PEMANFAATAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOADSORBEN ION LOGAM Cu DAN Zn PADA SAMPEL AIR PERMUKAAAN KOTA BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

4. Hasil dan Pembahasan

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

PENGARUH WAKTU PROSES DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) TERHADAP DERAJAT DEASETILASI

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

Bab III Metodologi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Pb(II) MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

BAB II LANDASAN TEORI

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

4 Hasil dan Pembahasan

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG SEBAGAI BAHAN PENGAWET TAHU

TRANSFORMASI KITIN DARI HASIL ISOLASI LIMBAH INDUSTRI UDANG BEKU MENJADI KITOSAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

VARIASI KONSENTRASI DAN ph TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENGADSORPSI METILEN BIRU. Turmuzi Tammi, Ni Made Suaniti, dan Manuntun Manurung

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBAN LOGAM TEMBAGA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kulit udang yang diperoleh dari pasar Kebun Roek Ampenan kota

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

UTILIZATION OF Penaus monodon SHRIMP SHELL WASTE AS ADSORBENT OF CADMIUM(II) IN WATER MEDIUM

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F193

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A EFEKTIVITAS AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bandung, Februari Penulis. viii

ABSTRAK. Kata kunci: kulit kacang tanah, ion fosfat, adsorpsi, amonium fosfomolibdat

BAB I PENDAHULUAN. Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-272

4 Hasil dan Pembahasan

OPTIMASI PEMBUATAN KITOSAN DARI KITIN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) UNTUK ADSORBEN ION LOGAM MERKURI

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIM`BAH CANGKANG KERANG BULU(Anadara inflata) SEBAGAI BAHAN PENJERNIH AIR SUNGAI

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

PEMANFAATAN KITOSAN DARI KERANG SIMPING (Placuna placenta) SEBAGAI KOAGULAN UNTUN PENJERNIHAN AIR SUMUR

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI Ca 2+ MENGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

DERAJAT DEASETILASI KITOSAN DARI CANGKANG KERANG DARAH DENGAN PENAMBAHAN NaOH SECARA BERTAHAP

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

PEMBUATAN KITOSAN DARI CANGKANG UDANG DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM CU

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Resin sebagai media penukar ion mempunyai beberapa sifat dan keunggulan tertentu. Sifat-sifat resin yang baik adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

PEMANFAATAN KITOSAN CANGKANG KEONG BAKAU (Telescopium sp) SEBAGAI PENGIKAT ION LOGAM TIMBAL (Pb) DALAM LARUTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB III METODE PENELITIAN

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT DENGAN VARIASI KONSENTRASI NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) PADA TAHAP DEASETILASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

PEMANFAATAN BULU AYAM BROILER (CHICKEN S FEATHERS ) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL MALACHITE GREEN

Transkripsi:

PEMANFAATAN CANGKANG UDANG SEBAGAI BIOADSORBEN ION LOGAM Cu DAN Zn PADA SAMPEL AIR PERMUKAAAN KOTA BENGKULU UTILIZATION OF SHRIMP SHELLS AS BIOADSORBENTS TO REMOVE COPPER (Cu) AND ZINC (Zn) IONS FROM SURFACE WATER IN BENGKULU CITY Wiwit*, Habibus Syakura, M. Lutfi Firdaus Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Bengkulu, Bengkulu *E-mail : wiwit.alwi@gmail.com ABSTRACT The research aims to determine the potential extract shrimp shells into chitosan and chitosan modified (chitosan crosslinked glutaraldehyde) as bioadsorbent to remove Cu and Zn ions from surface water in Bengkulu City. Shrimp shells used are white shrimp shells. Shrimp shells extracted through deproteinization, demineralization, and deasetilization. The yield of chitosan produced by 19.5%. The metals were analyzed by using UV-Vis spectrophotometry method. Optimum adsorption conditions of copper (Cu) ions onto chitosan were in ph 7, the contact time of 100 minutes, and the weight of 0.5 grams adsorbent, while the adsorption of zinc (Zn) ions were in ph 5, the contact time of 80 minutes, and the weight of 0.625 grams adsorbent. Optimum adsorption conditions of Cu ions onto chitosan modified were in ph 8, the contact time of 80 minutes, and the weight of 0.375 grams, while the adsorption of Zn ions were in ph 6, the contact time of 60 minutes, and the weight of 0.5 grams. Ability of chitosan modified as a bioadsorbent metal ions was more effective than chitosan only. Chitosan and chitosan modified as bioadsorbents could remove Cu and Zn ions from surface water in Bengkulu City. Keywords: chitosan, chitosan modified, adsorption, Cu, Zn ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak cangkang udang menjadi kitosan dan kitosan modifikasi (tautsilang dengan glutaraldehida) sebagai bioadsorben ion logam Cu dan Zn pada sampel air permukaan di Kota Bengkulu.Cangkang udang yang dimanfaatkan adalah cangkang udang putih.cangkang udang diekstrak melalui tahap deproteinisasi, demineralisasi, dan deasetilisasi. Rendemen kitosan yang dihasilkan sebesar 19,5%. Penentuan kadar ion logam Cu dan Zn ditentukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Adapun kondisi optimum penyerapan ion logam Cu oleh kitosan yaitu pada ph 7, waktu kontak 100 menit, dan berat adsorben 0,5 gram, sedangkan penyerapan ion logam Zn yaitu pada ph 5, waktu kontak 80 menit, dan berat adsorben 0,625 gram. Kondisi optimum penyerapan ion logam Cu oleh kitosan modifikasi yaitu pada ph 8, waktu kontak 80 menit, dan berat adsorben 0,375 gram, sedangkan penyerapan ion logam Zn yaitu pada ph 6, waktu kontak 60 menit, dan berat adsorben 0,5 gram. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kitosan memiliki kemampuan adsorpsi ion logam Cu dan Zn yang lebih rendah dibandingkan dengan kitosan modifikasi.bioadsorben kitosan dan kitosan modifikasi mampu menurunkan kadar ion logam Cu dan Zn pada sampel air permukaan di Kota Bengkulu. Kata kunci: kitosan, kitosan modifikasi, adsorpsi, Cu, Zn 729

