiteater, souvenir shop, cafetaria, ticket loker, dan kolam pemancingan ikan. DENAH SUMURAN TEROWONGAN DENAH GD. SOUVENIR AND CAFETARIA DENAH GD. AMPHITEATER Gambar 6.17 Denah Gedung di Zona III 173

Gambar 6.18 Interior Museum 6.4 Hasil Rancangan Bentuk dan tampilan Bentuk dan tampilan bangunan adalah modifikasi dan replika dari bentuk atap candi yang telah runtuh. Hal ini dapat dilihat dari tampak kawasan, sehingga dapat diketahui perubahan bentuk atap dari zona I, II dan III. Seperti terlihat pada gambar 6.19 berikut. 174

Gambar 6.19 Tampak Kawasan 6.4.1 Zona I Pada zona I terdapat atap meru yang dipertahankan dan sedikit modifikasi karena pada zona ini unsur kebaharuan masih sedikit, dan unsur tradisi yang mendominasi. Seperti terlihat pada gambar 6.20 berikut 175

Gambar 6.20 Eksterior Zona I Dari entrance dapat dilihat adanya gerbang yang menggunakan ornamen motif batik dari majapahit, selain itu bentuknya menyerupai bentukan gerbanggerbang khas Majapahit. Seperti terlihat pada gambar 6.21 berikut. Gambar 6.21 Bentuk Gapura 176

Pada zona I ini dihadirkan pula plaza dengan menggunakan ornamen surya Majapahit. Hal ini ditujukan agar pengunjung mengetahui bahwa situs yang ada di Surowono merupakan situs peninggalan Majapahit. Seperti terlihat pada gambar 6.22 berikut Gambar 6.22 Plaza Surya Majapahit Museum sejarah di letakkan pada zona ini tepatnya di sebelah utara Candi Surowono. Museum ini atapnya menggunakan atap meru, secara tersirat agar pengunjung mengetahui bahwa atap dari candi yakni tidak lain dari apa yang telah dilihatnya pada muaeum sejarah dan warna-warna nya disenadakan dengan warna candi. Hal ini dimaksudkan agar nuansa tradisinya bisa tercapai. Seperti terlihat pada gambar 6.23 dan 6.24 berikut 177

Gambar 6.23 Eksterior Gedung Sejarah Gambar 6.24 Tampak Gedung Sejarah 178

Atap pada gedung sejarah mengalami modifikasi disamping karena untuk menghadirkan replika atap candi namun juga karena fungsi dari atap itu sendiri yakni sebagai pencahayaan alami dari atrium yang ada di bawahnya. Penutup atrium menggunakan kaca temperd agar pencahayaan alami tetap masuk namun dari sisi keamanan tetap terjaga dan terhindar dari bahaya hujan. Seperti terlihat pada gambar 6.25 berikut. Gambar 6.25 Potongan Gedung Sejarah Gedung pertunjukan juga diletakkan di zona I tepatnya di belakang gedung sejarah. Gedung ini memiliki atap yang landai dan terlihat dari depan karena 179

tertutup gedung sejarah. Hal ini juga dimaksudkan karena pengaruh Wijayarajasa pada saat itu masih belum mendominasi dan belum terlihat. Atapnya berundak undak sama halnya dengan atap meru, namun atap ini lebih dimodifikasi. Atap pada gedung pertunjukan dan gedung sejarah memiliki kesamaan dalam warnanya. Seperti terlihat pada gambar 6.26 berikut. Gambar 6.26 Tampak Gedung Pertunjukan Selain itu pada gedung pertunjukan ini terdapat ornamen motif batik Majapahit yang digunakan sebagai ornamen dinding. Ornamen ini masih melekat 180

pada gedung pertunjukan karena mengisyaratkan bahwa Wijayarajasa masih dalam kekuasaan Majapahit sehingga tidak terkesan gedung ini berdiri sendiri. Seperti terlihat pada gambar 6.27 berikut Gambar 6.27 Ornamen pada Dinding Gedung Pertunjukan 6.4.2 Zona II Pada zona II terdapat modifikasi yang lebih banyak dari zona I namun masih dikenali bahwa karakternya seperti atap meru. Seperti terlihat pada gambar 6.28 dan 6.29 berikut. Gambar 6.28 Tampak Gedung Ilmu Agro 181

