5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Berdirinya Provinsi Papua Barat juga mendapat dukungan dari Surat Keputusan DPRD Provinsi Papua Nomor 10 Tahun 1999 tentang pemekaran Provinsi Papua menjadi tiga provinsi. Provinsi Papua Barat terletak pada 0 0,00 hingga 0,00 Lintang Selatan dan 12 0,00 hingga 132 0,00 Bujur timur, tepat berada di bawah garis katulistiwa dengan ketinggian 0-100 dpl. Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai 10.375,62 km 2 terdiri dari tiga kabupaten induk, lima kabupaten pemekaran dan satu kota madya, yakni : 1. Kabupaten Fakfak dengan luas 1.320 Km2. 2. Kabupaten Kaimana dengan luas 18.500 Km2. 3. Kabupaten Teluk Wondama dengan luas.996 Km2.. Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 18.658 Km2. 5. Kabupaten Manokwari dengan luas 1.8,5 Km2. 6. Kabupaten Sorong Selatan dengan luas 29.811 Km2. 7. Kabupaten Sorong dengan luas 18.170 Km2. 8. Kabupaten Raja Ampat dengan luas 6.08,5 Km2. 9. Kotamadya Sorong dengan luas 1.105 Km2 Secara Geografis, Provinsi Papua Barat berbatasan dengan : Sebelah Utara : Samudera Pasifik, Sebelah Selatan : Laut Banda dan Provinsi Maluku, Sebelah Barat : Laut Seram dan Provinsi Maluku, Sebelah Timur : Provinsi Papua Wilayah Provinsi Papua Barat sebagian besar terdiri dari daerah pesisir dan pegunungan serta dataran rendah yang umumnya terdapat di lembah dan
6 sepanjang pantai. Adapun pembagian wilayah berdasarkan ketinggian dari permukaan laut dapat dirinsi sebagai berikut : Dataran rendah dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan laut sebesar 7,89%. Wilayah dengan ketinggian 100-500 meter dari permukaan laut sebesar 26,78%. Wilayah dengan ketinggian >500-1000 meter dari permukaan laut sebesar 9,78% Dataran tinggi dengan ketingian >1000 meter dari permukaan laut sebesar 15,55%. Demikian juga dengan pembagian wilayah berdasarkan kelas lereng (kemiringan) dapat dirinci sebagai berikut : Kemiringan 0-15% sebesar 5,%., Kemiringan 15-0% sebesar,2%. Kemiringan > 0% sebesar 50,31% Gambar 7 Luas wilayah Provinsi Papua Barat menurut kabupaten/kota
7.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk merupakan salah satu komponen utama dalam sebuah pemerintahan. Utama karena sasaran pembangunan yang dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan penduduknya. Selain itu, penduduk juga sebagai pelaku pembangunan. Karenanya, baik buruknya kualitas penduduk menentukan maju mundurnya suatu wilayah. Betapun kekayaan alam melimpah ruah tanpa didukung kualitas penduduknya, kekayaan alam itu tidak akan mampu terkelola dengan baik untuk mensejahterakan penduduknya. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk 2005-2015, jumlah penduduk Provinsi Papua Barat tahun 2007 diperkirakan 716 ribu jiwa terdiri dari 375,5 ribu laki-laki dan 30,5 ribu perempuan. Tampak komposisi laki-laki dan Perempuan di Papua Barat hampir berimbang, sedikit lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan. Dari total penduduk, 68,59% di antaranya berdomisili di perdesaan. Tabel Penduduk Papua Barat menurut jenis kelamin dan sex rasio per kabupaten/kota Kabupaten/Kota Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio Fak-Fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Kota Sorong 33.507 21.011 11.78 30.682 93.163 31.782 52.570 21.739 86.86 33.357 20.962 11.356 23.86 79.692 29.681 6.121 19.31 82.32 66.86 1.973 23.10 5.528 172.855 61.63 98.691 1.170 169.278 100,5 100,23 103,77 128,67 116,90 107,08 113,98 111,88 105,35 Jumlah 383.08 36.878 729.962 110, (Data diolah) Distribusi penduduk Papua Barat tidak merata. Kota Sorong dengan luas hanya 1.105 Km2, dihuni oleh 165,9 ribu jiwa. Sementara Kabupaten Sorong Selatan dengan luas wilayah 126.093 Km2 dihuni oleh 60, ribu penduduk. Konsentrasi penduduk Papua Barat masih di sekitar Kabupaten Manokwari (169,59 ribu jiwa), Kota Sorong dan Kabupaten Sorong (97.152 jiwa). Ketiga