1. PENDAHULUAN Menurut Macklin (2008) dari usaha pengolahan udang dihasilkan limbah udang sebesar 30%-75% yang terbuang percuma tanpa diolah bahkan menyebabkan pencemaran [1]. Limbah sebanyak itu, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, karena selama ini pemanfaatan limbah cangkang udang hanya terbatas untuk pakan ternak saja dan bahkan sering dibiarkan membusuk. Cangkang udang mengandung kitin sebesar 15 20 %. Kitin dapat diubah menjadi kitosan melalui beberapa tahapan antara lain deproteinisasi, demineralisasi, dan deasetilisasi. Deproteinasi merupakan suatu tahap dalam penghilangan protein yang dilakukan dengan cara menambahkan NaOH encer. Demineralisasi adalah tahap penghilangan mineral yang terkandung dalam cangkang udang dengan penambahan larutan HCl dengan konsentrasi rendah. Proses deasetilasi dilakukan dengan jalan mereaksikan hasil demineralisasi dengan basa kuat NaOH 50%, yang bertujuan untuk memutuskan ikatan antara gugus asetil dengan nitrogen, sehingga menjadi gugus amina.reaksi yang terjadi dari pembentukan kitosan dari kitin dapat terlihat pada Gambar di bawah ini. NaOH Gambar 1. Reaksi Pembentukan Kitin menjadi Kitosan (Sugita dkk, 2009) Penghilangan gugus esetil (CH 3 CO-) pada kitin dapat meningkatkan kelarutannya.kelarutan kitosan lebih tinggi daripada kitin, sehingga kitosan lebih banyak dapat dimanfaatkan di berbagai bidang seperti industri farmasi, biokimia, biomedikal, pangan, gizi, kertas, tekstil, pertanian dan kosmetik.selain itu kitosan juga bersifat nontoksik, biokompatibel, dan biodegrabel sehingga aman untuk digunakan. Kitosan, poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-d-glukopiranosa) dengan rumus molekul (C 6 H 11 NO 4 )n adalah polimer linier berbobot molekul tinggi, yaitu sekitar 1,2x10 5 [2]. Kitosan berbentuk padatan amorf yang berwarna putih kekuningan. Kitosan dapat digunakan sebagai penjerap logam berat karena kitosan memiliki pasangan elektron bebas pada gugus hidroksil ( OH) dan amina ( NH 2 ) yang akan berperan sebagai 730

