RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari berbagai uraian yang penulis tulis di atas, dapat ditarik. kesimpulan sebagai berikut:

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1965 TENTANG PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN DAN/ATAU PENODAAN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AGAMA DAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PANCASILA

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

Liberalisme Hakikatnya Mengajak Orang Tak Beragama

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PNPS TAHUN 1965 TENTANG PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN DAN/ATAU PENODAAN AGAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM TATA NEGARA INDONESIA DAN FIQH SIYASAH TERHADAP SURAT KEPUTUSAN BERSAMA TENTANG JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

Pendidikan Agama Islam Bab 11 ISLAM DAN TOLERANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman,

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB III PEMAAFAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KEADAAN MABUK. A. Alasan Obyektif Pemaafan bagi Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB III SANKSI HUKUM TERHADAP PELAKU PENODAAN AGAMA DALAM KETENTUAN HUKUM DI INDONESIA

d. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Ali Imran: 19)

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA

FATWA FIQIH JINAYAH : BOM BUNUH DIRI Oleh: Nasruddin Yusuf ABSTRAK

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan. Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah

BAB IV KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM MENGENAI HUKUMAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

*** Bahaya Vonis Kafir

Makalah Pendidikan Pancasila

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA, JAKSA AGUNG, DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN MENURUT UU RI NOMOR 13 TAHUN 2006 DAN FIQH SIYASAH

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

PANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

PENDIDIKAN PANCASILA

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam

PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

dalamnya hari ini, kemudian keluar keesokan harinya. 2

NOVIYANTI NINGSIH F

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, maka menimbulkan pandangan hidup yang berbeda pula. Pandangan

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

Ringkasan Putusan.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi kebudayaan, etnis, ras, suku bangsa, dan agama. Konsekuensinya

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB I PENDAHULUAN. adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya pengakuan dari negara lain,

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.

BAB I PENDAHULUAN. Situasi kehidupan religius sebelum agama Islam disebar luaskan di

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Oleh Dr. ABDUL MAJID Harian Pikiran Rakyat

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. maksiat, kembali kepada pelakunya sendiri. 1. damai dalam seluruh lapisan masyarakat. 2

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN ISU KEBEBASAN BERAGAMA

Perkembangan Asas Hukum Pidana dan Perbandingan dengan Islam

BAB I PENDAHULUAN. Allah pada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir. 1

Perintah Pertama di Dalam Alquran

FATWA MAJLIS ULAMA INDONESIA Tentang Perayaan Natal Bersama

Dosa-dosa Besar Yang Dianggap Biasa

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PEMBELAAN TERPAKSA YANG MELAMPAUI BATAS MENURUT PASAL 49 KUHP

DAFTAR TERJEMAH. No Hal BAB Terjemahan

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Transkripsi:

BAB IV KOMPARASI KONSEP HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA TENTANG KEBEBASAN BERAGAMA DALAM STUDI RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH A. Persamaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang Kebebasan Beragama Mengenai persamaan konsep hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang kebebasan beragama, yaitu sama-sama tidak diperbolehkannya memaksakan suatu agama. Dalam konsep hukum Islam tidak diperbolehkannya memaksakan suatu agama terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut: Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada t}a>ghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Secara global dijelaskan, tujuan syara, yaitu (1) untuk memelihara agama (h}ifz} al-di>n), (2) akal (h}ifz} al- aql), (3) jiwa (h}ifz} al-nafs), (4) keturunan (h}ifz} al-nasl), dan (5) memelihara harta (h}ifz}-ma>l). Dari kelima 75

76 tujuan dasar tersebut, memelihara agama merupakan tujuan yang tertinggi tingkatannya. Dalam kebebasan beragama manusia dipandang memiliki kebebasan mutlak dalam memilih agama, seolah-olah kebebasan itu menjadi hak manusia yang tidak dapat diganggu gugat. Meskipun Islam melarang dan tidak pernah memaksa orang untuk masuk ke dalamnya, atau menyuruh keluar dari agama yang dipeluknya, karena Islam sangat menjunjung tinggi kebebasan memeluk dan meyakini agama seseorang. Allah memberi kebebasan manusia untuk memilih karena manusia dianggap sudah cukup dapat membedakan perkara yang baik dengan perkara yang bathil. Sebagaimana Islam bukanlah agama pedang yang dengan misi penyebaran dan dakwah Islamnya memaksa seseorang untuk masuk ke dalamnya. Islam adalah agama yang membawa risalah dari Nabi Muhammad untuk mengajak seseorang ke jalan kebenaran tanpa adanya paksaan. Dalam risalah yang dibawah Nabi Muhammad ialah menyampaikan, memperingatkan, bukan memaksa ataupun untuk mencela agama lain. Dengan demikian merupakan suatu aktivitas yang memiliki hubungan erat dengan masalah kebebasan beragama dan berkepercayaan. Dalam konsep hukum positif Indonesia tidak diperbolehkannya memaksakan suatu agama terdapat dalam pasal 29 ayat (2) UUD 1945, yang berbunyi, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