8 wilayah tersebut merupakan kabupaten/kota dengan hunian penduduk terbanyak di Papua Barat. Tabel 5 Penduduk Papua Barat menurut rumah tangga dan tingkat kepadatan per kabupaten/kota Kabupaten/Kota Fak-Fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Kota Sorong Luas Wilayah (KM 2 ) 1.320,00 18.500,00 12.16,62 18.637,00 1.8,50 29.810,00 25.32,00 6.08,50 1.105,00 Pddk 66.86 1.973 23.10 5.528 172.855 61.63 98.691 1.170 169.278 Jumlah Rmh. Tangga 15.733 9.876 5.5 12.830 0.672 1.62 23.221 9.687 39.830 Per KM 5 2 2 3 12 2 3 7 153 Kepadatan Penduduk 2 Per RT Sebagai pecahan dari Kabupaten Manokwari, Kabupaten Wondama merupakan kabupaten dengan hunian penduduk terkecil. Akses ke Kabupaten Wondama masih terbatas pada sarana transportasi laut. Hal ini mengakibatkan perkembangan jumlah penduduk di daerah ini cenderung lambat. Hingga saat ini belum tersedia fasilitas pendukung yang memungkinkan desa di Kabupaten Wondama berstatus perkotaan. Dilihat dari struktur umur, penduduk Provinsi Papua Barat hingga tahun 2007 tergolong penduduk muda. Proporsi penduduk berumur 0 1 tahun 37,% dan hanya 1,6% penduduk berumur 65 tahun atau lebih. Implikasinya adalah adanya peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa seperti fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, sekolah, dan pengadaan guru. Dengan banyaknya anak di usia belia, permintaan terhadap barang dan jasa tersebut penting untuk dipenuhi karena berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak. Selain itu, pada fase struktur umur muda child dependency cukup besar. Satu orang penduduk usia produktif akan menanggung satu hingga dua orang anak. Akibatnya, konsumsi rumah tangga akan didominasi oleh pemenuhan
kebutuhan anak seperti susu dan makanan pendamping, kebutuhan pendidikan anak usia dini dan dasar termasuk fasilitasnya seperti TK, SD dan SMP dan kebutuhan pemeliharaan kesehatan anak. Semua kabupaten mengikuti struktur umur penduduk sama dengan Provinsi Papua Barat kecuali Kota Sorong. Sampai dengan tahun 2007, struktur umur penduduk Kota Sorong telah memasuki fase intermediate. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi penduduk usia produktif (15 6 tahun) 65,1 persen sementara proporsi penduduk berumur kurang dari 15 tahun di bawah 15%. Implikasi dari struktur umur intermediate adalah tuntutan penyediaan lapangan pekerjaan dari penduduk usia produktif. Selain itu, permintaan terhadap fasilitas pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar lebih tinggi daripada kabupaten lain. Komposisi penduduk Papua Barat berdasarkan status perkawinan masih didominasi penduduk yang belum kawin. Proporsi penduduk yang belum kawin mencapai 53,6%. Sisanya 3,2% penduduk berstatus kawin dan 3,2% cerai. Proporsi cerai hidup hanya 0,7%. Rendahnya tingkat perceraian semasa hidup biasa ditemui di daerah dengan mayoritas kristiani seperti di Provinsi Papua Barat ini. Tabel 6 Persentase penduduk 10 tahun keatas menurut status perkawinan per kabupaten/kota Kelompok Umur Fak-Fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Kota Sorong Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Cerai 3,89 50,59 5,16 33,36 61,7,90 1,25 52,65 6,11 35, 60,59 3,97 32,7 58,95 8,31 35,00 53,80 11,20 27,2 65,61 6,97 3,2 58,69 6,90 37,03 55,08 7,89 Rata-Rata Papua Barat 36,68 56,66 6,66 9 Status perkawinan penduduk Papua Barat menurut jenis kelamin menunjukkan pola yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini
50 terlihat dari proporsi laki-laki yang cerai baik cerai hidup maupun cerai mati lebih rendah daripada perempuan. Fenomena ini mencerminkan independensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Tenggat waktu menikah kembali setelah perceraian laki-laki lebih pendek daripada perempuan. Di bidang ketenagakerjaan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Papua Barat pada Agustus 2008 sebesar 68,15%, berarti telah mengalami kenaikan sebesar 2,39% dibandingkan dengan kondisi February 2008. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Meski demikian jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadi mismatch dalam pasar kerja. Pada Agustus 2008, dari total angkatan kerja sebesar 32.382 sekitar 65,16% dari mereka telah bekerja. Sebagian dari mereka yang bekerja 70,05% berpendidikan rendah (di bawah SLTA). Tabel 7 Penduduk 15 tahun keatas menurut jenis kelamin dan jenis kegiatan utama. Jenis Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Penduduk Usia Kerja (15+) a. Angkatan Kerja i. Bekerja ii. Pengangguran Terbuka b. Bukan Angkatan Kerja i. Sekolah ii. Mengurus Rmh Tangga iii. Lainnya 2. TPAK (%) 3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 266.661 223.08 210.113 12.971 3.577 25.87 3.58 1.506 83,66 5,81 235.739 119.298 106.080 13.218 116.1 22.396 88.09 5.951 50,61 11,08 502.00 32.382 316.193 26.189 160.018 7.883 91.678 20.57 68,15 7,65.3. Ekonomi Regional Walaupun kinerja perekonomian yang dicapai sampai tahun 2008 masih belum optimal, dengan melihat tantangan dan kesempatan yang ada maka perekonomian Papua Barat masih terlihat optimis untuk terus meningkat dan
51 menjadi lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dari pertumbuhan perekonomiannya yang cukup tinggi..3.1. PDRB dan Perkembangannya Perekonomian Papua Barat selama tahun 2008 menunjukkan pertumbuhan yang positif apabila dibandingkan pada tahun 2007. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar sektor yang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Pada tahun 2008, besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang tercipta adalah sebesar 12,7 triliun rupiah, mengalami peningkatan sebesar 20,27 persen dibanding tahun 2007 yang sebesar 10,37 triliun rupiah. Pada tahun 2008, nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 6,37 triliun rupiah mengalami peningkatan dari tahun 2007 yang besarnya 5,93 triliun rupiah..3.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat adalah sebesar 7,33%, lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 6,95%. Selama kurun waktu 8 tahun, sejak tahun dasar 2000 pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat untuk harga berlaku cenderung meningkat semakin cepat, sedangkan untuk harga konstan 2000 meningkat lebih cepat hingga tahun 2003 dan selebihnya sampai tahun 2006 pertumbuhannya melambat..3.3. Struktur Perekonomian Provinsi Papua Barat Sektor Pertanian di Provinsi Papua Barat yang didominasi oleh Subsektor Kehutanan dan Subsektor Perikanan mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang cukup besar bagi perekonomian Provinsi Papua Barat. Sumbangan Sektor Pertanian sangat besar pengaruhnya terhadap penciptaan PDRB Provinsi Papua Barat, walaupun sejak tahun 2002 peranannya terus mengalami penurunan hingga sebesar 2,91% pada tahun 2008. Urutan kedua adalah Sektor Industri Pengolahan dengan peranan sebesar 22,7%. Jika dilihat dari subsektornya, peningkatan nilai tambah pada Subsektor Industri Migas sangat mempengaruhi adanya peningkatan pada Sektor Industri Pengolahan dengan peranan sebesar 16%. Sektor Pertambangan dan Penggalian menempati urutan ketiga sebagai kontributor terbesar PDRB Provinsi Papua Barat dengan peranan sebesar 1,81%, mengalami
52 penurunan apabila dibandingkan pada tahun 2007 yang besarnya 15,98%. Subsektor Migas yang sangat berpengaruh terhadap naik turunnya peranan Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan kontributor terbesar kedua apabila dibandingkan dengan subsektor-subsektor lainnya, yaitu sebesar 13,96%. Urutan keempat kontributor terbesar PDRB Provinsi Papua Barat adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Peranan sektor ini pada tahun 2008 sebesar 10,35% sedikit mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2007 yang besarnya 10,58%. Gambar 8 Distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha.