TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Danau Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya (Yazwar, 2008). Danau merupakan satu contoh perairan tergenang selain rawa, situ, waduk, telaga, embung dan lainnya (Bratadiredja, 2010). Menurut Effendi (2003), berdasarkan tingkat kesuburannya, danau dapat diklasifikasikan menjadi 3 sebagai berikut : a. Oligotropik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini memiliki kadar unsur hara mitrogen dan fosfor rendah, namun cnderung jenuh dengan oksigen. b. Mesotropik (unsur hara dan produktivitas sedang), yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomassa sedang. Perairan ini merupakan peralihan antara oligotropik dan eutropik. c. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi), yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini memiliki tingkat kecerahan yang rendah. Menurut Bratadiredja (2010) karakteristik dasar ekosistem perairan tergenang yaitu memiliki arus yang tenang (atau bahkan tidak ada arus), organismenya tidak membutuhkan adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu (khusus perairan terganang dengan kedalaman lebih dari 100 meter), ada stratifikasi kolom air (pada perairan dalam), substrat dasar umumya berupa lumpur halus. Selain itu menurut Lukman dkk (2012), kondisi morfometri memberikan karakteristik spesifik perairan danau, seperti
waktu simpan air yang dapat menggambarkan berbagai potensinya, sebagai sumber air maupun potensi produksi hayati, serta menentukan tingkat kepekaan terhadap pengaruh beban material dari daerah tangkapannya. Menurut Mulyawan (2013), danau memiliki perbedaan ukuran dan kedalaman, tergantung pada cara terbentuknya, seperti di bawah ini: 1. Danau yang disebabkan oleh pengikisan a. Danau gletser, terbentuk bila gletser dan lembaran es mengeruk permukaan bumi dan membentuk ceruk. Kemudian ceruk ini terisi air dan membentuk danau. b. Danau lekukan gurun, terbentuk didaerah kering tempat angin menghasilkan lekukan. Bila dasar lekuk tersebut mencapai muka air tanah, maka terbentuklah sebuah danau. Contohnya iyalah oase gunung di seluruh dunia. 2. Danau yang disebabkan oleh kegiatan vulkanik a. Danau kaldera, terbentuk bila didalam kaldera atau bagian tengah gunung berapi yang runtuh terkumpul air. Danau ini umumnya bulat dan dalam. danau Toba di Sumatera Utara adalah suatu danau kaldera. b. Danau kawah, terbentuk bila dalam kawah, atau lubang bulat mirip corong dipuncak gunung berapi terkumpul air. Contohnya ialah danau Kawah Putih di Jawa Barat, danau Kelimutu di Nusa Tenggara Timur. c. Danau bendungan lava, terbentuk bila aliran lava gunung berapi menyumbat lembah sungai dan menyebabkan terbentuknya danau. Contohnya adalah danau Purba Bandung di Jawa Barat. 3. Danau yang dihasilkan oleh gerakan bumi
a. Danau sesar, terjadi jika pergeseran di kerak bumi, maka tterbentuklah lekukan atau lembah retak yang kemudian dapat menjadi danau. 4. Danau yang dihasilkan oleh sungai dan laut a. Danau tapal kuda, dihasilkan bila sungai yang berkelok-kelok melintasi daratan mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya membentuk danau tepal kuda. b. Danau delta, terbentuk di sepanjang pantai yang arus pantainya mengendapkan pasir dan membentuk gosong pasir. Akhirnya, gosong pasir itu sama sekali memisahkan sebagian kecil laut, dan dengan demikian membentuk laguna. Delta-delta terbesar di dunia mempunyai danau delta atau laguna. Danau Toba Ekosistem Kawasan Danau Toba terletak di dataran tinggi Bukit Barisan di Provinsi Sumatera Utara, secara geografis terdapat antara koordinat 2º10 LU - 3º0 LU dan 98º20 BT - 99º50 BT dengan luas permukaan air danau 112.959 ha. Ekosistem Kawasan Danau Toba secara administratif terletak di 7 (tujuh) kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo (Nasution, dkk., 2010). Dengan banyaknya kota-kota wisata di tepi Danau Toba dan di Pulau Samosir beserta pemukiman yang ada serta segala aktifitas domestik, pertanian, peternakan dan lainnya, maka secara kumulatif seluruh aktifitas itu akan memberikan kontribusi terhadap kualitas badan air danau. Selain kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan, pada saat ini telah banyak dikembangkan budidaya ikan mas dan nila yang
