PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

dokumen-dokumen yang mirip
EKSPERIMENTAL PEMBUATAN SPIRAL DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MESIN FREIS UNTUK PENGEMBANGAN PROGRAM PRAKTIKUM LABORATORIUM PEMESINAN

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

M O D U L T UT O R I A L

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

BAB II LANDASAN TEORI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

c. besar c. besar Figure 1

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

Gambar 1. Kepala tetap, tampak spindel utam a mesin

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

MODUL PROSES PEMESINAN LANJUT

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Produksi 2.2 Sistem Perencanaan Proses Produksi

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. bentuk poros transmisi horisontal dan poros transmisi. vertikal yang benar dan sesuai ukuran yang diinginkan.

2. Mesin Frais/Milling

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

BAB III MESIN FRAIS. ( Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

PROSES PEMBUATAN POROS PENGADUK PADA MESIN PENGKRISTAL GULA JAWA PROYEK AKHIR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Las MIG ( Metal Inert Gas) 2.2 Sejarah Las MIG

PERANCANGAN ALAT BANTU PEMBUATAN BENDA TIRUS PADA MESIN BUBUT DENGAN PENDEKATAN METODE DFMA UNTUK MENGOPTIMALKAN WAKTU PROSES.

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

ANALISIS HASIL PEMOTONGAN PRESS TOOL PEMOTONG STRIP PLAT PADA MESIN TEKUK HIDROLIK PROMECAM DI LABORATORIUM PEMESINAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling)

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

RODA GIGI LURUS. 1. Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus dengan mesin bubut sesuai dengan ukuran gambar kerja.

BAB II LANDASAN TEORI

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

Mesin Perkakas Konvensional

BAB 3 PERANCANGAN PROSES PENGERJAAN KOMPONEN PROTOTYPE V PISTON MAGNETIK

MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI. CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK PEMESINAN LANJUT. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Pemesinan Lanjut. Disusun Oleh :

MATERI MATAKULIAH PROSES PEMESINAN I

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

PEMBUATAN PRODUK KUNCI CHUCK BOR DENGAN SISTEM DIMENSI PADA BEVEL GEAR MODUL 1,5 MM DENGAN SUDUT POROS 90 0

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Persiapan Kerja Bubut

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd

PERBEDAAN WAKTU PENGERJAAN PADA PEMOGRAMAN INCREMENTALDAN ABSOLUTE PADA MESIN CNC MILLING TU 3A. Aep Surahto 1)

BAB 6 MENGENAL PROSES BUBUT (TURNING)

BAHAN AJAR BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

2 1. Jenis Mesin bubut berdasarkan ukurnnya secara garis besar dibedakan menjadi:

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Transkripsi:

