BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test

KARAKTERISASI PAHAT BUBUT HIGH SPEED STEEL (HSS) BOEHLER TIPE MOLIBDENUM (M2) DAN TIPE COLD WORK TOOL STEEL (A8)

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR MOHAMMAD RIFQI L2E FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN POTONG TERHADAP KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN STAINLESS STEEL AISI DAN ALUMINIUM 6061 MENGGUNAKAN PAHAT HSS

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

BAB. 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dan kebutuhan, industri pemotongan logam menghadapi

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

PEMBUBUTAN KERING BAJA AISI 1070 TERHADAP PERTUMBUHAN AUS SISI PAHAT KARBIDA BERLAPIS (TiAlN/TiN)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

KAJIAN PEMBENTUKAN GERAM AISI 4140 PADA PROSES PEMESINAN KERAS, KERING DAN LAJU TINGGI SKRIPSI

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April Aplikasi Udara Dingin Vortex Tubepada Pembubutan Baja ST 41 Menggunakan Pahat HSS

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ( Magnesium ditemukan dalam 60

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

PENGARUH CAIRAN PENDINGIN BERTEKANAN TINGGI TERHADAP GAYA POTONG, KEAUSAN TEPI PAHAT, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT MATERIAL AISI 4340

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA GAYA, DAN SUHU PEMOTONGAN TERHADAP GEOMETRI GERAM PADA PROSES PEMESINAN TINGGI, KERAS DAN KERING (BAHAN AISI PAHAT CBN) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah

Tri Ujan Nugroho - Pengaruh Kecepatan Pemakanan dan Waktu Pemberian Pendingin...

ANALISIS PENGARUH CAIRAN PENDINGIN SEMISINTETIK DAN SOLUBLE OIL TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL ( HSS ) PADA PROSES END MILLING

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SURFACE TREATMENT METODA PLASMA NITRIDING TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN AUS PAHAT BUBUT BAHAN BAJA KECEPATAN TINGGI

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

Analisa pertumbuhan keausan pahat karbida coated dan uncoated pada alloy steel AISI 4340

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR MUHAMMAD RAFSANJANI L2E FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

Dosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D.

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Rumusan Masalah. Identifikasi Variabel. Perancangan Percobaan. Analisis dan Pengujian

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

Studi Eksperimen Dan Analisa KeausanJournal Bearing Dry ContactPada Rotary Valve Mesin Pembuat Pasta

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISA KEAUSAN PAHAT POTONG HSS DALAM PROSES PERAUTAN PADA MESIN BUBUT

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

Analisa Perhitungan Waktu dan Biaya Produksi pada Proses Drilling

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Yang Dibubut Menggunakan Pahat Potong Berputar

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Magnesium dan Rumus Kimianya.. Gambar 2.2. Komponen Utama Mesin Bubut. Gambar 2.3. Proses Pada Mesin Bubut...

Kerataan Permukaan dan Bentuk Geram

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 PENDAHULUAN Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang memberikan umur pahat yang optimal dari pahat HSS dengan memvariasikan kecepatan potong (Vc) menjadi 4 tingkatan dan dengan rpm yang sudah di tentukan dicari Kecepatan potong Vc (m/menit), Kedalaman pemotongan a total (mm), dan waktu pemotongan tc (menit), setelah menemukan data tersebut dilanjutkan perhitungan untuk menemukan keausan tepi (VB) 45

Table 4.1. Data dari hasil percobaan Vc a total tc Pahat n rpm (m/menit) (mm) (min) 1 110 6,908 15 28,951 2 155 9,734 15 20,546 3 190 11,932 15 16,761 4 260 16,328 15 12,218 Perhitungan : 1. Menentukan Kecepatan potong pada pahat ke 1 Vc = 3,14 x 20 x 260 = 16.328 (m/menit) 1000 2. Menentukan Kecepatan potong pada pahat ke 2 Vc = 3,14 x 20 x 155 = 9.734 (m/menit) 1000 3. Menentukan Kecepatan potong pada pahat ke 3 Vc = 3,14 x 20 x190 = 16,761 (m/menit) 1000 4. Menentukan Kecepatan potong pada pahat ke 4 Vc = 3,14 x 20 x 110 = 6,908(m/menit) 1000 46

Rumus kedalaman pemotongan 1. Menentukan kedalaman pemotongan pada pahat ke 1 a = 20+10 = 15 mm 2 2. Menentukan kedalaman pemotongan pada pahat ke 2 a = 20+10 = 15 mm 2 3. Menentukan kedalaman pemotongan pada pahat ke 3 a = 20+10 = 15 mm 2 4. Menentukan kedalaman pemotongan pada pahat ke 4 a = 20+10 = 15 mm 2 Rumus waktu pemotongan 1. Menentukan waktu pemotongan pada pahat ke 1 tc = 200= 12,248 menit 16,326 2. Menentukan waktu pemotongan pada pahat ke 2 tc = 200 = 9,734 menit 155 47