dikembangkan dengan jaring apung yang terdapat di seluruh wilayah danau baik yang dikelola perorangan maupun beberapa perusahaan. Demikian banyaknya aktivitas yang terjadi di sekitar dan dalam badan air wilayah danau termasuk banyaknya transportasi motor air dan kapal-kapal penumpang yang beroperasi di wilayah perairan danau, maka tentu kualitas badan air danau akan mengalami perubahan dengan beban introduksi segala material dan energi yang diterima oleh lingkungan perairan Danau Toba tersebut (Sagala, 2012). Danau Toba merupakan danau vulkano tektonis akibat proses tanah terban (subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Berdasarkan keadaan nutrisinya, Danau Toba tergolong danau yang memiliki kandungan nutrien sedikit dan produktivitas primernya juga rendah, kondisi ini disebut ologotropik (Yazwar, 2008). Danau Toba termasuk perairan lentik (lentic water), atau disebut juga perairan tenang. Danau Toba merupakan suatu perairan yang banyak dimanfaatkan oleh beberapa sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan laut, dan juga merupakan sumber air minum bagi masyarakat di kawasan Danau Toba. Adanya berbagai aktivitas manusia di sekitar danau tersebut, sehingga Danau Toba akan mengalami perubahan ekologis di mana kondisinya sudah berbeda dengan kondisi alaminya (Silalahi, 2009). Permasalahan utama yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalarn danau sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian, lirnbah dari budidaya perikanan di dalam keramba serta limbah rninyak yang berasal dari aktivitas transportasi air. Selain itu terjadi perusakan kawasan hutan berupa
penebangan hutan untuk berbagai keperluan di sekitar danau yang menyebabkan terjadinya fluktuasi alirau air yang rnasuk ke dalarn ekosistem danau (Barus, 2004). Dalam penelitian Haro (2013), menyatakan bahwa evaluasi kondisi kualitas air di perairan Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison menggunakan metode Storet, dapat disimpulkan status mutu air perairan Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison termasuk ke dalam kelas C yaitu tercemar sedang. Hal ini diduga adanya beban masukkan berupa limbah dari kegiatan budidaya dan limbah rumah tangga di sekitar perairan Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison menyebabkan nilai ammonia, nitrat dan fosfat tinggi. Tigaras Nagori Tigaras merupakan salah satu Nagori di Simalungun yang terkenal dengan tempat pariwisatanya, yakni seperti Pantai Paris, Pantai Garoga dan lain sebagainya. Nagori Tiga Ras merupakan satu-satunya alternatif penyeberangan ke Samosir dan Tapanuli pada masa itu sebelum terbentuk pelabuhan di Parapat, Tomok dan lain sebagainya. Namun sarana penyeberangan kapal baru dibuka pada tahun 2007. Secara geografis Nagori Tigaras berada dikecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun. Ketinggian desa rata rata di atas 862-900 m diatas permukaan laut dan rata-rata suhu sekitar 25 C dengan kategori daerah Dingin/Sejuk dan dengan luas wilayah sekitar 1209 Ha. Nagori Tigaras berada di bagian selatan Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pematang Sidamanik, sebelah barat dengan Danau Toba, sebelah utara dengan Nagori Togu Domu Nauli, dan sebelah timur berbatasan dengan Danau Toba (Girsang, 2015).
Panjang pantai pada desa Tigaras ini lebih kurang 15 km. Jika lebar pinggiran danau yang dipergunakan untuk budidaya rata-rata 50 meter maka luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan untuk pemasangan keramba jaring apung ini lebih kurang 750.000 m 2 atau 75 ha. Karena perairan danau ini merupakan perairan yang tenang sehingga pencemaran limbah yang diakibatkan oleh penggunaan pakan dan obatobatan pada keramba-keramba ini terkonsentrasi pada kawasan perairan selebar lebih kurang 50 meter sepanjang pantai yang digunakan untuk penempatan keramba. Jumlah keramba apung masyarakat di desa ini tercatat 200 unit dengan luas masingmasing keramba 1 m 2, jadi luas total keramba milik masyarakat di desa ini 200 m 2. Perairan Tigaras yang merupakan bagian dari wilayah Danau Toba memiliki karakteristik pinggiran danau yang cukup landai dan didominasi oleh pasir putih kecoklatan dan bebatuan serta dikelilingi oleh perbukitan. Perairan ini juga cukup dangkal dan memiliki gelombang yang tidak cukup deras.
Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Danau Karakteristik sumberdaya danau meliputi parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi. Ekosistem dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Lingkungan sekitar danau juga mempengaruhi keberadaan sumberdaya alam danau. Parameter fisika meliputi temperatur atau suhu perairan, kecerahan perairan danau, warna perairan, dan kandungan Total Suspended Solid (TSS). Parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya: Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), ph, Nitrogen dan Fosfor total (Effendi 2003). Parameter biologi perairan meliputi seluruh organisme yang seluruh atau sebagian hidupnya di air. Secara fisik, lingkungan berarti wadah atau tempat berlangsungnya suatu sistem kehidupan organisme atau suatu komunitas. Lingkungan sekitar danau merupakan kawasan sekitar danau yang masih mempengaruhi keberadaan danau tersebut meliputi vegetasi sekitar danau. Kondisi lingkungan akan berubah jika terjadi perubahan di dalam ekosistem atau sebaliknya masing-masing saling mempengaruhi dalam suatu keseimbangan yang dinamis dan merupakan satu kesatuan fungsional. Dengan demikian, ekosistem meliputi seluruh mahluk hidup dan lingkungan fisik yang mengelilinginya, dan merupakan suatu unit yang mencakup semua mahluk hidup dalam suatu area yang memungkinkan terjadinya interaksi dengan lingkungannya, baik yang bersifat abiotik meupun biotik. Keseluruhan unsur tersebut penting untuk diketahui guna menjaga kelestarian dan keberadaaan sumberdaya dan lingkungan danau (Bratadiredja, 2010). Proses eutrofikasi merupakan proses alamiah pada beberapa danau. Tetapi bila terjadi kontaminasi fosfat dan nitrat karena aktivitas manusia yang berlangsung terus
menerus, maka proses eutrofikasi tersebut meningkat secara drastis. Kejadian eutrofikasi ini merupakan masalah yang terbanyak ditemukan di dalam danau, terutama bila danau tersebut berdekatan dengan daerah urban (Darmono, 2001). Parameter Fisika Perairan Suhu Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air juga memperlihatkan peningkatan dengan naiknya suhu yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, 2003). Bedasarkan suhunya, suatu badan air dapat dibagi atas epilimnion dan hipolimnion. Bagian epilimnion merupakan lapisan air bagian atas yang mendapat panas dari sinar matahari sehingga air bagian atas lebih panas dan ringan, sedangkan hipolimnion yaitu lapisan bawah yang tidak terkena cahaya matahari. Karena berbedanya suhu perairan berdasarkan kedalamannya maka pengukuran suhu badan air selalu diukur berdasarkan kedalaman yang berbeda. Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan thermometer. Suhu permukaan air dapat diukur dengan thermometer biasa. Suhu air padaberbagai lapisan dapat diukur dengan menggunakan tletermometer atau thermometer biasa yang dibenamkan dalam air (Suin, 2002). TSS (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi total (Total Suspension Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter 0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik yang terutama disebabkan kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi 2003). Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. TDS (Total Dissolved Solid) Nilai TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik (berupa limbah domestic dan industri). Rasio antara padatan terlarut dan kedalaman rata-rata perairan merupakan salah satu cara untuk menilai produktivitas perairan. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan. Selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya yang matahari kekolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003). Kecerahan Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kecerahan juga mempengaruhi pertumbuhan beberapa organisme atau biota perairan.
Parameter Kimia Perairan ph Air Nilai ph menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan. Organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai ph netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan basah lemah. Nilai ph yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan ph tertentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup organisme (Barus 2004). Kelarutan Oksigen (Dissolved Oxygen) Menurut Effendi (2003), menyatakan bahwa oksigen terlarut (DO) adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air yang berasal dari hasil fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air serta hasil difusi dari udara. Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Menurut Barus (2004), selain pengukuran konsentrasi oksigen juga perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 8 mg/l. Kandungan oksigen terlarut rata rata di Danau Tasikardi adalag 3,93 ppm berkisar antara 3,1 4,87 ppm. Berdasarkan penelitian, rendahnya kandungan oksigen di Danau Tasikardi disebabkan bahan pencemar yang masuk ke perairan. Kandungan oksigen yang rendah juga disebabkan oleh kecerahan di Danau Tasikardi tergolong rendah, karena kecerhan yang rendah proses fotosintesi yang dilakukan fitoplankton tidak optimal sehingga kandungan oksigen terlarut pun rendah (Adawiyah, 2011). BOD (Biological Oxygen Demand)