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN Abstrak Sunarto, Hartono, Suyadi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS, Semarang 5075 E-mail : sunarto.polines@gmail.com Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dalam pembuatan Taper Sleeve untuk mesin bor koordinat Aciera TA yang nantinya akan digunakan sebagai asesoris mesin bor pada operasional praktikum laboratorium pemesinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data teknis tentang proses pembuatan Taper Sleeve atau sarung pengurang dengan memanfaatkan sarana dan prasarana mesin frais maupn mesin bubut yang ada di laboratorium pemesinan. Mesin bor koordinat merupakan kombinasi antara mesin bor dengan mesin frais universal memberi banyak kemungkinan kepada kita untuk membuat pekerjaan yang sangat rumit. Metode penelitian eksperimental yang dilakukan yaitu, melakukan perhitungan awal sesuai dengan data taper sleeve yang diinginkan, lalu menyiapkan peralatan yang digunakan, kemudian melakukan pen-setting-an antara benda kerja dengan cutter, dan yang terakhir melakukan pemotongan. Hasil penelitian eksperimental ini adalah asesoris mesin bor koordinat sebagai pendukung program praktikum bagi mahasiswa jurusan teknik mesin Polines, di mana alat ini sering kali digunakan saat melakukan pekerjaan pada laboratorium pemesinan.. Kata Kunci : taper sleeve, mesin bor koordinat. 1. Pendahuluan Produk-produk pengeboran dan pelebaran lubang sangat bergantung terhadap persediaan asesores mesin itu sendiri, taper sleeve salah satunya perlengkapan yang mutlak harus dipunyai, bahkan banyak sekali digunakan pada mesin-mesin produksi, dimana kualitas dan ketelitiannya sebagian besar mengandalkan asesores taper sleeve ini. Pada dasarnya pengeboran ataupun pelebaran lubang ini sama saja dengan pembuatan lubang dengan menggunakan mesin bor koordinat, dimana taper sleeve ini fungsinya adalah sebagai pemegang mata bor yang mempunyai bentuk khusus, yang dapat memberikan gerakan yang diharapkan oleh bagian mesin lainnya sehingga dapat memutarkan mata bor untuk proses pemotongan dalam pembuatan lubang. Gambar 1. Contoh bentuk-bentuk taper sleeve Teknologi dalam proses pembuatan lubang dengan mesin bor koordinat merupakan metode yang nantinya akan digunakan untuk praktikum laboratorium pemesinan pada semester 5 dan 6 untuk konsentrasi produksi, dimana eksperimen ini dilakukan untuk mendapatkan data-data teknis sebelum mengoperasikan mesin bor koordinat sebelum mahasiswa melaksanakan pekerjaan tersebut. Inovasi dan pengembangan dari penelitian ini adalah pembuatan asesoris alat pemegang mata bor pada mesin bor koordinat dengan menggunakan prinsip pengeboran seperti biasa pada mesin bor konvensional, dimana program ini akan memperlancar dalam operasional praktikum di laboratorium pemesinan. Untuk mendapatkan pemahaman yang komperhensif, penelitian difokuskan pada pembuatan taper sleeve dengan bentuk dasar pembubutan tirus dimana proses pembuatannya menggunakan mesin bubut CNC dan cutter (pisau potong) HSS. Parameter pembuatan taper sleeve-nya yaitu depth of cut (kedalaman pemakanan) dan 105

feeding (kecepatan pemakanan), sedangkan putaran pisau potong disesuaikan dengan diameternya. Kinerja program dianalisis berdasarkan dari hasil yang didapat selama dan sesudah proses praktikum laboratorium dilakukan. Pengujian hasil benda kerjanya juga dilakukan guna mendapatkan ukuran yang diinginkan sehingga mempunyai kelayakan dan keunggulan dalam aplikasinya. Untuk mendapatkan pemahaman karakteristik proses pembuatan taper sleeve/sarung pengurang secara komperhensif, penelitian difokuskan pada : (i) Pemilihan metode yang sesuai dengan bentuk dan bahan dasar dari taper sleeve/sarung pengurang yang dibuat. (ii) Penggunaan akhir dari yang digunakan sebagai asesoris mesin saat praktikum laboratorium pemesinan mahasiswa semester V dan semester VI. (iii) Pengambilan data-data teknis dari hasil pembuatan taper sleeve / sarung pengurang. Keseluruhan tahapan penelitian ini akan memberikan tiga luaran sebagai kontribusi, yaitu: (a) Proses pembuatan taper sleeve/sarung pengurang yang sesuai dengan proses yang sebenarnya akan mahasiswa lakukan. (b) Data-data teknis dari hasil pembuatan benda kerja praktikum sebagai pendukung pada waktu sosialisasi ke mahasiswa. Pembuatan jobsheet untuk praktikum laboratorium pemesinan. 1.1 Tujuan Penelitian Proses pembuatan taper sleeve/sarung pengurang dengan mesin bubut CNC bertujuan untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya bagaimana tingkat kesulitan maupun mendapatkan data-data teknis yang mendukung program praktikum yang akan diterapkan kepada mahasiswa di semester V dan semester VI, sehingga dalam pelaksanaan nantinya tidak terjadi kesalahan dalam urutan proses praktikum di laboratorium pemesinan. Pemilihan metodenya tergantung kondisi bahan baku material dan aplikasi akhir penggunaan 106 benda kerja hasil taper sleeve/sarung pengurang-nya. Dari uraian di atas penelitian ini mempunyai tujuan : a. Pembuatan asesoris benda kerja taper sleeve/sarung pengurang yang bervariasi bentuknya, dengan menggunakan fasilitas mesin CNC dan peralatan yang ada di laboratorium CNC. b. Merancang dan menghitung untuk mendukung pembuatan taper sleeve/sarung pengurang berdasarkan teori yang didapatkan dari teknologi mekanik. c. Data-data teknis hasil praktikum pada laboratorium pemesinan dapat digunakan referensi untuk pembuatan taper sleeve/sarung pengurang selanjutnya. 1. Manfaat Penelitian Salah satu komponen mekanisme pencekam pada mesin bor koordinat, menggunakan taper sleeve dimana rahang tirus pencekam bor yang ada di dalamnya, Sleeve digunakan untuk mencekam alat potong yang tangkainya berbentuk tirus (taper shank). Ukuran ketirusan sesuai standar internasional yang disebut Morse Taper (MT). Pada spindel utama mesin bor terdapat lubang celah yang digunakan untuk melepas drill chuck maupun sleeve. Untuk melepasnya digunakan baji / counter sleeve yang terbuat dari plat yang berbentuk tirus..tinjauan Pustaka.1 Karakteristik Mesin Bor Koordinat Mesin-mesin bor yang dibahas di atas terutama ditujukan untuk mempertinggi produksi dari pekerjaan pengeboran biasa. Dengan pekerjaan pengeboran lubanglubang yang diameter-diameternya dan jarak-jaraknya mempunyai toleransi beberapa per sepuluh millimeter. Bila perlu diameter lubang-lubang itu dapat dibuat tepat sekali ukurannya dengan peluasan atau pengkoteran secara halus. Tetapi yang lebih sukar ialah untuk menetapkan toleransi dari jarak-jarak lubagng, karena penggoresan yang sangat teliti dari suatu

