Laporan Dugaan Pemborosan dalam Pembangunan Gedung Baru DPR. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 21 April 2011

dokumen-dokumen yang mirip
DUGAAN POTENSI MARKUP PEMBAGUNAN GEDUNG DPD RI. Indonesia Budget Center (IBC) Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 7 Juli 2011

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 99 Tahun 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JASA KONSTRUKSI PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DAERAH

Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong dengan Mengubah Undang Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang Undang Darurat Nomor 3

KATA PENGANTAR. Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM. Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP

RUANG LINGKUP INFORMASI PUBLIK DI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NO INFORMASI PUBLIK JENIS INFORMASI

RAPAT KOORDINASI BIRO ANALISA ANGARAN DAN PELAKSANAAN APBN 19 MARET /19/2014 Biro Analisa APBN 1

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG HARGA SATUAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri *

1/8/2014 Biro Analisa APBN 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KLASIFIKASI INFORMASI PUBLIK DI DPR INFORMASI PUBLIK YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT DPR RI. Biro Pemberitaan Parlemen. Bagian Persidangan Paripurna

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBEKALAN TENAGA AHLI

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAPPI 9 Oktober Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: ; F: E:

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMISI XI PILIH AGUS JOKO PRAMONO SEBAGAI ANGGOTA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 332/KPTS/M/2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT JENDERAL

Penyusunan instrument evaluasi organisasi. Pengumpulan data. evaluasi organisasi. Pengolahan dan analisis data evaluasi organisasi

3 September 2012 PROJECT MANAJER-PMO RB SETJEN DPRRI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan magang ini, penulis mendapat kesempatan untuk menganalisa

PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2008 SERI D NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keterangan Pers Bersama, Presiden RI dan Ketua DPR RI, Pertemuan Konsul.., Jakarta, 22 Februari 2016 Senin, 22 Pebruari 2016

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas, Jakarta, 7 April 2011 Kamis, 07 April 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02B/DPR RI/II/ TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

L A P O R A N KEGIATAN DPRD PROVINSI SUMATERA BARAT MASA PERSIDANGAN PERTAMA TAHUN 2011

PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

6. Undang-Undang

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DPR SETUJUI PENGHAPUSAN PIUTANG PDAM

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

KPK juga hampir KO di Era SBY

PENGERTIAN. dinas yang menjadi barang milik negara/daerah dan diadakan dengan. sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, atau

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Rilis PUPR #2 18 Desember 2017 SP.BIRKOM/XII/2017/615. Belanja Infrastruktur Kementerian PUPR Tahun 2018 Berorientasi Hasil dan Manfaat Bagi Publik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

2017, No Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1994 (13/1994) TENTANG ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2017

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR SERI 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMPERKUAT KELEMBAGAAN DPR-RI SEBAGAI PILAR DEMOKRASI. Oleh KETUA DPR-RI Dr. H.

Drs. Setyanta Nugraha, MM Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Transkripsi:

Laporan Dugaan Pemborosan dalam Pembangunan Gedung Baru DPR Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 21 April 2011

Bangunan Gedung Negara Setiap orang atau Badan Hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri pekerjaan umum nomor: 45/prt/m/2007 tentang pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara

Gedung Baru DPR Alasan tidak jelas dan berubah-ubah : Gedung lama sudah miring dan terlalu sempit untuk menampung anggota DPR beserta staf ahli Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja anggota DPR Pembangunan gedung sebagai kelanjutan dan agenda BURT periode sebelumnya Kebutuhan penambahan jumlah staf ahli Penolakan dari Fraksi Gerindra dan PAN

Dugaan Penyelewengan Pembangunan Gedung DPR Dugaan pelanggaran prosedur perencanaan gedung baru DPR Dugaan mark up dalam rencangan pembangunan gedung

Dugaan pelanggaran prosedur perencanaan gedung baru DPR

Prosedur Perencanaan Gedung Baru DPR Bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti: gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan rumah negara, dan diadakan dengan sumber pembiayaan

Pembangunan Kegiatan mendirikan bangunan gedung yang diselenggarakan melalui tahap persiapan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).