3. Menentukan waktu pemotongan pada pahat ke 3 tc = 200 = 1,052 menit 190 4. Menentukan waktu pemotongan pada pahat ke 4 tc = 200 = 6,908 menit 110 setelah perhitungan diketahui Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di grafik : Gambar 4.1 Grafik umur pahat untuk setiap kecepatan potong Dari grafik tersebut terlihat bahwa kecepatan potong menentukan umur pahat, bahwa umur yang mengalami keausannya lebih cepat yaitu pada kecepatan tertinggi dengan kecepatan potong 16,328 m/menit dan umur pahat yang paling lama adalah kecepatan potong 6,908 m/menit. 48

4.2 KEAUSAN PAHAT HSS Keausan terjadi pada bidang utama/ mayor, dan pengukuran keausan tepi (VB) dilakukan dengan mengukur panjang VB yaitu jarak antara mata potong sebelum terjadi keausan. Table 4.2 keausan pahat NO RPM BERAT AWAL BERAT AKHIR KEAUSAN 1 110 64 63,6 0,04 2 155 63,6 62,8 0,08 3 190 62,8 63,05 0,11 4 260 63,5 62,53 0,16 Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa semakin besar rpm yang digunakan maka keausanya semakin tinggi. 49

4.3 PENGARUH KONDISI PEMOTONGAN Berdasarkan grafik pertumbuhan keausan tepi yang ditunjukkan Gambar 4.2 untuk kecepatan potong yang berbeda tampak bahwa setiap pahat memiliki kecenderungan yang hampir sama. Pada saat pahat mulai digunakan keausan tepi mulai tumbuh relatif cepat kemudian diikuti dengan pertumbuhan yang relatif lambat, cenderung linier dan nilai VB yang sama untuk beberapa jumlah pemotongan dan kemudian pertumbuhan keausan yang cepat berulang terjadi lagi, bila digambarkan pada skala dobel logaritma akan mempunyai hubungan linier dan saat dimana pertumbuhan cepat mulai berulang lagi dianggap sebagai batas umur pahat. Laju keausan meningkat seiring dengan meningkatnyakecepatan potong. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa laju keausan lebih cepat terjadi pada Vc = 16,328 m/min dan paling lambat pada Vc = 6,908 m/min. Hal ini disebabkan karena kenaikan gaya potong, besarnya gaya pemotongan akan memberikan tekanan yang besar pada pahat sehingga temperatur pemotongan meningkat karena hampir seluruh energi pemotongan diubah menjadi panas melalui gesekan antara geram dengan pahat dan antara pahat dengan benda kerja. 50

4.4 PENGARUH MATERIAL BENDA KERJA DAN PAHAT Dalam pengujian ini pemotongan dilakukan pada kecepatan yang tinggi, karena material benda kerja merupakan besi ST 37 sehingga pertumbuhan keausan pahat yang digunakan terjadi relative lebih lama. di samping itu, dari jumlah data yang diperoleh lebih banyak sehingga dari grafik lajukeausan pada awal pemotongan pertumbuhan keausan pahat tumbuh relatif cepat kemudian lambat (linier), dan cenderung diperoleh nilai keausan yang sama. Pertumbuhan keausan akan cepat lagi setelah mendekati batas kritis keausannya pada Gambar 4.2 tidak begitu tampak. Penyimpangan ini disebabkan karena posisi objek ukur yang tidak sama untuk setiap pengukuran dan posisi pengukuran tidak selalu berhimpit dengan garis sumbu, pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran yang mikro geometri sehingga sangat berpengaruh dalam pembacaan hasil pengukuran. 4.5 UMUR PAHAT Umur pahat merupakan seluruh waktu pemotongan (tc) sehingga dicapai batas keausan yang telah ditetapkan (VB maks = 0,2 μm). Pertumbuhan keausan pahat pada kecepatan potong yang berbeda sampai batas kritis keausan pahat HSS. 51