benda kerja adalah sukar dan memakan waktu lama serta tetap diragukan apakah hasil akhirnya akan baik, pada jumlahjumlah besar kita gunakan mal-bor. Agar tidak tergantung dari penggoresan, kita gunakan mesin bor koordinat untuk pembuatan poros bor terhadap benda kerja melalui dua buah hantaran yang saling menyiku dengan ketelitian sampai seperseribu millimeter. Pada hakekatnya mesin bor koordinat itu merupakan sebuah mesin ukur yang sangat kaku, dengan mana dapat dilakukan pengeboran. Poros bor yang dapat digeser vertical adalah sedemikian rupa beratnya, sehingga dapat digunakan untuk mengefreis dan mengkoter. Oleh keausan yang terjadi secara perlahan-lahan poros-poros sekerup dengan nonius tidak cocok untuk penyetelan benda kerja yang begitu teliti. Adalah lebih baik, kalau dipakai jam ukur dikombinasikan dengan blok ukur. Mesin-mesin bor koordinat yang besar hampir semuanya dilengkapi dengan istem penyetelan ecara optis. Untuk ini dipasang sebuah mistar yang diukur sangat teliti untuk kedua arah. Dengan bantuan teromolteromol micrometer dan miskroskopmikroskop penyetel, pada mistar ini dapat dibaca penggeseran dalam micron. Untuk dapat menyetel mesin-mesin ini, kita harus bertolak dari sebuah titik nol. Untuk ini kita dapat mengambil tiap sembarang titik, tetapi juga salah satu lubang yang harus dibor. Waktu penulisan ukuran-ukuran pada gambar harus selalu diperhitungkan berbagai kemungkinan itu. Gambar. Mesin bor koordinat. Perhitungan Ketirusan Taper Sleeve Yang dimaksud bentuk tirus disini adalah bentuk silinder dimana ukuran diameter di kedua ujungnya tidak sama. Pada pembubutan tirus, jalan yang ditempuh oleh pahat harus membuat sudut dengan sumbu benda-kerja. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membentuk tirus dengan mesin bubut, yaitu menggunakan eretanatas, menggunakan taper attachment dan menyetel senter kepala-lepas agar tak sentris (sumbu kepala-lepas tidak satu sumbu dengan sumbu poros-utama mesin bubut). Membubut tirus menggunakan penggeseran senter kepala-lepas, benda-kerja dipasang di antara dua senter. Kedudukan badan kepala-lepas digeser arah melintang terhadap alasnya, dengan demikian garis sumbu benda-kerja menyudut terhadap sumbu poros-utama. Kepala-lepas Badan kepala-lepas Alas kepala-lepas Spindel Gambar 3. Penggeseran kepala-lepas Jika pada kedudukan tersebut benda-kerja disayat oleh pahat yang melakukan gerak pemakanan memanjang (sejajar sumbu poros-utama), maka benda-kerja akan terpotong menjadi berbentuk tirus. Penggeseran badan kepala-lepas terhadap alasnya (penggeseran sumbu kepala-lepas terhahadap sumbu poros-utama) dihitung sebagai berikut : Pada gambar 4. berlaku ABCsebangun dengan EFG BC:AB = FG :EF X :AB = : l 107

