BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam gizi makanan. Hal ini disebabkan karena serat pangan tidak

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada masyarakat. Di antara dampak negatif yang terjadi ialah perubahan dalam gaya hidup, yakni dari traditional life style berubah menjadi sedentary life style yakni kehidupan dengan aktivitas fisik sangat kurang serta penyimpangan pola makan dimana asupan cenderung tinggi energi (lemak, protein dan karbohidrat) dan rendah serat. Kesemuanya dianggap bertanggung jawab atas overweight dan kejadian obesitas (Hadi, 2005). Kini dunia berada pada masa obesogenik, artinya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan yang didalamnya cenderung overweight dan obesitas (Albert, 2003). Maka, tidak mengejutkan jika pada Widya Karya Pangan dan Gizi pada tahun 1994 terbukti bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda atau double burden, dimana masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah gizi lebih dan obesitas (Suyono, et all, 1994). Overweight dan obesitas merupakan dua istilah umum yang sering digunakan dalam mendefinisikan kelebihan berat badan, namun kedua istilah ini memiliki makna yang berbeda. Obesitas dapat diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak 1

2 tubuh secara berlebihan yang memberi efek buruk pada kesehatan (Manosh, et al, 2006). Sedangkan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non-lemak, misalnya seorang atlit binaragawan kelebihan berat badan dapat disebabkan hipertrofi otot (Sjarief, 2002). Obesitas dapat dialami oleh setiap golongan umur baik laki-laki maupun perempuan, akan tetapi remaja dan dewasa merupakan kelompok yang paling sering terjadi. Hal ini lebih disebabkan karena kelompok remaja dan dewasa tidak lagi mengalami proses pertumbuhan sehingga kelebihan energi dan zat gizi lain akan disimpan sebagai timbunan lemak tubuh (Depkes, 1999). Obesitas pada remaja putri juga lebih umum dijumpai daripada remaja putra (Soekirman, dkk, 2006). Berdasarkan data WHO tahun 2004, pertambahan jumlah penduduk dengan obesitas tertinggi terjadi di Amerika dan Rusia, yaitu 30% setiap tahun. Dari tahun 1970-tahun 2000 angka obesitas meningkat dari 14,5% ke angka 30,9%. Gambaran masalah gizi lebih pada remaja di dunia terlihat dari data prevalensi obesitas anak di beberapa negara berikut ini. Prevalensi obesitas pada anak berusia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam 3 dekade terakhir meningkat dari 7,6 sampai dengan 10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi obesitas pada anak usia 6 s.d 8 tahun di Rusia sebesar 10 %, di Cina 3,4%, dan di Inggris sebesar 10 s.d 17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin (Sjarief, 2002). Angka obesitas pada remaja di Indonesia belum dapat ditentukan secara pasti. Namun, penelitian yang dilakukan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI mencatat diperkirakan 210 juta penduduk di Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan 76,7 juta (17,5%) dan

3 penderita obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2000 di Jakarta, tingkat prevalensi obesitas pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2% dan pada umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibandingkan pria (3,1%) (Sjarief, 2000 dalam Siregar, 2006). Sedangkan menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Prof Dr Herdinsyah MS yang dikutip Siswono (2007), saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25 persen dari total populasi seluruh Indonesia. Selain itu, penelitian mengenai status gizi remaja yang dilakukan di kota Depok juga menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Penelitian Sari (2005) terhadap 176 siswa sekolah menengah atas didapatkan prevalensi obesitas sebesar 34,7% dan overweight sebesar 23,82%. Remaja merupakan masa penting dan rumit dalam sejarah hidup manusia karena pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pada masa itu remaja merasa bertanggung jawab dan bebas dalam menentukan makanannya sendiri, tidak lagi ditentukan oleh orangtua. Status gizi remaja saat ini akan berdampak pada status gizinya di kemudian hari. Oleh sebab itu, pola konsumsi remaja saat ini akan menentukan status gizinya di kemudian hari. Namun, sayangnya pola makan remaja saat ini cenderung mengikuti tren gaya hidup modern yang merugikan kesehatan. Remaja lebih menyukai makanan cepat saji (fast food) dibandingkan makanan tradisional.

4 Menjamurnya industri junk foods atau fast foods yang bertebaran di berbagai mal, plaza ataupun lokasi-lokasi strategis juga berpengaruh besar terhadap perilaku makan remaja. Menu makanan yang disediakan gerai-gerai itu umumnya terlalu banyak mengandung energi, lemak, gula, dan garam. Para remaja umumnya belum menyadari bahwa aneka jenis junk foods atau fast foods yang disukai itu sebetulnya empty calories, artinya makanan mengandung tinggi kalori tetapi tidak banyak mengandung zat gizi lainnya. Karena terbiasa dengan junk foods, besar kemungkinan remaja menjadi gemuk dan keadaan ini terbawa seumur hidup dengan berbagai konsekuensinya, seperti kencing manis, kolesterol tinggi di dalam darah, sakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker (Soekirman, dkk, 2006). Obesitas yang dialami sejak dini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan di kemudian hari, seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit kandung empedu. Belajar dari pengalaman di negara-negara maju, antara umur 20-45 tahun risiko relatif hipertensi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan gizi normal adalah 5,9 kali. Obesitas juga mempunyai risiko terkena peningkatan kolesterol serta mempunyai risiko relatif terhadap diabetes mellitus 2,9 kali dibandingkan gizi normal (Depkes, 1997). Pada penelitian wanita berumur 30-35 tahun penderita obesitas di Amerika Serikat memiliki risiko antara 1,0-3,3 kali untuk menderita penyakit jantung koroner (Suyono, 1994). Pesatnya laju pertumbuhan Kota Depok menyebabkan pola hidup masyarakat pun ikut berubah menjadi lebih modern mengacu pada gaya hidup masyarakat di kota-kota besar, seperti Kota Jakarta. Seiring dengan menjamurnya pusat-pusat pertokoan besar, ketersediaan sarana yang mengurangi aktivitas fisik seperti tangga berjalan dan kios-kios makanan cepat saji kini dapat dengan mudah ditemui. Iklan-