POTONGAN B-B Gambar 6.29 Potongan Gedung Ilmu Agro POTONGAN A-A Pada zona II dijumpai jalan penghubung mempunyai 2 atap yang sama dan saling bersandingan. Elemen ini wujud dari terjadinya pernikahan antara Hayam Wuruk dengan Paduka Sori. 182

Gambar 6.30 Tempat Istirahat Jalan Penghubung 6.4.3 Zona III Pada zona III terjadi modifikasi yang signifikan sehingga tidak dikenali lagi karakter merunya. Gambar 6.31 Eksterior zona III 183

Gambar 6.32 Kolam Pemancingan Ikan 6.5 Hasil Rancangan Struktur 6.5.1 Pondasi, Sloof dan Kolom a. Gedung Sejarah Gedung sejarah menggunakan pondasi tiang pancang yang digunakan untuk pondasi setempat dan pondasi batu kali digunakan untuk pondasi menerus yang diletakkan di bawah dinding. Sloof yang digunakan adalah 30/40, kolom struktur 60 x 60 cm dengan bentang 10 m serta kolom praktis 15 x 15 cm. Gedung ini memiliki kolam di sekeliling bangunannya, kolam tersebut menggunakan pondasi pasangan batu rolag. Seperti terlihat pada gambar 6.33 berikut 184

Gambar 6.33 Rencana Pondasi Gedung Sejarah b. Gedung Agro Pada gedung agro tidak jauh berbeda dengan gedung sejarah, hanya saja gedung ini tidak terdapat kolam di sekelilingnya dan gedung ini memiliki terminal kereta gantung berupa tower, kolom yang digunakan adalah 40 x 40 cm dengan ketinggian 20 m dan diameter 5 m sehingga tower ini memiliki pondasi tersendiri berupa pondasi tiang pancang. Seperti terlihat pada gambar 6.34 dan 6.35 berikut. 185

Gambar 6.34 Rencana Pondasi Gedung Agro Gambar 6.35 Detail Pondasi 186

c. Gedung Pertunjukan Pondasi pada gedung ini menggunakan pondasi plat dengan lebar 1,5 m. Bentang antar kolom yakni 5,5 m dan kolom dengan ukuran 30 x 30 cm. Seperti terlihat pada gambar 6.36 berikut Gambar 6.36 Rencana Pondasi Gedung Pertunjukan d. Gedung Amphiteater Gedung ini memiliki 2 lantai dengan kolom 20 x 20 cm, bentang 6 m dan sloof 20 x 30 cm sehingga menggunakan pondasi plat dengan lebar pondasi 1.5 x 1.5 m. Seperti terlihat pada gambar 6.37 berikut. 187

Gambar 6.37 Rencana Pondasi Amphitheater e. Gedung Toko dan Cafetaria Gedung ini memiliki kolom dengan ukuran 20 x 20 cm dengan bentang 5 m, ukuran sloof 20 x 30 cm serta menggunakan pondasi plat. Pada bagian terminal kereta gantung menggunakan kolom 30 x 30 cm dengan tinggi dinding 15 m dan sloof 25 x 35 cm dan menggunakan pondasi tiang pancang. Seperti terlihat pada gambar 6.38 berikut Gambar 6.38 Rencana Pondasi Gedung Souvenir shop dan Cafetaria 188

6.5.2 Pembalokan a. Gedung Sejarah dan Gedung Agro Pembalokan terdapat 2 jenis balok yakni balok induk dan balok anak. Untuk balok induk dihitung dengan cara 1/12 x bentang terpanjang dan dikurangi 5. Sehingga pada gedung sejarah dan agro balok induknya adalah (1/12 x 10)-5= 4,16 atau dibulatkan menjadi 40/50. Untuk balok anaknya adalah 20/30. Seperti terlihat pada gambar 6.39 dan 6.40 berikut. Gambar 6.39 Rencana Pembalokan Gedung Sejarah 189

Gambar 6.40 Rencana Pembalokan Gedung Agro c. Gedung Pertunjunkan Gedung ini hanya mempunyai rencana pembalokan pada back stage karena atapnya menggunakn atap dak beton, sedangkan pada area stage dan tempat duduk penonton menggunakan atap rangka batang(truss). Untuk area backstage, balok induknya adalah 30/40 dengan bentang 9 m dan ditengahtengahnya terdapat balok anak adalah 20/30. Seperti terlihat pada gambar 6.41 berikut. 190