pendonor elektron (basa Lewis) yang dapat berinteraksi dengan kation logam berat melalui mekanisme pembentukan kompleks. Melihat potensi yang dimiliki kitosan maka dilakukan penelitian pembuatan dan pengujian kemampuan kitosan dan kitosan modifikasi (tertautsilang dengan glutaraldehida) sebagai bioadsorben dalam menurunkan kadar ion logam tembaga (Cu) dan ion logam seng (Zn) pada sampel air permukaan di Kota Bengkulu. 2. METODE PENELITIAN Isolasi kitosan dari cangkang udang melalui 3 (tiga) tahapan yaitu deproteinisasi, demineralisasi, dan deasetilisasi. Kitosan modifikasi yakni kitosan tertautsilang glutaraldehida dibuat dengan cara kitosan dilarutkan dalam glutaraldehida dengan perbandingan 2:3. Setelah itu dilakukan penentuan kondisi optimum penyerapan ion logam tembaga (Cu) dan ion logam seng (Zn) terhadap bioadsorben kitosan dan kitosan modifikasi tersebut. Parameter yang digunakan dalam penentuan kondisi optimum tersebut adalah ph larutan, waktu kontak, dan berat adsorben yang digunakan. Metoda yang digunakan dalam penentuan kadar ion logam yang diukur adalah dengan metoda spektrofotometer Uv-Vis (Spectronic 20D) pada wilayah sinar tampak. Metoda analisis yang detail mengikuti yang ada ditulis di dalam Vogel, 1989 [3]. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Isolasi Kitosan dari Cangkang Udang Isolasi kitosan dari cangkang udang putih dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan atau preparasi adsorben, tahap deproteinasi, tahap demineralisasi dan tahap deasetilasi. 3.1.1. Tahap Preparasi Adsorben Cangkang udang didapat dari limbah cangkang udang putih (Penaeus merguiensis) yang diperoleh dari pasar ikan di Kota Bengkulu. Limbah cangkang udang putih yang telah diperoleh disortir, dicuci hingga bersih dengan air mengalir sampai bagian lain atau kotoran dan daging dari udang dapat dibuang. Setelah itu cangkang udang dikeringkan sampai benar-benar kering, dihaluskan dan diayak hingga ukuran 60 mesh. 3.1.2. Tahap Deproteinasi Protein yang terikat pada cangkang udang ini sekitar 30-40% dari komponen organik totalnya. Pada tahap deproteinasi, protein diubah menjadi garam natrium proteinat yang larut dalam air. Hasil dari tahap ini disaring hingga diperoleh residu yang selanjutnya dikeringkan dalam oven. Diperoleh rendemen sebesar 81,8%. 731

3.1.3. Tahap Demineralisasi Rendemen kering dari tahap deproteinasi kemudian dihilangkan mineralnya dengan penambahan HCl 1M. Reaksi yang terjadi dalam tahap demineralisasi adalah sebagai berikut: CaCO 3(s) + 2HCl(aq) CaCl 2(aq) + CO 2(g )+ H 2O(l) Ca 3(PO 4) 2(s) + 6HCl(aq) 3CaCl 2(aq) + 2H 3PO 4(aq) Rendemen yang dihasilkan pada tahap ini yaitu sebesar 79,1%. Secara fisik dapat ditunjukkan kitin yang dihasilkan memiliki warna yang lebih putih dan tidak memiliki bau lagi dibandingkan dengan hasil deproteinasi sebelumnya. 3.1.4. Tahap Deasetilasi Rendemen kitosan hasil deasetilasi ini adalah sebesar 79,3% dariberat hasil demineralisasi sebelumnya.kitosan yang dihasilkan bewarna putih kekuningan dan tidak berbau lagi.perbandingan kitosan yang dihasilkan dengan kitosan komersil ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Perbandingan spesifikasi kitosan komersil dan kitosan penelitian Sampel Kitosan Komersil Ukuran partikel Serpihan hingga serbuk Parameter Kadar Air Kadar Abu (%) (%) Warna serbuk 10,0 3,0 Putih Kitosan Bubuk ukuran Putih 4,4 3,8 Penelitian 60 mesh kekuningan Kitosan modifikasi (kitosan tertautsilang glutaraldehida) dibuat dengan cara merendam kitosan kering hasil deasetilasi dengan glutaraldehida 4.5% (v/v) dengan rasio 2 : 3 (b/v) selama ±24 jam. Setelah itu rendemen dicuci dengan akuades hingga netral dan dikeringkan dalam oven hingga kering. Reaksi yang terjadi adalah terbentuknya ikatan imine antara gugus amina pada kitosan dengan aldehida melalui reaksi basa sciff [4]. Reaksi yang terjadi pada kitosan yang tertaut silang dengan glutaraldehid dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Mekanisme reaksi pembentukan kitosan tautsilang glutaraldehida 732