Berdasarkan grafik umur pahat yang ditunjukkan Gambar 4.2, terlihat bahwa dengan meningkatnyakecepatan potong (Vc) maka keausan pahat akan meningkat juga dan umur pahat akan menurun. Jadi dengan semakin landai grafik hasil pengujian maka umur pahat akan semakin panjang, begitu juga sebaliknya semakin tajam grafik hasil pengujian maka umur pahat akan semakin pendek. Umur pahat dapat ditentukan dari kecepatanpotongnya. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa semakin besar kecepatan potong maka umur pahat semakin pendek. Dimana dari grafik terlihat umur pahat yang paling panjang terjadi pada kecepatan potong rendah (Vc = 6,908 m/min) dan umur pahat yang paling singkat terjadi pada kecepatan potong yang tinggi (Vc = 16,328 m/menit). 4.6 FENOMENA KEAUSAN PAHAT HSS Pada Vc = 6,908 m/min Pada kecepatan ini keausan yang terjadi disebabkan oleh proses abrasif yang terjadi karena pengaruh gesekan antara geram dengan bidang geram dan bidang utama pahat. Proses abrasif initerus membesar baik pada bidang utama pahat maupun pada bidang geram. Pada bidang utama proses abrasif ini akan menjadi keausan tepi sedangkan pada bidang geram akan membua tpermukaan bidang geram akan bertambah kasar.akibatnya semakin lama pahat akan mengalami keausan yang ditandai dengan permukaan benda kerja yang dipotong bertambah kasar, gaya pemotongan yang terjadi bertambah besar yang ditandai dengan bunyi 52

pada mesin yang bertambah keras. Keausan akibat proses abrasif ini akan terus berkembang sampai mencapai batas kritis keausan pahat. Mekanisme keausan yang terjadi karena adanya partikel yang keras pada benda kerja yang bergesekan dengan aliran material benda kerja pada bidang utama dan bidang geram. Pada bidang utama mekanisme ini lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya keausan tepi, bagi pahat HSS pengaruh proses abrasif ini tidak begitumencolok, berikut di tampilkanya gambar keausan tepi pada penglihatan 200 μm dengan menggunakan mikroskop. Gambar 4.3. Keausan tepi melihat dengan microscop Pada Vc = 11,932 m/min Pada kecepatan ini keausan yang disebabkan oleh proses abrasif terbentuk lebih cepat dan lebih besar sehingga keausan tepi yang terjadi lebih cepat mencapai 53

batas kritis. Pada kecepatan ini besarnya keausan tepi yang terbentuk ditandai dengan permukaan bidang utama pahat lebih kasar.keausan ini disebabkan oleh gesekan antara aliran material benda kerja pada bidang geram dan bidang utama pahat. Selain proses abrasif, keausan yang terjadi pada kecepatan ini juga disebabkan oleh adanya gaya adhesi. Gaya adhesi ini akan mengakibatkan panumpukan metal pada mata potong yang terkenal dengan nama BUE (Built Up Edge). BUE terbentuksangat besar dan lebih cepat pada mata potong. Hal ini dapat kita lihat dengan menggunakan mikroskop optik. Terjadinya penumpukan lapisan material yang baru saja terbentuk yang menempel pada sekitar bidang utama dan bidang geram. Mekanisme keausan ini disebabkan karena pada tekanan dan temperatur yang relatif tinggi menyebabkan permukaan logam yang baru terbentuk menempel (bersatu seolah-olah dilas) dengan permukaan logam yang lain.. Pada Vc = 16,328 m/min Pada kecepatan ini keausan yang terjadi lebih komplek dimana keausan yang terjadi disebabkan oleh proses abrasive, adhesi, kimiawi dan deformasi plastis. Pada awal pemotongan mata potong pahat terlihat seperti terbakar dan menimbulkan bunyi yang keras pada mesin. Proses pemotongan ini sangat 54

kimiawi aktif dimana material benda kerja yang baru saja terpotong langsung menempel pada bidang geram dan bidang utama pahat didekat mata potong Mekanisme pahat ini terjadi aibat beban tekan karena beban geser yang tinggi pada bidang geram sehingga menyebabkan terjadinya keausan kawah, hal ini disebabkan seiring bertambahnya waktu pemotongan dan peningkatan temperature pemotongan sehingga kekuatan pahat menurun seperti yang terjadi pada (Vc = 170,816 m/min) 4.7 DATA DAN HASIL PERHITUNGAN UJI KEKERASAN PAHAT HSS SETELAH PENGGUNAAN PADA MESIN BUBUT Pada sebelum pahat di uji kekerasanya pahat terlebih dahulu di gunakan untuk mengetahui keausan tepi dengan cara membubut dengan variasi putaran yang sudah di tentukan, dan pahat yg uji kekerasanya yaitu pada pahat dengan Vc = 16,328. lalu setelah dilakukan pengujian variasi putaran di lanjutkan dengan uji kekerasan pahat HSS Dalam hal ini jarum/sensor digeserkan pada bidang geram dengan sumbu pergeseran diatur sehingga sejajar dengan bidang geram. Cara pengukuranya adalah benda kerja diletakan di meja mesin kemudian sensor alat ukur digerakan diatas permukaan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dibeberapa tempat/daerah sebanyak lima kali dan hasil pengukuran di rata-ratakan. 55