77 memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Walaupun pasal tersebut tidak menyebutkan secara langsung bahwasanya tidak adanya pemaksaan dalam beragama, tetapi Indonesia sebagai negara sekuler dengan argumentasi pancasila berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berarti tidak adanya ketentuan bagi warga negara Indonesia untuk memeluk agama tertentu. Dalam konteks ini bahwa setiap warga negara memiliki agama dan kepercayaan sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Dan tidak ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama memiliki macam-macam cara penyebaran, oleh karena itu setiap warga negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak konflik-konflik yang muncul di Indonesia. Dalam konteks Indonesia, kebebasan beragama diatur dalam undang-undang sebagai bebas untuk memilih dan memeluk agama tertentu, bukan bebas untuk tidak beragama. Dalam konteks ini bahwa setiap warga negara memiliki agama dan kepercayaan sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Dan tidak ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama memiliki macam, oleh karena itu setiap warga negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak konflik-konflik yang muncul di Indonesia.

78 B. Perbedaan Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang Kebebasan Beragama Mengenai konsep hukum Islam dan hukum positif di Indonesia tentang kebebasan beragama. Menurut hukum Islam dan hukum positif terletak pada kebebasan untuk tidak dengan seenaknya merubah, berpaling dan berpindah agama, karena dalam hukum Islam meskipun Islam membebaskan sesorang untuk memeluk agama yang diyakininya dan tidak diperbolehkanya memaksakan suatu agama, ternyata Islam sangat tidak setuju bahwasanya agama dipermainkan. Dimana manusia bisa sesuka hatinya keluar masuk dari agamanya. Masalah pindah agama boleh jadi adalah kegagalan manusia terbesar dalam memaknai agama sebagai sarana pertumbuhan jiwanya. Sebagai agama yang termasuk sama-sama agama dakwah dan misionaris, Islam dan Kristen memiliki misi penyebaran yang berbedabeda. Istilah-istilah Islamisasi dan kristenisasi telah menjadi bom waktu sosial yang tidak dapat kita ingkari. Fenomena yang mengejutkan sehingga terjadi kekerasan dan pengerusakan dalam menyebarkannya. kegiatan penyebaran yang seperti inilah yang memicu seorang untuk berpindah agama. Adapun faktor-faktor penyebab seseorang pindah agama bukan hanya bisa terjadi karena misi penyebaran tersebut akan tetapi bisa saja ada pengaruh dari hal lain seperti dari pergaulan, konflik jiwa, tradisi agama, ajakan, faktor emosi dan kemauan.

79 Sedangkan menurut hukum positif di Indonesia masalah pindah agama ini tidaklah menjadi persoalan urgent, karena dalam hukum Indonesia tidak ada pasal yang mengatur tentang perpindahan agama. Berdasarkan bunyi pancasila bahwa berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Sila tersebut cukup menjelaskan bahwasanya Indonesia tidak menekankan dalam satu agama saja. Negara Indonesia juga mengakui agama lain. Dan oleh karenanya Indonesia sangatlah mendukung penuh adanya kebebasan untuk memeluk agama. Ini menyatakan bahwasanya Indonesia membebaskan untuk memeluk tiap agama-agama yang telah diakui diindonesia. Terbukti dengan adanya UUD 1945 pasal 29 Pasal 28E, 28J UUD 1945, yang mengaitkan kebebasan beragama dengan hak asasi manusia.mengenai ketentuan agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik dan Khong Cu dapat dilihat dalam UU. No.1/PnPs/1965. Sedangkan agama-agama yang dianut diluar ketentuan tersebut dianggap sebagai aliran agama yang sesat. Meskipun begitu orang yang menganut aliran tersebut dalam hukum Indonesia tidak dapat dijatuhi hukuman. Selama orang yang menganut aliran tersebut tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi dan menimbulkan konflik sesamanya. Oleh karenanya dalam hukum positif Indonesia tidak ada pasal khusus yang mengatur tentang pindah agama, hal ini sesuai dengan bentuk ke-indonesiaan yang mengutamakan kerukukan dan solidaritas