Gambar 4. Posisi benda-kerja akibat penggeseran kepala-lepas Bila AB kita samakan dengan l, kita membuat kesalahan yang kecil sekali, karena hanya kecil Sehingga persamaan diatas menjadi X: AB = : l X: L = : l X = L l X = tan L atau X = L Sin Dimana : X = penggeseran kepala-lepas [mm] D = diameter terbesar tirus [mm] d = diameter terkecil tirus [mm] l = panjang bagian tirus [mm] L = panjang keseluruhan benda-kerja [mm] 3. Metode penelitia 3.1 Bahan Penelitian Eksperimental dan analisis pembuatan taper sleeve dilakukan secara bertahap, dimana pekerjaan dimulai dari studi pustaka dan studi lapangan yang dilakukan secara bersamaan untuk mendapatkan pilihan proses pembuatan taper sleeve yang tepat. 108 Tahapan selanjutnya adalah pembuatan alat bantu pencekaman benda kerja. Disusul, pembuatan taper sleeve dengan proses yang dipilih, yaitu proses mesin CNC. Sedangkan bahan yang dipakai sebagai bakalan taper sleeve dari St.60, dimana bahan ini nantinya yang akan digunakan untuk program praktikum mahasiswa. Hasil taper sleeve yang dibuat dianalisa, untuk mendapatkan gambaran dan data-data yang diinginkan, sehingga akan sesuai dengan tujuan program praktikum bagi laboratorium pemesinan. Gambar 5. Bahan Penelitian 3. Peralatan Penelitian Peralatan utama yang yang digunakan antara lain, mesin freis universal F4 terdapat di Laboratorium Pemesinan, mesin bubut CNC terdapat di Laboratorium CNC Politeknik Negeri Semarang, dan ditunjang dengan peralatan pembantu seperti, kepala pembagi, kotak roda gigi pengganti, kepala lepas, jangka sorong. Sedangkan cutter (pahat potong) dan pahat bubutnya beli dipasaran, karena penggunaan cutter-nya akan cenderung menggunakan pemakanan sisi yang agak panjang. Peralatan yang digunakan sebagai berikut: No Nama Alat Lokasi Kegunaan Kemampuan 1 Mesin freis F4-05 Politeknik Pembuatan taper sleeve Baik Mesin bubut CNC Politeknik Pembuatan taper sleeve Baik 3 Kepala Pembagi Politeknik Peralatan pembantu Baik 4 Kotak roda gigi pengganti Politeknik Penggantian roda gigi Baik 5 Kepala lepas Politeknik Peralatan pembantu Baik 6 Cutter milling Dipasaran Pisau potong benda Baik 7 Pahat bubut Dipasaran Pisau potong benda Baik