Asas Pembangunan Bangunan Gedung Negara 1. Kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta keserasian/keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya; 2. Hemat, tidak berlebihan, efektif dan efisien, serta sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan teknis yang disyaratkan; 3. Terarah dan terkendali sesuai rencana, program/satuan kerja, serta fungsi setiap kementerian/lembaga/instansi pemilik/pengguna bangunan gedung; 4. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan/potensi nasional.

Bangunan Tidak Sederhana Berdasarkan Permen PU nomor: 45/prt/m/2007 bangunan gedung baru DPR masuk dalam klasifikasi bangunan tidak sederhana Bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling singkat 10 (sepuluh) tahun.

Standar Luas Ruang Gedung Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak sederhana ratarata sebesar 10 m2 per-personil; Kebutuhan total luas gedung kantor dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya.

Persetujuan Menteri PU Untuk bangunan gedung negara yang akan dibangun lebih dari 8 lantai, harus mendapat persetujuan dari: 1. Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri/Ketua Lembaga, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber dari APBN dan/atau APBD 2. Menteri Pekerjaan Umum atas usul Menteri Negara BUMN, untuk bangunan gedung negara yang pembiayaannya bersumber dari anggaran BUMN.

Persetujuan Menteri Keuangan Pembangunan bangunan gedung negara yang pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan menerus lebih dari satu tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah memperoleh pendapat teknis dari Menteri Pekerjaan Umum.

Billing Rate KMK Besarnya biaya perencanaan, manajemen konstruksi/ pengawasan pekerjaan non-standar, dihitung berdasarkan billing-rate sesuai ketentuan yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan;

Catatan Kritis : 1. Catatan Kritis atas Gedung DPR : - Telah Melanggar dari Asas Pembangunan gedung Negara khususnya dimensi penghematan, Dari sisi anggaran yang dikeluarkan menunjukan sangatlah besar menghabiskan total anggran Rp, 1,2 T - Proses pembangunan tidak melalui mekanisme dan prosedur yang disyaratkan

2. Pembangunan Gedung Baru, diindikasikan manipulasi perencanaan dan kuat dugaan telah terjadi upaya mark up penggarannya, Pertama, dimensi perencanaan : adanya upaya memaksakan dan bahkan melakukan kebohongan publik untuk melegitimasi persetujuan pembangunan gedung. Selain itu perencanaan gedung tidak dilandasi oleh analisa dan persetujuan dari Kementrian PU.

Kedua, dimensi penganggaran, bahwa dalam menyusun kebutuhan anggaran gedung baru DPR (BURT, Banggar dan Pimpinan DPR) tel;ah melakukan upaya mark up dalam dalam menyusun kwebutuhan luasan gedung dan mark up dalam standar biaya yang digunakan.

Kondisi Gedung MPR/DPR Komplek Gedung MPR/DPR saat ini menempati tanah seluas 38 Ha (380.000 m2) dengan luas bangunan kurang lebih 55 Ha (550.000 m2) yang terdiri dari 9 gedung, yaitu *): 1. Gedung Nusantara (kura kura) = 35.512 m2 2. Gedung Nusantara I = 23 lantai = +/- 34.115 m2 3. Gedung Nusantara II = 3 lantai = +/- 30m x 100m = 9.000 m2 4. Gedung Nusantara II Paripurna = 4 lantai = 5. Gedung Nusantara III = 10 lantai 6. Gedung Nusantara IV = 3 lantai 7. Gedung Nusantara V = 3 lantai = 10.480 m2 8. Gedung Sekretariat Jenderal = 7 lantai = 8.500 m2 9. Gedung Mekanik dan Masjid Baiturrahman *) = sumber : buku setjen DPR RI)

Peta Komplek MPR/DPR saat ini

Sarana Gedung DPR Ruang Pendukung dan Sarana : Gedung Nusantara : 1. Ruang Rapat Sidang Paripurna, kapasitas 1.700 orang 2. Ruang Rapat KK II, kapasitas 340 orang 3. Ruang Rapat Komisi II, kapasitas 160 orang 4. Ruang Rapat Komisi III, kapasitas 220 orang 5. Ruang Rapat Komisi IV, kapasitas 220 orang 6. Ruang Rapat Komisi V, kapasitas 160 orang 7. Operation room dan Museum Gedung Nusantara I : 1. Ruang Rapat Komisi ; VI, VII, IX, X, XI dan Sekretariat Komisi VI, VII, IX, X, XI, 2. Ruang Rapat Badan Anggaran dan Sekretariat Badan Anggaran 3. Ruang Rapat Badan Legislasi 4. Ruang Rapat Pimpinan Fraksi DPR dan Ruang Rapat Fraksi - Fraksi

