BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT. Fajar Interpratama, 2011). Hal Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB II PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 104.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Binti Maunah, Landasan Pendidikan, Sukses Offset, Yogyakarta, 2009, hlm. 3 2

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah penilaian (assement) merupakan istilah yang umum dan. Dalam Kurikulum Berbasis Kelas (KBK) yang kenyataannya pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

Wayan Nurkancana, dkk. Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional 1982) hlm.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

URGENSI PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH (PR) DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa itu. Firman Allah Swt. Dalam surah Al-Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, 2005, hlm. 49. hlm , hlm , hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. 2 Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pembimbingan secara intensif. Undang-undang sistim nasional (UUSPN) nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagaimana dinyatakan pada pasal 1 Undang-Undang No. 20/2003. tentang Sistem pendidikan Nasional, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mempunyai kesulitan belajar dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa yang mengalami kesulitan sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Terkait dengan masalah ini tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tau apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Para pendidik tidak hanya bertugas mengajar, tetapi harus dapat menciptakan situasi dan kondisi proses pembelajaran yang efektif, efisien, relevan, supaya anak didiknya dapat belajar dengan baik, dapat mengembangkan bakat dan kepandaiannya seoptimal mungkin. Untuk mencapai tujuan ini, para pendidik, selain harus dapat menjadi panutan, inovator, inspirator, koordinator, fasilitator, motivator, juga harus dapat memahami kekurangan, kelebihan, keistimewaan, ciri-ciri khusus yang terdapat pada siswanya.1 Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan 1 Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. 1

2 pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.2 Membuat rencana mengajar merupakan tugas guru yang paling utama. Rencana mengajar merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan pada tahapan penentuan pengalaman belajar. Guru dapat mengembangkan rencana pengajaran dalam berbagai bentuk, sesuai dengan strategi pembelajaran dan penilaian yang akan digunakan.3 Guru diharapkan dapat berinteraksi dengan peserta didik sehingga dapat membuat suasana pembelajaran menjadi lebih aktif dan dapat menjadikan siswa lebih bersemangat lagi dalam menangkap pelajaran apa yang tengah diajarkan oleh pendidik. Selain itu strategi yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan berfikir siswa. Tidak hanya interaksi dengan guru, interaksi dengan teman maupun lingkungan juga dapat menunjang keaktifan dan kreatifitas peserta didik. Proses pembelajaran yang terjadi saat ini guru masih banyak yang menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran, guru mendominasi masih metode ceramah. pembelajaran Pada yaitu proses guru menyampaikan pelajaran dengan ceramah. Guru yang mendominasi pembelajaran menyebabkan siswa menjadi tidak aktif dan tidak kreatif, sehingga dapat menyebabkan kemampuan analisis siswa rendah. Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.4 Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala guru memberikan materi pelajaran melalui ceramah, jika guru datang berceramah berarti ada proses belajar dan jika guru tidak datang berarti 2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hal. 1. 3 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal. 90. 4 Darwyn Syah, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidiakn Islam, Gaung Persada Press, Jakarta, 2007, hal. 139.

3 tidak ada belajar.5 Akibatnya, materi hanya diajarkan kepada para siswa, tapi kurang diperhatikan taraf perkembangan mental secara umum dan secara perseorangan. Suasana kelas menjadi terasa menjenuhkan oleh para siswa, terasa membosankan, serta mengikat. Pembelajaran dengan ceramah adalah salah satu penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran yakni mengembangkan kemampuan analisis siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut guru dapat merancang pembelajaran yang bermakna dan menarik dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangannya. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dan menarik dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar sehingga dapat mempengaruhi kemampuan analisis siswa. Sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. Salah satunya adalah di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. Guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan pembelajaran. Guru hanya menjelaskan materi yang terdapat pada LKS atau buku ajar. Siswa hanya mendengarkan ceramah dan mencatat apa yang diterangkan guru. Kemudian siswa mengerjakan soal yang ada dalam LKS atau buku ajar tersebut. Kegiatan pembelajaran tersebut membuat siswa cenderung kurang aktif dan takut bertanya. Permasalahan yang terjadi di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus dapat mempengaruhi kemampuan analisis siswa, terbukti masih banyak siswa yang cenderung pendiam, kurang bisa berinteraksi dengan temannya sendiri kecuali dengan teman yang benar-benar sudah dikenalnya. MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus lebih mengedepankan pada Pendidikan Agama Islam. Menurut Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2011, hal. 147-148.