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup di dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut (Nugroho, 2006). Dalam penelitian Barus (2004) menyatakan hasil pengukuran terhadap nilai BOD 5 di Danau Toba menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 1,86 mg/l diperoleh pada lokasi Simanindo (kedalaman 5 m), sedangkan nilai tertinggi sebesar 4,55 mg/l diperoleh pada lokasi Parapat (kedalaman 5 m). Nilai BOD 5 yang diperoleh pada lokasi pengamatan menunjukkan indikasi tentang kadar bahan organic di dalam air, yang berasal dari limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia. Nilai yang tinggi pada lokasi Parapat sangat berhubungan dengan pencemaran air danau oleh limbah yang dihasilkan oleh penduduk (limbah domestik), dibandingkan dengan nilai yang lebih rendah pada lokasi Simanindo. Hal inijuga menunjukkan bahwa pada lokasi-lokasi tertentu di kawasan Danau Toba telah terjadi pencemaran air yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air danau. Dari uji statistik terhadap nilai BOD 5 diperoleh bahwa nilai rata-rata BOD 5 pada kedalaman yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. COD (Chemical Oxygen Demand) COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan
secara biologis maupun terhadap yang sukar/tidak bisa diuraikan secara biologis (Barus, 2004). Nitrat Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan diketahui sebagai senyawa yang kurang berbahaya dibandingkan dengan amonium/amoniak atau nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh organisme untuk tumbuh dan berkembang (Barus, 2004). Keberadaan keramba jaring apung di daerah tujuan wisata Tigaras mempengaruhi kadar nitrogen yang berasal dari sisa pakan ikan. yang juga dapat berdampak terhadap pencemaran. Kelebihan nitrogen di dalam badan perairan juga meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang dapat memicu terjadinya blooming (pertumbuhan tidak terkendali). Fosfat Seperti halnya nitrogen, kandungan fosfor merupakan unsur yang penting dalam ekosistem air. Zat-zat organik seperti protein mengandung gugus fosfor, misalkan ATP, yang terdapat dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam penyedia energi. Keberadaan senyawa fosfor dalam ekosistem perairan adalah sangat penting terutama berfungsi dalam proses pembentukan senyawa protein dan metabolisme bagi organisme. Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya tidak lebih dari 0,1 mg/l. Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapatkan pemupukan fospat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung kadar fosfat melebihi kadar normal kebutuhan organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Isnaini, 2011).
Parameter Biologi Perairan Lingkungan perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme pathogen (berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan peternakan. Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli, yang merupakan satu diantara beberapa bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia dan hewan (Effendi, 2003). Total Coliform Parameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualits perairan adalah Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan hewan. Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal coliform tidak boleh melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak boleh lebih dari 1000 sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi 2000 sel/100ml (Pujiastuti dkk, 2013). Penelitan Haro (2013), menyatakan bahwa hasil analisis kandungan bakteri coli fecal di Danau Toba yang terletak di Kecamatan Haranggaol Horison berkisar antara 8,78 21,5 MPN/100 ml pada daerah yang terdapat aktivitas keramba jaring apung dengan nilai rata rata 16 MPN/100 ml dan ml pada daerah yang tidak terdapat
aktivitas keramba jaring apung bekisar 13,8 22,7 MPN/100 ml dengan nilai rata rata 17,2 MPN/100. Baku Mutu Kualitas Air Berdasarkam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaanya di dalam air. Kriteria mutu air dan penetapan kelas sebagai berikut : 1. Kelas Satu : Bahan baku air minum dan peruntukan lain dengan syarat kualitasair sama. 2. Kelas Dua : Prasarana/sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukanlain dengan syarat kualitas air yang sama. 3. Kelas Tiga : Prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air yang sama. 4. Kelas Empat :Mengairi pertanaman dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air yang sama. Berdasarkan penelitian Tobing (2014) di Danau Toba di Dusun Sualan Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon diperoleh data bahwa pada daerah yang terdapat keramba jaring apung digolongkan dalam kelas III yang berarti perairain tersebut masih dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan pertanaman. Namun keberadaan aktivitas keramba jaring apung yang semakin banyak diperkirakan akan memberikan dampak buruk terhadap perairan Danau Toba. Kesadaran masyarakat yang masih belum rasional akan dampak buruk dari aktivitas
keramba jaring apung menyebabkan semakin meningkatnya budidaya keramba dari tahun ke tahun. Dalam penelitian Wijana (2010), diketahui bahwa kondisi kualitas air Danau Batur yang semakin menurun dan ditambah dengan adanya gejala eutropikasi pada danau menyebabkan dalam jangka panjan ke depan ekosistem danau akan mengalami perubahan. Dampak lebih jauh adalah keindahan alam akan berubah dan berpengaruh terhadap kunjungan wisata.