BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang melibatkan faktor genetik dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN. kosmetik. Jenis biota laut di daerah tropis Indonesia diperkirakan 2-3 kali lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan kasus tertinggi di dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Keywords:Aqueous extract, Moringa oleifera, HeLa cervical cancer cells, cytotoxicity, apoptosis, p53. xviii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

PENDAHULUAN. semua orang menginginkan hal yang serba instan, termasuk makanan yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua

BAB 1 PENDAHULIAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan, banyak. orang yang merasa putus asa dengan kelanjutan hidupnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

dan tiga juta di antaranya ditemukan di negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100%

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tahun didiagnosa sekitar kasus kanker payudara baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering terjadi pada wanita dan menjadi penyebab kematian utama. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB I PENDAHULUAN. dunia menderita kanker dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

I. PENDAHULUAN. tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. saat ini menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, 32,6 juta orang hidup dengan kanker di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. WHO Department of Gender, Women and Health mengatakan dalam. jurnal Gender in lung cancer and smoking research bahwa kematian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian kedua di negara-negara barat

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia dikenal sangat tinggi baik untuk flora

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita. WHO (World Health Organization) tahun 2008, menyebut sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menimbulkan kematian. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18 % dari total kanker (World Health Organization, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker paru menduduki peringkat ke-3 dari kanker di dunia memiliki angka mortalitas tertinggi di antara seluruh kejadian kanker di dunia (World Health Organization, 2010). Selain itu, kanker paru mempunyai tingkat insidensi dan mortalitas tertinggi pada pria dan menduduki peringkat ke-4 pada wanita (setelah kanker payudara, kanker servix, dan kanker kolorektal) (World Health Organization, 2010). Di Indonesia, hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan karena kanker paru sebesar 30%, sehingga untuk sementara Indonesia menduduki peringkat ke - 4 penderita kanker paru terbanyak di dunia (Depkes RI, 2004). Insidensi kanker paru 1

2 cenderung meningkat hingga 0,5% setiap tahunnya, terutama di negara negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia memiliki prevalensi yang tinggi terhadap salah satu faktor risiko kanker paru yaitu konsumsi rokok (World Health Organization & DepKes RI, 2003). Indonesia menduduki peringkat ke 3 konsumsi rokok di dunia dan prevalensinya akan terus meningkat hingga 5 tahun akan datang (World Health Organization, 2008). Berdasarkan keterangan Global Adult Tobacco Survey (GATS), sebuah survei global standar untuk memonitor penggunaan tembakau di suatu negara, prevalensi perokok aktif pria di Indonesia sebesar 67,4 persen. Peningkatan konsumsi rokok di populasi ini yang akan meningkatkan pula prevalensi kejadian kanker paru (Sat Sharma, 2009). Jika pola peningkatan ini terus berlanjut, kanker paru akan semakin menjadi masalah dalam dunia kesehatan (American Cancer Society (ACS), 2007). Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit kanker paru, salah satu upayanya adalah dengan memproduksi obat anti kanker paru. Senyawa anti kanker paru yang berasal dari substansi sintesis tersebut digunakan untuk proses kemoterapi. Pemberian kemoterapi

3 sebagai pengobatan pada kanker paru sering menimbulkan efek samping berupa mual, muntah (Abdul muthalib, 2006), kelelahan, kehilangan nafsu makan (National Cancer Center Singapore, 2009) dan kerontokan rambut (Wills et al., 1981). Penderitaan yang dialami pasien akan memperburuk kondisi psikologis pasien sehingga proses penyembuhan akan semakin lama. Selain hal di atas, usaha penyembuhan kanker paru dengan obat sintesis masih dianggap terlalu mahal oleh masyarakat sehingga mereka cenderung takut untuk melanjutkan terapi (Indrayani dkk., 2006). Hal tersebut mendorong dilakukannya pencarian sumber obat baru yang berasal dari alam, salah satunya adalah tanaman herbal. Kekayaan Indonesia akan tanaman herbal merupakan suatu keuntungan untuk mengembangkan berbagai penelitian di bidang medis (Indrayani dkk., 2006). Beberapa penelitian mulai diarahkan pada pengujian potensi bahan alam sebagai agen kemoterapi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sensitivitas sel kanker serta mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Agen kemoterapi umumnya memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan tumor (sitotoksik) melalui mekanisme cell cycle arrest (Saphiro and Harper, 1999),