4 agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.6 Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Qs. Az-Zumar ayat 18 yang berbunyi: Artinya: Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Q.S. Az-Zumar : 18)7 Dari ayat ini dapat diartikan bahwa bagi mereka yang mendengarkan apa yang disampaikan oleh seseorang kemudian dipahami, dihayati dan diamalkan ajaran-ajaran agama Islam tersebut, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya maka akan memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Salah satu mata pelajaran yang ada dalam Pendidikan Agama Islam adalah al-qur an Hadits. Pembelajaran al-qur an Hadits di Madrasah Aliyah menekankan pada nilai-nilai karakter yang baik. Guru dalam mengajar tidak hanya menggunakan metode ceramah, melainkan harus memberikan contoh langsung kepada siswa atau praktik langsung sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada anak usia Madrasah Aliyah ini mudah untuk mencontohkan sebagaimana yang dicontohkan oleh seorang pendidik. Dengan demikian pembelajaran al-qur an Hadits akan menjadi lebih bermakna. Al-Qur an Hadits merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan siswa untuk membaca al-qur an dengan baik (tartil), 6 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hal. 86. Al- Qur an Surat Az-Zumar ayat 18, Al-Qur an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, J-ART, Bandung, 2004, hal. 367. 7

5 mengerti arti pokok kandungan ayat-ayat al-qur an maupun hadits sehingga dapat meningkatkan pengetahuan iman, dan taqwa serta menjadi pedoman akhlak dan ibadah siswa dalam kehidupan sehari-hari.8 Materi pembelajaran al-qur an hadits memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Pemahaman yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis al-qur an dan hadits serta kandungannya. 2. Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai keberhasilan hidup di dunia dan di akhirat. 3. Sumber motivasi yaitu memberikan dorongan untuk meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara. 4. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam menyakini kebenaran ajaran agama Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. 5. Perbaikan yaitu mempebaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. 6. Pencegahan yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman. 7. Pembiasaan yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai al-qur an dan Hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupannya.9 Sedangkan tujuan pembelajaran al-qur an hadits adalah agar peserta didik gemar untuk membaca al-qur an dan hadits dengan benar dan mempelajarinya, memahami kebenarannya dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. 10 8 Departemen Agama RI, Kurikulum Berbasis Kompetensi (kurikulum dan hasil belajar), Direktorat Kelembagaan Islam, Jakarta, 2003, hal. 1. 9 Ibid., hal. 2-3. 10 Departemen Agama RI, Silabus PAI, Proyek Pengembangan Kurikulum, Jakarta, 2006, hal. 25.

6 Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah yang demikian itu sudah saatnya untuk diadakan perbaikan. Siswa haruslah lebih aktif dalam pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang tepat. Diantara strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran al-qur an Hadits yaitu dengan menggunakan metode tadrij. Metode tadrij yaitu metode dengan menyampaikan materi secara berangsur-angsur sesuai kemampuan analisis siswa. Kemampuan yang dimiliki oleh guru meliputi apa yang harus dinilai dan bagaimana cara penilaian itu harus dilakukan. Seorang peserta didik dikategorikan berhasil, dilihat dari berbagai segi, diantaranya rajin mengikuti tatap muka dengan guru, hubungan sosial, keterampilan, dan sebagainya. 11 Pembelajaran sebagai salah satu sistem instruksional yang mengacu pada pengertian seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran meliputi komponen-komponen antara lain, tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen tersebut harus diorganisasi sehingga antar sesama komponen terjadi kerjasama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memerhatikan komponen-komponen tertentu saja, misalnya metode, bahan, dan evaluasi, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan.12 Berbicara mengenai sebuah metode pembelajaran, akan sering dijumpai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan alasan pemakaian. Kebanyakan pendidik menggunakan metode ceramah yang dirasa mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Berdasarkan pada kenyataan seperti itu, maka seorang guru atau dosen akan menggunakan metode ceramah, dia harus dapat mencapai tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Meskipun selama ini banyak pendidik yang menggunakan metode ceramah dalam mengajar, namun belum banyak yang menyadari apa sebetulnya metode ceramah itu. Hal ini terjadi karena pengajar atau dosen adalah satu-satunya orang yang 11 12 Zainal Asril, Micro Teaching, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hal. 16. Ibid., hal. 18.

