BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup penduduk Indonesia (BPS, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-JUNI 2014

BAB IV METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI POLA PENGOBATAN ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYAPADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN RSUD BRIGJEND H. HASAN BASRY KANDANGAN PERIODE

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun sumber daya manusia berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

PROFIL PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK GINJAL-HIPERTENSI.

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Agustus :41 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 02 April :20

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection,

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penyakit kardiovaskuler. The Third National Health and Nutrition

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satusecara global

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) adalah pengukuran tekanan darah sistolik 140 mmhg atau tekanan darah diastolik 90 mmhg (Depkes RI, 2013). Sebanyak 40% penduduk dunia yang berumur 25 tahun ke atas sudah terdiagnosis menderita hipertensi (World Health Organization, 2013). Diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi meningkat menjadi 60% (Kearney et al, 2005). Sedangkan prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk usia 18 tahun ke atas adalah 25,8% dan di Sumatera Barat sendiri adalah sebanyak 22,6% (Depkes RI, 2013). Hipertensi tidak menunjukkan gejala yang khas, kecuali apabila sudah berkomplikasi ke sistem organ sehingga banyak pasien yang tidak menyadarinya. Oleh sebab itu hipertensi dijuluki sebagai the silent killer atau pembunuh diamdiam (Santoso, 2015). Terdapat 9,4 juta kematian akibat komplikasi dari hipertensi setiap tahun (World Health Organization, 2013). Hipertensi memengaruhi fungsi dan struktur pembuluh darah (Kumar et al, 2004). Selain itu bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh sasaran (target organ damage) yaitu jantung (hipertrofi ventrikel kiri), ginjal (nefropati), saraf otak (ensefalopati), mata (retinopati atau perdarahan), dan disfungsi ereksi. Kerusakan pada jantung bisa menyebabkan disfungsi diastolik maupun sistolik, dan berakhir pada gagal jantung (Santoso, 2015). Kerusakan organ target tergantung pada tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak diobati. 1

Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target tekanan darah (Muhadi, 2016). Pengobatan dengan anti hipertensi selain untuk menurunkan tekanan darah, juga berguna untuk mencegah terjadinya kerusakan pada organ target (Tessy, 2009). Evaluasi penggunaan obat merupakan proses jaminan mutu resmi dan terstruktur yang dilaksanakan terus menerus, yang ditujukan untuk menjamin obat yang tepat, aman dan efektif (Mulyani, 2005). Tujuan dari evaluasi terapi adalah untuk mengetahui penggunaan obat rasional atau tidak (Isnaini, 2012). Evaluasi penggunaan obat yang ditinjau berdasarkan kriteria kerasionalan terapi diantaranya tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat dan tepat dosis. Setiap peresepan obat harus dipertimbangkan mengenai karakter dan kondisi yang ada pada pasien sehingga obat yang dipilih tepat untuk kondisinya (Sumawa dkk, 2015). Terapi dikatakan tidak rasional apabila menimbulkan dampak klinis dan ekonomi bagi pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Tidak rasionalnya peresepan obat anti hipertensi dapat menyebabkan komplikasi dan meningkatkan angka kematian pada pasien hipertensi (Tessy, 2009). Menurut Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional Ditjen Binfar Alkes Depkes RI, Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM penggunaan obat yang rasional dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat, memperluas akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau, mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat dan membahayakan pasien dan menentukan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan (Handayani dkk, 2010). 2

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 30 tahun 2014, pelayanan kefarmasian di Puskesmas menentukan mutu dari pusat pelayanan kesehatan tersebut. Melindungi pasien dan masyarakat dari peresepan yang tidak rasional merupakan salah satu standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Jadi apabila terapi dengan obat anti hipertensi tidak rasional yang ditinjau dari tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat dan tepat dosis menandakan standar pelayanan medik tidak berjalan dengan semestinya dan mutu Puskesmas tersebut juga kurang baik. Pada penelitian Sumawa dkk pada tahun 2015 di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, terdapat 35% penggunaan anti hipertensi yang tidak tepat jenis dan dosisnya. Kajian keamanan penggunaan obat anti hipertensi juga dilakukan di poliklinik usia lanjut Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, hasilnya terdapat 27,5% pasien menerima obat anti-hipertensi yang tidak menguntungkan terhadap kondisi klinis pasien, sehingga pemakaiannya diperlukan pengawasan. Terdapat 41,3 % pasien menerima kombinasi obat yang potensi terjadi interaksi (Ikawati dan Djumiani, 2008). Pada penelitian Chiburdanidze tahun 2013, persentase ketepatan terapi pada pasien hipertensi hanya 61%. Evaluasi obat anti hipertensi yang dilakukan oleh Salwa (2013) didapatkan kategori tepat indikasi 100%, untuk tepat obat 84%, tepat pasien 100% dan 42% ketidaktepatan dosis. Hipertensi adalah urutan kedelapan dari penyakit terbanyak di kota Padang yaitu sebanyak 7.630 penderita atau 3,2% dari seluruh penduduk dan urutan ketiga penyebab kematian terbanyak di kota Padang pada tahun 2013 setelah umur tua dan penyakit jantung (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 menunjukkan bahwa hipertensi 3

termasuk penyakit terbanyak yang membawa pasien datang berobat ke pelayanan kesehatan primer. Puskesmas yang terbanyak mendapat kunjungan pasien hipertensi adalah di Puskesmas Andalas dengan total pasien hipertensi pada tahun 2015 adalah 4.072 orang. Urutan kedua terbanyak yang menerima pasien hipertensi yaitu Puskesmas Lubuk Buaya dengan jumlah pasien 2.646 orang, diikuti oleh Puskesmas Pauh dengan jumlah pasien 1.899 orang (Dinas Kesehatan kota Padang, 2015). Dari studi kepustakaan yang peneliti lakukan, belum ada penelitian tentang evaluasi ketepatan pengobatan anti hipertensi di Puskesmas Andalas, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui evaluasi terapi obat anti hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana evaluasi ketepatan terapi obat anti hipertensi di Puskesmas Andalas di kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketepatan terapi obat anti hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 4

2. Mengetahui distribusi frekuensi terapi tunggal dan kombinasi pada pasien hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 3. Mengetahui ketepatan pasien yang menerima obat anti hipertensi di puskesmas Andalas, kota Padang 4. Mengetahui ketepatan indikasi dalam pemberian obat anti hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 5. Mengetahui ketepatan dalam pemilihan obat anti hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 6. Mengetahui ketepatan dosis obat anti hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang. 7. Mengetahui hubungan ketepatan terapi obat anti hipertensi dengan kelompok hipertensi di Puskesmas Andalas, kota Padang 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Klinisi Evaluasi penanganan hipertensi diharapkan dapat meningkatkan kerasionalan dalam meresepkan obat anti hipertensi untuk pasien. 1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dalam terapi hipertensi yang sesuai dan dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hipertensi. 1.4.3 Bagi Institusi Puskesmas Evaluasi pengobatan hipertensi diharapkan dapat membantu manajemen Puskesmas agar lebih meningkatkan mutu pengobatan yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan Puskesmas. 5