80 keagamaan. Mengenai toleransi beragama di Indonesia tidak selalu terjaga dengan baik. Ada banyak konflik bernuansa agama yang mengubah wajah Indonesia yang terkenal dengan toleransinya menjadi negara yang penuh kekerasan antaragama. Untuk menanggulangi hal tersebut Indonesia dalam pembaharuan hukumnya menambahkan pasal 156a KUHP tentang penodaan terhadap agama, jadi orang yang melakukan delik agama tersebut dikenakan hukuman. Termasuk juga orang yang dalam menyiarkan agama dan kepercayaan yang diyakininya menimbulkan keresahan dan menimbulkan kerusakan. C. Ratiolegis Hukum Riddah Dibalik Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang Kebebasan Beragama Dalam hukum pidana Islam perbuatan pindah agama di namakan riddah yakni merupakan perbuatan kufur yang sangat keji dan menghapus semua amal jika dilakukan terus-menerus sampai mati. Sedangkan definisi riddah menurut shara ialah seorang mukallaf yang memutuskan keislamannya melalui perbuatan kufur, sedangkan dia melakukannya dalam keadaan tidak dipaksa lagi mengerti. Untuk itu, perbuatan riddah yang dilakukan oleh anak kecil, orang gila, dan orang yang dipaksa tidak dianggap karena hatinya tetap beriman. Orang yang menukar agamanya kepada agama yang bukan Islam dinamakan murtad, halal darahnya dan boleh dibunuh kecuali ia taubat dan beramal yang soleh.

81 Kemurtadan seseorang bisa dengan perbuatan, ucapan dan keyakinan. Mengenai hukumannya juga ada tiga yakni hukuman pokok (hukuman mati), hukuman pengganti (hukuman ta zi>r yang ditentukan oleh pemimpin negara, imam, khalifah), dan hukuman tambahan (pembekuan aset harta). Terdapat dua unsur jarimah murtad yakni keluar dari Agama Islam lalu menuju kekafiran dan melawan hukum. Karena memelihara keyakinan dan kebebasan memeluk suatu agama merupakan hal yang paling mendasar dalam Islam, maka Islam memandang orang yang murtad dari Islam, kemudian memusuhi Islam, baik dengan perbuatan, lisan maupun tulisan, atau mengajak Muslim lainnya untuk murtad, atau melakukan pelecehan, provokasi dan teror terhadap Islam dan kaum Muslimin adalah musuh Islam yang paling berbahaya. Itulah sebabnya Islam mengancam pelakunya dengan hukuman berat, yaitu hukuman mati. Sedangkan pelaku murtad yang belum sempat melakukan pemberontakan secara fisik, menurut sebagian ulama, diberi kesempatan untuk bertaubat, yang jika ia bertaubat maka dibebaskan dari hukuman mati. Ada juga yang mengungkap bahwasanya pindah agama tanpa memusuhi Islam ini tidak dikenakan hukuman di dunia, karena ini sesuai dengan prinsip kebebasan beragama yang diajarkan Islam. Dalam pemikiran hukum pidana di Indonesia itu juga dapat ditelusuri pada kenyataan adanya Pancasila di mana sila ke-tuhanan Yang Maha Esa yang secara tegas tercermin dari kalimat Atas berkat

82 rahmat Allah Yang Maha Kuasa, kita wajib mengaitkannya dengan pasal 29 UUD 1945. Sila ini mencerminkan adanya keimanan dan ketakwaan bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks Indonesia, kebebasan beragama diatur dalam undang-undang sebagai bebas untuk memilih dan memeluk agama tertentu, bukan bebas untuk tidak beragama, karena Indonesia adalah negara Pancasila yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Adanya ketentuan dalam hukum Islam tentang riddah yang berimplikasi adanya agama (Islam) yang lebih tinggi daripada agamaagama lain bagi Indonesia sangatlah tidak mungkin. Hal ini bertalian erat dengan sejarah bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada tahun 1945 bukan merupakan hasil perjuangan dari satu kaum agama saja, tetapi merupakan hasil perjuangan seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tak satu pun pasal-pasal yang mengatur tentang delik agama dalam hukum pidana positif Indonesia (KUHP) yang mengatur adanya larangan untuk pindah agama. Riddah bukan persoalan yang urgen untuk dimasukkan ke dalam hukum pidana nasional (KUHP) yang sekarang berlaku. Indonesia hanya menambah pasal baru (156a) tentang larangan melakukan penyalahgunaan atau penodaan suatu agama yang dianut di Indonesia serta larangan melakukan perbuatan agar orang lain tidak menganut agama apapun (ateis).

83 Mengenai hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang dalam agamanya menciptakan kerusakan dimuka bumi antara hukum Islam dan hukum positif Indonesia sebenarnya mempunyai kesamaan, karena meskipun dalam hukum Islam ada nash Al-Qur an maupun hadist yang menerangkan tentang siapa saja yang keluar dari agama maka bunuhlah ia, akan tetapi ternyata hukum Islam ini tidak membenarkan bahwasanya tiap orang yang keluar dari agamanya itu dihukum mati, dalam Islam orang yang dapat dijatuhi hukuman mati adalah orang murtad yang menimbulkan pemberontakan. Dan ia dihukum bukan hanya dasar kemurtadannya, ia dihukum karena ia telah melakukan pemberontakan yang berniat memusuhi orang muslim. Dalam hal ini ternyata hukum positif Indonesia juga sejalan dengan hukum Islam, meskipun hukum Indonesia tidak dapat menerapkan hukum riddah ini kedalam hukum nasional, akan tetapi di Indonesia juga menghukum orang yang dalam menyiarkan agamanya atau orang yang merusak aqi>dah Islam yang dalam menimbulkan keresahan masyarakat itu diancam hukuman. Dan hukumannya diserahkan kepada hakim. Karena Indonesia tidak bisa menghukum mati seseorang dalam perkara tersebut.

84 D. Kekurangan dan Kelebihan Ratiolegis Hukum Riddah Dibalik Konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia Tentang Kebebasan Beragama Kekurangan dan kelebihan ratiolegis hukum riddah dibalik konsep Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia tentang kebebasan beragama pasti ada. Kekurangan pada Hukum Islam adalah sikap mendua dari Al-Qur an yang menjelaskan bahwasanya Allah menyerukan kebebasan untuk beragama (Tidak adanya paksaan memasuki agama Islam), akan tetapi Allah juga mengancam orang yang keluar dari Islam itu diancam akan mendapat siksa dan merekalah nantinya yang akan kekal di neraka. Kedua keterangan tersebut bisa menimbulkan perbedaan pendapat dan kesalahfahaman apabila ada orang awam (sedikit dalam pengetahuan) atau orang yang hanya memahami satu keterangan itu saja tanpa dibarengi pemahaman keterangan bahwasanya Allah juga memberikan siksa kepada orang yang berpindah agama sebagaimana sebelumnya ia telah beriman. Kelebihan dari hukum Islam adalah kejelasan dalam menjatuhi hukuman bagi orang yang ingin berpaling dari agamanya. Bahwasanya orang yang murtad dari agamanya akan kekal di neraka. Sejatinya tidak ada hukuman didunia yang diberikan bagi orang murtad melainkan hukumannya yakni Allah-lah yang mempunyai hak untuk menghukumnya. Karena Hakim yang paling adil adalah Allah. Kekurangan dari hukum positif di Indonesia adalah bahwasanya peraturan perundang-undangan yang menyatakan adanya kebebasan

85 beragama ini kurang dipertegas, Indonesia hanya menghukum orang yang dalam agamanya memperolok agama lain. Dalam kenyataanya hal ini telah banyak disalahgunakan oleh sekelompok agama untuk memaksa seseorang masuk keagama yang dianutnya dengan berbagai macam cara. Kelebihan dari hukum positif di Indonesia adalah banyaknya pasal yang menjamin adanya keadilan bagi bangsa dan negara. Oleh karenanya hukuman mati bagi orang yang berpindah agama tidak dapat diterapkan di Indonesia karena Indonesia adalah negara pancasila yang berketuhanan yang Maha Esa.