Gedung Nusantara II : Sarana Gedung DPR 1. Ruang pendukung; TV Parlemen, R Audio Center, Kantor Pos, Kantor Telkom, Kantor Bank Mandiri 2. Ruang Rapat Pimpinan Komisi II, IV, V dan Ruang Sekretariat Komisi II, IV, V DPR 3. Ruang Pimpinan Panitia Khusus, Ruang Ruang Rapat Panitia Khusus Gedung Nusantara II Paripurna : 1. Poliklinik dan Perpustakaan 2. Ruang Rapat Komisi I, III, VIII, dan Sekretariat Komisi I, III, VIII 3. Ruang Rapat Badan Kehormatan (BK) dan Ruang Sekeratariat BK 4. Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara III : 1. Ruang Kantor Biro Masyarakat, Bag Protokol, Ruang wartawan, dst 2. Ruang Pimpinan dan Wakil Pimpinan DPR 3. Ruang Pimpinan MPR, Biro Kerjasama antar parlemen 4. Ruang Sekretariat Jenderal MPR (lt 7 9)

Gedung Nusantara IV : Sarana Gedung DPR 1. Ruang Pertemuan konperensi tingkat internasional/nasional 2. Ruang pelantikan MPR/DPR PAW, Ruang Pelantikan Pejabat Sekjen DPR dan MPR Gedung Nusantara V : 1. Ruang rapat paripurna dan beberapa ruang rapat lainnya dan perkantoran: Ruang rapat Paripurna, 800 orang dan Beberapa Ruang rapat, 100 orang Gedung Sekretariat Jenderal : digunakan seluruhnya untuk kepentingan sekretariat jenderal DPR Mesjid Baiturrahman Gedung Mekanik

Gedung Nusantara I Catatan: Dengan menggunakan pendekatan interpolasi dari data peta Dimensi luas bangunan kurang lebih : 16,5m x 16,5m x 4 x 23 lantai = 25.047 m2 11m x 36m x 23 lantai = 9.108 m2 Total Luas Bangunan kurang lebih 34.115 m2 Dari keseluruhan luas bangunan ini digunakan sebagai ruang kerja 560 orang anggota DPR, Pertanyaan Kritis : 1. Apakah masih dibutuhkan gedung baru untuk mendukung kinerja anggota DPR? 2. Atau Cukup dilakukan disain ulang tata guna dan tata letak ruangan yang sudah ada?

Gedung Nusantara I

Latar belakang Kebutuhan Gd Baru (versi DPR) Guna Mendukung peningkatan kinerja Kebutuhan ruang kerja yang representatif Saat ini tiap anggota dewan memiliki ruang kerja antara 32 m² - 45 m² Rencana penambahan staf ahli dari 2 orang menjadi 5 orang Kebutuhan ruang istirahat/kamar tidur plus kamar mandi/wc ditiap ruang kerja Kebutuhan ruang rapat

Rencana Gedung Impian DPR RI

Menghitung kebutuhan (luas) gedung baru DPR versi ICW Beberapa pendekatan : 1. Luas kantor Gedung Pemerintah berdasarkan jumlah personil (total penghuni). Dimana kebutuhan ruang kantor per personil adalah 10 m² per personil. 2. Luas kantor berdasarkan kebutuhan ruang dan fungsinya.