Kapasitas Adsorpsi (µg/g) Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat 3.2. Penentuan Kondisi Optimum Adsorpsi Adapun parameter yang digunakan untuk penentuan kondisi optimum penyerapan kitosan dan kitosan modifikasi sebagai bioadsorben adalah penentuan ph larutan, waktu kontak, dan berat adsorben. 3.2.1. Penentuan ph Optimum Penentuan ph optimum ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penyerapan dari masing-masing bioadsorben terhadap ionlogam Cu dan Zn. Kapasitas adsorpsi (Q) dan efisiensi adsorpsi (eff(%)) tertinggi kitosan pada ion logam Cu adalah pada ph 7. Hal ini dapat dilihat pada kapasitas adsorpsi logam Cu yaitu 1480,0 µg/g adsorben dengan eff. 49%. Sedangkan pada ion logam Zn adalah pada ph 5. Terlihat dari hasil kapasitas adsorpsi logam Zn yaitu 355.6 µg/g adsorben dan eff. 48,9%. Kapasitas adsorpsi tertinggi oleh adsorben kitosan modifikasi pada logam Cu adalah pada ph 8 dengan kapasitas adsorpsi ion logam Cu yaitu 4000,000 µg/g adsorben dengan eff. 80%, sedangkan kapasitas adsorpsi tertinggi pada ion logam Zn adalah pada ph 6 dengan kapasitas adsorpsi logam Zn 705,882 µg/g adsorben dan eff. 77,8%. Perbandingan ph optimum antara adsorben kitosan dan kitosan modifikasi terhadap penyerapan ion logam Cu dan Zn dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini. 4000 Gambar 3. Perbandingan ph optimum pada penyerapan ion logam Cu dan Zn oleh bioadsorben Gambar 3 menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi dari kitosan maupun kitosan modifikasi mengalami kenaikan sampai titik maksimumnya dan kemudian mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi suatu adsorben telah mencapai kestabilan atau kapasitas maksimum adsorben. Hal ini dikarenakan setelah mencapai titik maksimumnya, dimungkinkan terjadinya proses desorpsi atau pelepasan adsorbat kembali selama pengadukan berlangsung. Desorpsi ini terjadi karena permukaan adsorben yang telah mencapai titik jenuhnya, sehingga laju adsorpsi menjadi berkurang. 3000 2000 1000 0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Zn Kitosan Cu Kitosan ph Zn Kit-Glu Cu Kit-Glu 733

Kapasitas Adsorpsi (µg/g) Kapasitas Adsorpsi (µg/g) Prosiding SEMIRATA 2015 bidang MIPA BKS-PTN Barat 3.2.2.Penentuan Waktu Kontak Optimum Penentuan kondisi optimum berikutnya adalah penentuan waktu kontak optimum adsorben kitosan dan kitosan modifikasi dalam menyerap ion logam Cu dan Zn.Dalam penelitian ini, kapasitas adsorpsi dan dan efisiensi adsorpsi tertinggi antara kitosan dengan ion logam Cu adalah pada waktu kontak 100 menit, sedangkan kapasitas adsorpsi tertinggi pada ion logam Zn adalah pada waktu kontak 80 menit dengan kapasitas adsorpsi ion logam Zn yaitu 167,320 µg/g adsorben dan eff. 23%. Sementara itu, Kapasitas adsorpsi tertinggi oleh adsorben kitosan modifikasi pada ion logam Cu adalah pada waktu kontak 80 menit dengan kapasitas adsorpsi logam ion Cu yaitu 2044,444 µg/g adsorben, sedangkan kapasitas adsorpsi tertinggi pada ion logam Zn adalah pada waktu kontak adsorben 60 menit. Perbandingan waktu kontak antara kitosan dan kitosan modifikasi seperti yang terlihat pada Gambar 4 di bawah ini. 2500 2000 1500 1000 500 0 0 20 40 60 80 100 120 140 Waktu kontak (menit) Zn Kit Zn Kit-Glu Cu Kit Cu Kit-Glu Gambar 4. Perbandingan waktu kontak antara kitosan dan kitosan modifikasi terhadap penyerapan ion logam Cu dan Zn Dari gambar di atas terlihat bahwa penyerapan ion logam Cu maupun ion logam Zn, kitosan modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kitosan tanpa tautsilang. 3.2.2. Penentuan Berat Adsorben Optimum Penentuan berat adsorben optimumkitosan dan kitosan modifikasi dalam penyerapan terhadap ion logam Cu dan ion logam Zn seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini. 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Zn Kit Cu Kit Berat (gram) Zn Kit-Glu Cu Kit-Glu Gambar 5. Perbandingan kapasitas adsorpsi ion logam Cu dan ion logam Zn tehadap berat adsorben kitosan dan kitosan modifikasi 734