5 iklan baik dalam bentuk audio, visual maupun audio-visual pun makin membentuk pola pikir masyarakat tentang gaya hidup perkotaan. Sekolah-sekolah swasta pun ikut menyemarakkan perkembangan Kota Depok yang secara geografis memiliki lokasi sangat strategis karena berbatasan langsung dengan wilayah Jakarta (Pemerintah Kota Depok, 2000). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai obesitas pada remaja di salah satu sekolah swasta di kota Depok, dengan asumsi bahwa sekolah swasta memiliki biaya sekolah yang lebih tinggi daripada sekolah negeri sehingga menampung siswa/ siswi yang berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas yang berdasarkan literatur cukup berpengaruh terhadap obesitas pada remaja. Oleh sebab itu, penulis menetapkan untuk mengambil sampel penelitian di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Nurul Fikri Depok, yang merupakan salah satu sekolah swasta terkenal di Depok dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai obesitas pada siswanya. 1.2 Rumusan Masalah Remaja merupakan masa yang penting dan rumit dalam sejarah hidup manusia karena pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Salah satu masalah kesehatan yang dihadapi remaja saat ini adalah masalah obesitas atau kegemukan. Obesitas yang dialami remaja terjadi karena ketidakseimbangan antara pola konsumsi dengan aktivitas fisik. Obesitas ini kemungkinan akan berlanjut ke masa dewasa dan menimbulkan berbagai resiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Makan di luar rumah yang berarti makan di restoran cepat saji, kini menjadi gaya hidup yang dianggap modern bagi sebagian

6 besar kalangan masyarakat, terutama remaja yang mudah terpengaruh oleh gaya hidup barat dan iklan-iklan di televisi. Sedangkan gaya hidup remaja saat ini cenderung sedentary life style yakni kehidupan dengan aktivitas fisik sangat kurang karena ketersediaan berbagai fasilitas di sekitar remaja yang tidak membutuhkan banyak gerak. Kedua hal tersebut dianggap berpengaruh untuk terjadinya obesitas di kalangan remaja. Angka kejadian obesitas remaja di beberapa sekolah menengah atas di wilayah Depok menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian Sari (2005) menemukan angka kejadian obesitas sebesar 34,7% pada 176 remaja yang terdapat di dua sekolah swasta di Kota Depok. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah obesitas remaja di Kota Depok sebagai masalah dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran obesitas dan faktor-faktor yang berhubungan pada remaja di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Nurul Fikri Depok tahun 2008. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran status gizi remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008? 2. Bagaimana hubungan antara pola makan (kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan makan fast food, dan kebiasaan konsumsi serat) dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008? 3. Bagaimana hubungan aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008?

7 4. Bagaimana hubungan pengetahuan gizi dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008? 5. Bagaimana hubungan jenis kelamin dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahui gambaran status gizi obesitas berdasarkan persen lemak tubuh dan faktor-faktor yang berhubungan pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui gambaran status gizi responden berdasarkan persen lemak tubuh pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008. 2. Diketahui hubungan antara pola makan (kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, kebiasaan makan fast food, dan kebiasaan konsumsi serat) dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008. 3. Diketahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008.

8 4. Diketahui hubungan pengetahuan gizi dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008. 5. Diketahui hubungan jenis kelamin dengan obesitas pada remaja di SMA IT Nurul Fikri Depok tahun 2008. 1.5 Manfaat Penelitian a. Bagi Mahasiswa Dengan penelitian ini, mahasiswa dapat menerapkan ilmu dan teori yang telah diperoleh semasa kuliah dan membandingkannya dengan keadaan di lapangan. Penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai obesitas serta faktor-faktor yang berhubungan pada remaja di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Nurul Fikri Depok tahun 2008. b. Bagi Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Nurul Fikri Depok Hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi mengenai gambaran obesitas serta faktor-faktor yang berhubungan pada remaja di SMA IT Nurul Fikri untuk meningkatkan kewaspadaan bagi orangtua dan guru agar remaja tidak mengalami masalah kesehatan di kemudian hari akibat obesitas yang dialaminya sejak dini. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekolah untuk mengeluarkan kebijakan jajanan sehat di kantin sekolah agar siswanya terhindar dari masalah obesitas dan penyakit lain terkait persen lemak tubuh yang tinggi.

9 c. Bagi Peneliti Lain Dapat memberikan informasi mengenai obesitas pada remaja khususnya pada siswa kelas 1 dan 2 Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Nurul Fikri Depok, Jawa Barat pada tahun 2008 dan sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai obesitas pada remaja di Indonesia. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas. Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi di Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Nurul Fikri Depok dan dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2008. Penelitian ini menggunakan data primer, meliputi persen lemak tubuh, kuesioner pola makan, aktivitas fisik dan pengetahuan gizi, serta FFQ. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan jenis penelitian cross sectional.