Standar kebutuhan ruang kerja Standar eselon I : Ruang Kerja = 16 m² Ruang Tamu = 12 m² Ruang Rapat = 16 m² Ruang Staff (5 orang) = 4 m² x 5 = 20 m² Ruang Sekertaris dan Tunggu = 12 m² Ruang Simpan/Data = 4 m² Total Luas Kerja / Anggota = 80 m² 1. Total luas kerja untuk 600 anggota dewan = 600 x 80 m² = 48.000 m² (a) 2. Ruang Fraksi,Pimpinan, pendukung = +/- 5.178 m² (b) 3. Ruang Fungsional Lainnya = asumsi 50% dari total ruang kerja = 50 % x (a + b) = 26.589 m² Total Kebutuhan Ruang GD DPR baru = 1 + 2 + 3 = 79.767 m²

Perkiraaan Biaya GD baru DPR (versi ICW) Catatan Penting : Dimensi luas perlantai = 4.444 m² Total kebutuhan Luas Ruang = 79.767 m² Maka : Jumlah Lantai Gd DPR = 79.767 m² : 4.444 m² = 18 lantai Biaya Pembangunan untuk 18 lantai : Biaya Pekerjaan Standar per m2 = koofisien harg x HST = 1,525 x Rp 2.700.000/m² = Rp. 4.117.500/m² Biaya Pekerjaan Non Standar m2 = 86,8 % x Rp 3.000.000/m² = Rp. 2.598.00 /m² Maka Total Biaya Pekerjaan = Rp 6.715.500 /m² Kesimpulan : Maka dengan total kebutuhan ruang sebesar 79.767 m² dengan biaya pekerjaan Rp. 6.715.500 = Rp. 535.675.288.500 Maka selisih biaya antara PAGU dengan seharusnya adalah Rp. 1.138.228.000.000 - Rp. 535.675.288.500 = Rp 602.552.711.500 Dugaan Pemborosan (Markup) sebesar Rp. 602 miliar

Disain ulang tata ruang dan tata guna gedung yang ada Jika melihat kondisi luas bangunan yang ada saat ini, dimana berdasarkan informas dari setjen DPR Ri dimana keseluruhan luas bangunan yang ada saat ini adalah 55 Ha (550.000 m2). Instruksi Presiden no.7/2011 untuk melakukan penghematan dan efisiensi belanja negara, termasuk didalamnya belanja DPR-MPR RI. Maka melihat kondisi serta kinerja anggota DPR yang ada, belumlah diperlukan penambahan atau pembuatan gedung baru untuk mendukung fasilitas kerja anggota dewan.

Disain ulang tata ruang dan tata guna gedung yang ada Yang diperlukan saat ini adalah mengoptimalkan tata fungsi dan tata guna bangunan dan ruang kerja anggota DPR yang ada sehingga lebih fungsional dan mencerminkan aspek keberpihakan. Diperlukan pemeriksaan dan audit kinerja terhadap utilisasi bangunan dan ruang yang ada sehingga didapatkan indikator kinerja dan kebutuhan Audit BPK yang dibantu oleh Kementrian PU Pengawasan belanja oleh instansi terkait serta supervisi dari KPK Jika dilakukan disain ulang untuk 600 orang anggota DPR, maka biaya yang dibutuhkan adalah : Meningkatkan kebutuhan ruang anggota menjad 80m2/orang Maka kebutuhan ruang kerja adalah = 600 x 80m2 = 48.000 m2 Biaya disain ulang ruang kerja = asumsi Rp. 1.500.000/m2 Maka total biaya yang dibutuhkan adalah = 48.000 x Rp. 1.500.000/m2 = Rp. 72 miliar Jika ini dilakukan akanmenghemat anggaran sebesar Rp. 1,066 triliun (Rp. 1.138.228.000.000 Rp. 72.000.000.000)

Rekomendasi Melihat banyaknya persoalan dan kuatnya tekanan publik untuk menolak pembangunan gedung baru DPR maka sudah selayaknya DPR MENGEHENTIKAN PROYEK PEMBANGUAN GEDUNG MEWAH DPR. Dari anggaran yang direncanakan, kuat dugaan adanya mark up dalam penggaran sebesar Rp. 602 atau bahkan Rp. 1,066 triliun, untuk itu maka KPK wajib untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut atas rencana pembangunan gedung baru ini. BPK melakukan audit atas anggaran pembangunan gedung baru. Serta audit kinerja (dengan dibantu kementrian PU) untuk melihat kinerja penggunaan gedung dan ruang yang sudah ada. Sehingga didapatkan ukuran kinerja dan kebutuhan yang sebenarnya.