7 bertanggungjawab terhadap penyampaian materi kepada peserta didik, sehingga arah komunikasi cenderung hanya satu arah, yaitu dari guru/dosen kepada peserta didik.13 Metode menurut J.R. David yang dikutip oleh Abdul Majid, adalah a way in achieving something (cara untuk mencapai sesuatu). Untuk melaksanakansuatu strategi, digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah at-thariq (jalan cara).14 Memberikan pelajaran dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit, bertahap (gradual, tadrij) adalah metode pengajaran Rasulullah SAW termasuk memberikan sekian alternatif (tidak monoton, kaku) terhadap suatu persoalan sehingga orang yang berkepentingan dengan itu mendapatkan apa yang cocok dengan kemampuannya, terpecahkan problem yang dihadapinya dengan menerima keterangan Nabi SAW secara lapang dada dan rasa puas, tidak malah menjemukan.15 Berdasarkan observasi awal, diketahui bahwa proses pembelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus sudah menggunakan metode tadrij, dimana proses pembelajaran diberikan secara bertahap atau berangsur-angsur. Adapun dalam penelitian kali ini peneliti mengambil obyek penelitian di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. Di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus memiliki latar belakang siswa yang berbeda dan kecerdasan yang berbeda-beda pula. Setiap siswa mempunyai karakter tersendiri dari siswa lainnya sehingga perlu adanya motivasi dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran yang lebih menarik yang memungkink an siswanya tertarik terhadap setiap mata pelajaran, sehingga mampu meningkatkan kemampuan analisis, terutama pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode Tadrij terhadap 13 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008, hal. 89. 14 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 21. 15 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hal. 234.

8 Peningkatan Kemampuan Analisis Siswa Pada Mata Pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok masalah sebagaimana berikut: 1. Bagaimana penggunaan metode tadrij pada mata pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015? 3. Adakah pengaruh penggunaan metode tadrij terhadap peningkatan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penggunaan metode tadrij pada mata pelajaran alqur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode tadrij terhadap peningkatan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus Tahun Ajaran 2014/2015.

9 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Sebagai pembuktian, jika strategi pembelajaran dengan menggunakan metode tadrij terlaksana dengan baik, maka akan mampu meningkatkan kemampuan analisis peserta didik yang baik pula. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan di mana tempat penelitian ini berlangsung, mengenai pengaruh penggunaan metode tadrij terhadap peningkatan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran al-qur an Hadits di MA NU Nurul Ulum Jekulo Kudus. b. Bagi peserta didik 1) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk lebih menguasai materi pelajaran. 2) Dengan menerapkan metode tadrij diharapkan dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa. c. Bagi guru. 1) Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan materi dan metode pembelajaran. 2) Memberi masukan kepada guru dalam meningkatkan kemampuan mentransfer materi pelajaran kepada peserta didik. d. Bagi sekolah 1) Dapat meningkatkan proses kualitas belajar mengajar di sekolah. 2) Dapat memberi rangsangan bagi guru-guru memperbaiki metode pembelajaran yang diterapkan. lain untuk

10 e. Bagi peneliti 1) Mengetahui pengaruh metode pembelajaran secara bertahap (tadrij). 2) Mendapat pengalaman langsung dalam melaksanakan metode tadrij. 3) Dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis untuk kehidupan di masa depan.