4 kemampuan induksi apoptosis (Fisher, 1994) ataupun menghambat ekspresi protein yang berperan dalam induksi apoptosis (Kitagawa, 2006). Pengendalian apoptosis dihubungkan dengan gen yang mengatur siklus sel, termasuk di antaranya gen p53, Rb, myc, caspase 9 dan lain-lain. Beberapa jenis gen berfungsi sebagai penghambat apoptosis, di antaranya keluarga gen Bcl-2 (Kumar et al., 2010). Pada sel kanker paru terdapat kelompok gen tumor supressor yakni gen p53 dan Rb (Zeiss, 2003). Semua proses ini merupakan efek toksik yang pada akhirnya menimbulkan kematian pada sel kanker (Ren et al., 2003). Pimpinella alpina merupakan salah satu tanaman herbal yang berpotensi untuk mengobati penyakit kanker. Tanaman ini berupa semak kecil yang dapat dengan mudah dijumpai di Indonesia, khususnya di daerah dataran tinggi. Salah satu penelitian biomolekular uji kandungan menyatakan bahwa akar Pimpinella alpina ini mengandung substansi kimia yang unik yaitu limoneria, dranethole, asam kafeat, anisheton (Suzery M, 2004), senyawa turunan sterol, saponin dan alkaloida (Lubis dkk., 1975), turunan senyawa kumarin yaitu senyawa bergapten (Syahid dkk., 2004). Dalam penelitian lain

5 dikatakan bahwa zat aktif berupa saponin dan sterol pada tanaman purwaceng (Pimpinella alpina) terbukti secara empirik berkhasiat meningkatkan daya seksualitas dan daya gairah pria (afrodisiak) (Suzery M, 2004). Selain itu, zat aktif yang lain berupa limoneria, dranethole, asam kafeat, anisheton pada tanaman purwaceng (Pimpinella alpina) ini dipercaya dapat mengobati lemah syawat dan meluruhkan air seni (diuretik) (Suzery M, 2004). Purwaceng (Pimpinella alpina) juga mempunyai zat aktif berupa turunan senyawa kumarin yaitu senyawa bergapten, iso-bergapten yang bermanfaat sebagai obat analgetika, anti piretika, sedativa, anti helmitika, anti fungi, anti bakteri, dan anti kanker (Syahid dkk., 2004). Kumarin secara khusus merupakan zat yang berguna sebagai anti kanker pada sel kanker. Kumarin yang terkandung dalam akar Pimpinella alpina dalam bentuk kumarin psoraldin. Psoraldin adalah furanokumarin alami terisolasi dari coryfoliapsoralea yang memiliki sifat anti kanker yang memicu apoptosis pada sel kanker tanpa toksisitas terhadap jaringan normal (Bronikowska J et al., 2011). Selain kumarin, kandungan alkaloid diketahui juga berpotensi sebagai agen anti kanker dengan

6 menghambat proliferasi (antiproliferatif) dan menginduksi proses apoptosis dari sel kanker tersebut (Sreelatha et al., 2009). Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat diketahui bahwa perlu adanya alternatif pengobatan baru untuk kanker paru dengan menggunakan metode herbal. Kandungan zat aktif yakni kumarin psoraldin dan alkaloid pada akar tanaman Pimpinella alpina dapat dijadikan acuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai efektivitas akar Pimpinella alpina pada penyembuhan penyakit kanker paru melalui aktivitas anti kanker yaitu kemampuan menginduksi apoptosis pada sel kanker paru. Pada penelitian ini, ekstrak air Pimpinella alpina diharapkan mampu memberikan efek sitotoksik dengan menginduksi apoptosis pada sel kanker paru melalui berbagai jalur ekspresi protein gen yakni p53, Rb, Bcl-2, dan Caspase-9. I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ekstrak air Pimpinella alpina mengandung zat aktif kumarin dan alkaloid?

7 2. Apakah ekstrak air Pimpinella alpina memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker paru A549? 3. Apakah efek sitotoksik ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549 terjadi melalui mekanisme induksi apoptosis? 4. Apakah induksi apoptosis pada pemberian ekstrak air Pimpinella alpina terjadi melalui jalur ekpresi protein berbagai gen apoptosis? I.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kandungan kumarin dan alkaloid pada ekstrak air Pimpinella alpina secara kualitatif 2. Untuk mengetahui efek sitotoksik ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549 3. Untuk mengetahui kemampuan induksi apoptosis ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549 4. Untuk mengetahui mekanisme jalur apoptosis ekstrak air Pimpinella alpina terhadap sel kanker paru A549 melalui jalur ekspresi protein berbagai gen apoptosis I.4. Keaslian Penelitan Belum ada penelitian yang membahas mengenai efek purwaceng (Pimpinella alpina) terhadap kanker. Selama

8 ini, penelitian terkait purwaceng (Pimpinella alpina) hanya sebatas mengenai kandungan kimianya dan efek fertilitasnya. Penelitian Oleh Popppy Dea Bertha tahun 2010 menyebutkan bahwa ekstrak purwaceng (Pimpinella alpina) memiliki efek meningkatkan spermatogenesis pada ikan lele jantan (Clarias Sp.) dengan indikator peningkatan bobot testis dan nilai spermatokrit. I.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kegunaan Pimpinella alpina sebagai agen kemoterapi dengan menginduksi apoptosis sel kanker paru dan sebagai dasar informasi ilmiah untuk mengkaji lebih lanjut pemanfaatan Pimpinella alpina dalam terapi anti kanker baru. Selain itu, secara aplikatif penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakan Pimpinella alpina sebagai salah satu alternatif terapi pengobatan untuk kanker paru.