Gambar 6.41 Rencana Pembalokan Gedung Pertunjukan d. Gedung Amphiteater dan Gedung Souvenir shop dan Cafetaria Balok induk untuk gedung amphiteter adalah 20/30. Sama halnya dengan balok induk pada gedung Souvenir shop dan Cafetaria sedangkan balok anaknya adalah 15/25. Seperti terlihat pada gambar 6.42 dan 6.43 berikut. Gambar 6.42 Rencana Pembalokan Gedung Souvenir shop dan Cafetaria 191

Gambar 6.43 Rencana Pembalokan Amphitheater 6.5.3. Rencana Atap a. Gedung Sejarah dan Gedung Agro Pada gedung sejarah menggunakan atap meru sebagaimana replika dari runtuhan atap Candi Surowono. Rangka atapnya menggunakan kayu dan penutupnya menggunakan genteng. Atap meru tersebut digunakan untuk menaungi atrium yang ada di bawahnya sedangkan atap yang lain menggunakan dak beton. Gedung agro menggunakan atap kuda-kuda dengan rangka atap menggunakan rangka baja dan penutupnya menggunakan genteng metal sehingga ringan. Rangka kuda-kuda ini mengalami modifikasi. Seperti terlihat pada gambar 6.44 berikut. 192

Gambar 6.44 Rencana Atap Gedung Sejarah dan Gedung Agro b. Gedung Pertunjukan Pada gedung ini menggunakan rangka batang(truss) dan menggunakan bahan penutup atap berupa atap bitumen selulosa. Hal ini dikaranakan bahan atap ini lentur dan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk atap serta atap ini ringan sehingga tidak membebani konstruksi lain, selain itu berhubungan dengan fungsinya sebagai gedung pertunjukan dengan menggunakan bahan ini tidak menimbulkan kebisingan ketika ada hujan. Seperti terlihat pada gambar 6.45 berikut. 193

Gambar 6.45 Rencana Atap Gedung Pertunjukan c. Gedung Amphiteater Gedung ampiteater menggunakan atap dak beton pada bagian di atas ruang pembelian tiket. Sedangkan untuk tempat duduk amphiteater menggunakan kayu. Seperti terlihat pada gambar 6.46 berikut. Gambar 6.46 Rencana Atap Gedung Amphitheatre 194

d. Gedung Toko dan Cafetaria Gedung ini rangka atap menggunakan rangka atap ½ kuda-kuda dengan bahan galvalum dan bahan penutup atap genteng biasa. Sedangkan untuk atap di area ruang makan menggunakan dak beton. Seperti terlihat pada gambar 6.47 berikut. Gambar 6.47 Rencana Atap Gedung Souvenir shop dan Cafetaria 195

6.6 Hasil Rancangan Utilitas 6.6.1. Utilitas Air Gambar 6.48 Utilitas Kawasan Utilitas pada museum ini pada zona I dan zona II di bagi menjadi dua bagian yakni bagian depan dan belakang. Pada bagian depan tandon bawah dan pompa diletakkan di taman antara gedung sejarah dan gedung agro, sedang septic tank dan sumur resapan diletakkan disamping gedung agro. Pada bagian belakang tandon bawah diletakkan di belakang gedung pertunjukan dengan 2 pompa yang digunakan untuk mengalirkan air ke gedung pertunjukkan dan gedung agro. Seperti terlihat pada gambar 6.49 berikut. 196

Gambar 6.49 Utilitas Zona I dan II Pada zona III, tandon bawah diletakkan di sebelah utara gedung Amphiteater yang selanjutnya dipompa menuju 2 tandon atas yakni di gedung cafetaria and souvenir shop dan Amphiteater. Sumur resapan diletakkan di taman dekat parkir sedangkan septic tank diletakkan di sebelah selatan gedung amphiteater. Seperti terlihat pada gambar 6.50 berikut. 197