Tabel 4.3 data pengujian uji kekerasan no d1 d2 dr (dr)2 HVN 1 1.74 1.74 0.0435 0.001892 489.9987 2 1.8 1.8 0.045 0.002025 457.8765 3 1.73 1.68 0.042625 0.001817 510.3224 4 1.69 1.77 0.04325 0.001871 495.6798 5 1.68 1.68 0.042 0.001764 525.6236 Nilai rata-rata = 495.9002 Perhitungan, Rumus menentukan dr = (d1+d2) / 2 / 40 Keterangan, d = diagonal dr = diagonal rata-rata 1. Menentukan dr pada titik ke 1 dr = (1,74+1,74) /2 /40 = 0,0435 2. Menentukan dr pada titik ke 2 dr = (1,8+1,8) /2 /40 = 0,045 3. Menentukan dr pada titik ke 3 dr = (1,73+1,68) /2 /40 = 0,042625 56

4. Menentukan dr pada titik ke 4 dr = (1,69+1,77) /2 /40 = 0,04325 5. Menentukan dr pada titik ke 5 dr = (1,68+1,68) /2 /40 = 0,042 Rumus menentukan (dr²) = dr x dr keterangan, dr = diagonal rata-rata (dr²) = diagonal rata-rata x diagonal rata-rata 1. Menentukan (dr ²) pada titik ke 1 (dr²) = 0.0435 x 0.0435 = 0.001892 2. Menentukan (dr ²) pada titik ke 2 (dr²) = 0.045 x 0.045 = 0.002025 3. Menentukan (dr ²) pada titik ke 3 (dr²) = 0.042625 x 0.042625 = 0,001817 4. Menentukan (dr ²) pada titik ke 4 (dr²) = 0.0435 x 0.0435 = 0.001871 5. Menentukan (dr ²) pada titik ke 5 (dr²) = 0.042 x 0.042 = 0.001764 57

Rumus menentukan HVN : 1,8544 x f (dr²) Keterangan, HVN : Kekerasan f : Beban (dr²) = diagonal rata-rata x diagonal rata-rata 1. Menentukan HVN pada titik ke 1 1,8544 x 0,5 = 489,9987 0.001892 2. Menentukan HVN pada titik ke 2 1,8544 x 0,5 = 457,8765 0.002025 3. Menentukan HVN pada titik ke 3 1,8544 x 0,5 = 510,3224 0.001817 4. Menentukan HVN pada titik ke 4 1,8544 x 0,5 = 495,6798 0.001871 58

5. Menentukan HVN pada titik ke 5 1,8544 x 0,5 = 525,6236 0.001764 Rumus menentukan HVN rata-rata = HVN 1 + HVN 2 + HVN 3 + HVN 4 + HVN 5 5 Keterangan, HVN : Kekerasan 1. Menentukan HVN rata-rata = = 489,9987 + 457,8765 + 510,3224 + 495, 6798 + 525,6236 = 5 = 495,9002 Jadi, kekerasan pada pahat yaitu 495,9002 Jadi, untuk mengetahui kekerasan Dalam hal ini jarum/sensor digeserkan pada bidang geram dengan sumbu pergeseran diatur sehingga sejajar dengan bidang geram. Cara pengukuranya adalah benda kerja diletakan di meja mesin kemudian sendor alat ukur digerakan diatas permukaan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan dibeberapa tempat/daerah sebanyak lima kali dan hasil pengukuran di rata-ratakan. Dan disimpulkan bahwa kekerasanya yaitu 495,9002 59

4.8 PENGARUH KONDISI PEMOTONGAN TERHADAP KEKERASAN Berdasarkan grafik pertumbuhan keausan tepi yang ditunjukkan Gambar 4.2 untuk kecepatan potong yang berbeda tampak bahwa setiap pahat memiliki kecenderungan yang hampir sama. Pada saat pahat mulai digunakan keausan tepi mulai tumbuh relatif cepat kemudian diikuti dengan pertumbuhan yang relatif lambat dan akibat terjadinya kehausan, kekerasan pahat pun perlu diperhitungkan agar mengetahui seberapa kekerasan pahat yang sudah digunakan, berikut ditampilkanya gambar pada pengujian kekerasan dengan penglihatan menggunakan alat HVN. Gambar 4.4 Pembesaran dengan 200 μm pada pengujian kekerasan 60