BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

2 alamat, pindah datang untuk menetap, tinggal terbatas, serta perubahan status orang asing tinggal terbatas menjadi tinggal tetap. Sedangkan Peristiw

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

-2- lain dari luar Indonesia dalam proses dinamika perubahan dunia. Dalam konteks tersebut, bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah, tantangan, d

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN HARI JADI KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia secara normatif-konstitusional adalah negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR. PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEITrI'SUITAIT PERATURAN DI DESA

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Republik Indonesia adalah negara yang berazazkan Pancasila dengan beragam kebudayaan yang ada. Dengan sistem sosial kebudayan Indonesia sebagai totalitas nilai, tata sosial dan tata laku manusia Indonesia harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah negara pancasila kedalam segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia dengan sosial kebudayaannya yang diimplementasikan merupakan perwujudan nilainilai pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia. Indonesia merupakan negara sosial yang kebudayaan masyarakatnya mempunyai bentuk-bentuk strukturalnya tentu mengalami pola-pola perilaku yang berbeda-beda dengan situasi yang dihadapi masyarakat tersebut. Perubahan dan perkembangan masyarakat yang mengarah pada suatu dinamika sosial bermula dari masyarakat tersebut melakukan suatu komunikasi dengan masyarakat lain. Mereka membina hubungan baik itu berupa perseorangan atau kelompok sosial. Mengenai konflik dilatarbelakangi oleh beberapa perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri 1

individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Sumber konflik yang sangat beragam di masyarakat sekarang ini terkadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena itu, kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut : (1) Perbedaan kebutuhan, nilai dan tujuan, (2) Langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi, dan (3) Pesaingan. Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya menjadi terbatas dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul. Peranan Polri dalam penanganan konflik sosial menurut Pasal 1 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2012 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik dan pemulihan pasca konflik. Undang-undang ini, dalam penanganan konflik harus mencerminkan asas kemanusiaan, hak asasi manusia, kebangsaan, kekeluargaan mengacu pada Bhineka Tunggal Ika, keadilan kesetaraan gender, ketertiban dan kepastian 2

hukum, juga mencerminkan keberlanjutan kearifan lokal, tanggung jawab negara, partisipatif, tidak memihak dan tidak membeda-bedakan satu sama yang lain. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dengan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab timbulnya konflik sosial di masyarakat yang berujung pada tindak pidana? 2. Bagaimana peranan Polri dalam mencegah terjadinya konflik sosial di masyarakat ditinjau dari perspektif penegakan hukum & HAM? 3. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh aparat penegak hukum khususnya polisi dan bagaimana cara penyelesaiannya? C. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam hal ini, disajikan beberapa pokok pemikiran yang penulis gunakan sebagai pijakan analisa : 1. Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan dan interaksi sosial antara berbagai kelompok dengan simbol dan nilai serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukkan ruang (sebagai bagian dari lingkungan 3

binaan / buatan). Manusia hidup berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan fisik (alam dan buatan) maupun lingkungan sosial. Lingkungan sosial seorang manusia (individu) pada dasarnya adalah individu lain atau kelompok individu dengan segala aktifitas dan pranata yang dibentuknya. Seorang manusia pastilah akan hidup di tengah-tengah manusia lain. Manusia hidup dalam lingkungan sosial mereka. Kehidupan dalam lingkungan sosial manusia ditandai dengan adanya beragam aktivitas, aneka ragam interaksi serta berada dalam suatu lingkungan alam dan buatan sebagai tempat kehidupannya. 2. Komunitas dan Masyarakat Komunitas menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, prefensi, kebutuhan, resiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berarti kesamaan, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak. Menurut Prof. Dr. Soejono Soekanto, istilah community dapat diterjemahkan sebagai masyarakat setempat. Istilah lain menunjukkan pada warga-warga sebuah kota, suku atau suatu bangsa. 4

Masyarakat (society) adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif independen dan orang-orang di luar wilayah itu, dan memiliki budaya yang relatif sama. Di sisi lain masyarakat diartikan sebagai sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa dipahami sebagai sekelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan bersama. 3. Konflik di Masyarakat Menurut tinjauan etimologis, istilah konflik berasal dari bahasa latin configere yang berarti saling menghantam. Konflik dapat muncul di setiap wilayah di berbagai dunia mengingat bahwa dunia ini diisi oleh orangorang dengan beragam kepentingan baik pada masyarakat modern maupun tradisional. Perbedaan tersebut, antara lain : ciri-ciri fisik, unsur-unsur kebudayan, emosi, pola-pola perilaku, gagasan, kepentingan sehingga terjadi pertentangan yang bertujuan untuk mengalahkan pihak lawan. D. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya tidak pidana yang diakibatkan konflik sosial di masyarakat. 2. Untuk mengetahui peranan Polri dalam penanggulangan tindak pidana yang diakibatkan dari konflik sosial di masyarakat. 5

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi aparat penegak hukum khususnya polisi dan cara penyelesaiannya terhadap penanggulangan atau pencegahan tindak pidana konflik sosial di masyarakat. E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang secara umum dapat diklarifikasi dalam dua manfaat : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi konstribusi bagi pengembangan ilmu hukum sebagai hasil karya ilmiah yang diharapkan menambah referensi, wawasan mengenai konflik sosial di masyarakat yang menjadikan perilaku tindak pidana. b. Sebagai hasil karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan khususnya konflik sosial yang berujung kepada tindak pidana. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Aparat Kepolisian Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki pelayanan, pengayoman dan perlindungan hukum terhadap tindak pidana. 6

b. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai hukum pidana dalam ikut menciptakan rasa aman dan tentram. c. Bagi Penulis Penulis akan lebih mengerti tentang pentingnya peranan Polri dalam melakukan upaya pencegahan terjadinya konflik sosial di masyarakat yang berujung pada tindak pidana. F. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penyusunan skripsi ini penulis membaginya dalam beberapa bab, yang kesemuanya terdiri dari lima bab dan dalam bab ini masih dibagi dalam beberapa sub-bab. Bab I tentang Pendahuluan, yang didalamnya penulis akan membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka pemikiran, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan. Bab II tentang Tinjauan Pustaka, di dalam bab ini diuraikan teori-teori yang bersumber dari literatur, pendapat para sarjana serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peranan Polri dalam mencegah terjadinya konflik di masyarakat ditinjau dari perspektif hukum dan HAM. Tinjauan pustaka ini akan membahas masalah pengertian konflik sosial, pengertian tindak pidana dan kualifikasi konflik di masyarakat, tugas dan wewenang Kepolisian Negara RI serta pengertian penanggulangan tindak pidana. 7

Bab III tentang Metode Penelitian, yang membahas tentang Metode pendekatan masalah, spesifikasi penelitian, sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan analisa data yang meliputi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya konflik sosial di masyarakat dan cara mencegahnya oleh pihak Kepolisian serta peranan Polri dalam mencegah terjadinya konflik di masyarakat dan hambatan-hambatan yang menjadi kendala aparat penegak hukum di dalam melakukan pencegahan terjadinya konflik sosial di masyarakat ditinjau dari perspektif hukum dan HAM. Bab V merupakan bab terakhir atau bab penutup, di dalamnya diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran. Skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. 8