Gambar 6.50 Utilitas Zona III Air Bersih Pada hasil rancangan ini kebutuhan air bersih menggunakan layanan PDAM. Selanjutnya disalurkan ke bangunan dengan menggunakan meteran, kemudian ditampung di tandon bawah dan dipompa dengan mesin pompa untuk dialirkan ke tandon atas. Selanjutnya disalurkan ke seluruh lantai. Berikut ilustrasi dan gambar rancangan untuk air bersih: Gambar 6.51 Utilitas Air Bersih 198

Air Kotor Sistem air kotor ini, limbah yang dapat diolah digunakan untuk keperluan yang ada di dalam bangunan maupun luar bangunan. Sedangkan untuk limbah yang tidak dapat diolah langsung disalurkan ke pembuangan limbah. Berikut gambar dari alur air kotor. Seperti terlihat pada gambar 6.52 berikut. 6.6.2 Listrik Gambar 6.52 Rencana Air Kotor pada Gedung Agro Listrik pada museum ini menggunakan jasa PLN dan disalurkan ke beberapa bagian. Seperti terlihat pada gambar 6.53 berikut. Gambar 6.53 Rencana Listrik pada Gedung Agro 199

Gambar 6.54 Rencana Titik Lampu Gedung Sejarah Gambar 6.55 Rencana Titik Lampu Gedung Agro 200

Gambar 6.56 Rencana Titik Lampu Gedung Pertunjukan Gambar 6.57 Rencana Titik Lampu Gedung Cafetaria and Souvenir Shop 201

Gambar 6.58 Rencana Titik Lampu Gedung Amphiteater 6.6.3 Bahaya Kebakaran Kebakaran dapat ditanggulangi dengan sistem hidrant baik di luar maupun di dalam bangunan. Selain itu adanya fasilitas sprinkler untuk mencegah terjadinya kebakaran. Air yang didapat berasal dari tandon yang sudah disediakan. Selanjutnya untuk evakuasi, disediakan tangga dan pintu darurat di samping bangunan. Kemudian diarahkan ke area luar bangunan untuk sementara. Seperti terlihat pada gambar 6.59 dan 6.60 berikut. 202

Gambar 6.59 Rencana Hydrant Gambar 6.60 Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul 203

Gambar 6.61 Rencana Sprinkler Gedung Sejarah Gambar 6.62 Rencana Sprinkler Gedung Agro 204

Gambar 6.63 Rencana Sprinkler Gedung Pertunjukan Gambar 6.64 Rencana Sprinkler Gedung Souvenir Shop dan Cafetaria Gambar 6.65 Rencana Sprinkler Gedung Amphiteater 205

6.5.4 Air Conditioner(AC) Pada museum ini digunakan penghawaan berupa AC pada bagian-bagian tertentu seperti ruang pamer. Hal ini digunakan untuk menstabilkan suhu agar koleksi museum terjaga dari bahaya jamur dan lain sebagainya, ruang-ruang tersebut diantaranya ruang pamer (sejarah candi, terowongan, dan sumber air). Penggunaan AC ini menggunakan AC split karena hanya pada titik-titik tertentu yang difasilitasi AC, sehingga tidak terjadi pemborosan. Seperti terlihat pada gambar 6.66 berikut. Gambar 6.66 Rencana AC 206

6.7 Integrasi Keislaman Integrasi terhadap rancangan ini diambil dengan cara pendekatan hubungan manusia terhadap Allah, manusia, dan alam. Hubungan pada Allah dihasilkan dengan mewadahi kegiatan ibadah secara langsung maupun tidak langsung. Maka diwujudakan dengan adanya ruang sholat. Di zona I terdapat mushola untuk pengunjung di lantai 1 di sebelah ruang maket kawasan Surowono. Di zona II terdapat musholah untuk pegawai di letakkan di lantai 1 di sebelah ruang pegawai. Sedangkan di zona III di area cafetaria. Seperti terlihat pada gambar 6.67 berikut. Gambar 6.67 Perletakan Mushola Selanjutnya hubungan antar manusia diwujudkan dengan adanya ruangruang bersama sehingga tercipta interaksi antar sesama seperti gazebo, 207

amphiteatre, tempat istirahat, dsb. Sedangkan hubungan dengan alam diwujudkan dengan adanya ruang-ruang terbuka seperti taman, kolam, dsb. Seperti terlihat pada gambar 6.68 dan 6.69 berikut. Gambar 6.68 Ruang-Ruang Bersama Gambar 6.69 Ruang-Ruang Resapan Air 208