Pada gambar dapat terlihat bahwa kapasitas adsorpsi tertinggi kitosan pada ion logam Cu adalah pada berat kitosan 0,5 gram, sedangkan kapasitas adsorpsi tertinggi pada ion logam Zn adalah pada berat kitosan 0,625 gram yaitu 172,754 µg/g adsorben. Untuk kapasitas adsorpsi tertinggi kitosan modifikasi pada logam Cu adalah pada berat adsorben 0,375 gram, sedangkan kapasitas adsorpsi tertinggi pada ion logam Zn adalah pada berat 0,5 gram yaitu dengan kapasitas adsorbsi 323.5 µg/g adsorben. Berdasarkan data penentuan kondisi optimum antara kitosan dan kitosan modifikasi dalam penyerapan ion logam Cu dan ion lgam Zn, dapat dilihat bahwa kitosan modifikasi yang tertautsilang dengan glutaraldehida mempunyai nilai kapasitas adsorpsi yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa penyerapan ion logam Cu dan ion logam Zn oleh bioadsorben kitosan modifikasi lebih baik daripada kitosan tanpa tautsilang. Hal ini disebabkan karena kitosan tanpa tertaut silang yang mempunyai dua gugus aktif yaitu gugus amina (-NH 2 ) dan gugus hidroksil (-OH) yang memiliki kepolaran yang baik. Namun, jika dibandingkan dengan kitosan tertaut silang glutaraldehid jumlah gugus aktif tersebut memiliki kuantitas lebih banyak [5]. 3.3. Pengukuran KadarLogam Cu dan Zn Pada Sampel Perairan Pengukuran kadar logam Cu dan Zn pada sampel perairan sungai di Kota Bengkulu dilakukan dalam dua tahap yaitu pengukuran konsentrasi awal ketika sebelum ditambahkan adsorben dan pengukuran konsentrasi akhir setelah ditambahkan adsorben.untuk hasil pengukuran kadar logam Cu dan Zn dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Pengukuran kadar logam Cu dan Zn pada sampel perairan di Kota Bengkulu Kitosan Kitosan Glutaraldehida Sampel Air Cawal Cakhir Q Cakhir Sungai (ppm) Eff (%) Eff (%) Q (µg/g) (ppm) (µg/g) (ppm) Logam Cu 1,1 0,8 25,0 13,9 0,8 25 18,5 Logam Zn 2,8 1,3 53,3 59,3 0,2 93,3 129,6 4. KESIMPULAN Rendemen kitosan yang dihasilkan dari cangkang udang sebesar 19,5%. Adapun kondisi optimum penyerapan ion logam Cu oleh kitosan yaitu pada ph 7, waktu kontak 100 menit, dan berat adsorben 0,5 gram, sedangkan penyerapan ion logam Zn yaitu pada ph 5, waktu kontak 80 menit, dan berat adsorben 0,625 gram. Kondisi optimum penyerapan ion logam Cu oleh kitosan modifikasi tertautsilang glutaraldehida yaitu pada ph 8, waktu kontak 80 menit, dan berat adsorben 0,375 gram, sedangkan penyerapan ion logam Zn 735

yaitu pada ph 6, waktu kontak 60 menit, dan berat adsorben 0,5 gram. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kitosan memiliki kemampuan adsorpsi ion logam Cu dan Zn yang lebih rendah dibandingkan dengan kitosan modifikasi.bioadsorben kitosan dan kitosan modifikasi mampu menurunkan kadar ion logam Cu dan Zn pada sampel air sungai di Kota Bengkulu. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sebagai pemberi dana untuk kegiatan penelitian ini dalam Hibah PEKERTI Tahun 2015. 6. PUSTAKA [1]. Hastuti, B., Masykur, A., & Fariha, I. Modifikasi Kitosan Melalui Proses Swelling Dan Crosslinking Menggunakan Glutaraldehit Sebagai Pengadsorpsi Logam Cr (VI) Pada Limbah Industri Batik, 2011, III(3). [2]. Maclyn, Boy. Limbah Cangkang Udang Menjadi Kitosan. 2008; http://onlinebuku.com. [3]. Sugita P, Wukirsari T, Sjahriza A, Wahyono D. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. Penerbit IPB Press; 2009. [4]. Vanesssa, L. Gonçalves, Mauro C. M. Laranjeira, Valfredo T. Fávere. Effect of Crosslinking Agents on Chitosan Microspheres in Controlled Release of Diclofenac Sodium, 2005; 15, 6 12. [5]. Vogel. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. New York: Great Britain by Bath Press; 1989. 736