3.4 Diagram Alir Penelitian Permasalahan : Pemahaman tentang metode pemilihan pembuatan taper sleeve, berdasarkan material taper sleeve dan penggunaan akhir. Proses pembuatan taper sleeve sebagai bahan dasar untuk program laboratorium pemesinan. Gambar 7. Proses pembuatan bakal taper sleeve Studi lapangan Studi Pustaka Spesifikasi mesin dan alat Perencanaan dan perhitungan taper sleeve Gambar 8. Peralatan mesin bubut konvensional 3.3 Langkah-langkah percobaan Proses Pembuatan Spesimen Mesin Bubut Konvensional : - Bubut diameter luar 30 mm panjang 10 mm - Membuat lubang center dengan center drill. - Membuat lubang dengan bor diameter 8 mm dan diameter 13 mm, panjang 69 mm. - Membuat step/ alur diameter 5 mm panjang 8 mm Bubut CNC : - Bubut tirus dalam diameter 16 mm, diameter 14 mm panjang 64 (MT3: 1 6 16 ) - Bubut tirus luar diameter 3 mm, 16 mm panjang 58 mm (ISO 30) Freis Konvensional : - Membuat alur diameter 8 mm x mm - Membuat lubang diameter 5 mm x 8, dengan pembegian deviding head (kepala pembagi) Pembuatan alat bantu pencekaman Pengujian alat Pembuatan taper sleeve Hasil benda taper sleeve ya Selesai 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Parameter pembuatan benda taper sleeve a. depth of cut (kedalaman pemakanan) b. feeding (kecepatan pemakanan) c. putaran pisau potong disesuaikan Tidak Membubut tirus menggunakan penggeseran senter kepala-lepas, benda-kerja dipasang di antara dua senter. Kedudukan badan kepalalepas digeser arah melintang terhadap alasnya, dengan demikian garis sumbu benda-kerja menyudut terhadap sumbu poros-utama. 109

Gambar 10. Penggeseran kepala-lepas Jika pada kedudukan tersebut benda-kerja disayat oleh pahat yang melakukan gerak pemakanan memanjang (sejajar sumbu poros-utama), maka benda-kerja akan terpotong menjadi berbentuk tirus. Penggeseran badan kepala-lepas terhadap alasnya (penggeseran sumbu kepala-lepas terhahadap sumbu poros-utama) dihitung sebagai berikut : Pada gambar 10. berlaku ABC sebangun dengan EFG BC:AB = FG : EF X :AB = : l Kepala-lepas Badan kepala-lepas Alas kepala-lepas Spindel X : AB = : l X : L = : l = L l 30-16 X = 110 = 8,547mm. 91 X = tan L atau X = L Sin Dimana : X = penggeseran kepala-lepas [mm] D = diameter terbesar tirus [mm] d = diameter terkecil tirus [mm] l = panjang bagian tirus [mm] L = panjang keseluruhan benda-kerja [mm] 5. Urutan proses Pengerjaan Gambar 1. Peralatan Mesin Bubut Konvensional Gambar 11. Posisi benda-kerja akibat penggeseran kepala-lepas Gambar 13. Bubut diameter luar 30 mm panjang 10 mm Bila AB kita samakan dengan l, kita membuat kesalahan yang kecil sekali, karena hanya kecil Sehingga persamaan diatas menjadi Gambar 14. Membuat lubang dengan bor diameter 8 mm dan 13 mm, panjang 69 mm 110

Gambar 15. Bubut tirus dalam diameter 16 mm, diameter 14 mm panjang 64 mm (MT3: 1 6 16 ) di Mesin CNC Gambar 16. Membuat lubang diameter 5 mm x 8, dengan pembegian kepala pembagi mm (ISO 30), harus presisi juga karena harus bisa masuk di lubang dari mesin bor kordinat. - Proses pekerjaan taper sleeve harus dikerjakan sesuai ukuran pada gambar kerja karena sebagai tempat dudukan/pencekam bor pada mesin bor kordinat. 5. Saran Proses pembuatan tapper sleeve pada penelitian ini sebagai contoh praktek, untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya bagaimana tingkat kesulitan maupun mendapatkan data-data teknis yang mendukung program praktikum yang akan diterapkan kepada mahasiswa di semester V dan semester VI, sehingga dalam pelaksanaan nantinya tidak terjadi kesalahan dalam urutan proses praktikum di laboratorium pemesinan. DAFTAR PUSTAKA Gambar 17. Membuat alur diameter 8 mm x mm Gambar 18. Hasil Benda Kerja Tapper Slavee 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan - Bubut tirus dalam diameter 16 mm, diameter 14 mm panjang 64 mm (MT3: 1 6 16 ). Harus presisi ukurannya karena tempat dudukan bor dengan Diameter tertentu. Bubut tirus luar diameter 3 mm, 16 mm panjang 58 Alois schonmetz, Peter Sinnl, Johann Henberger, 1985, Pengerjaan Logam Dengan Mesin, Penerbit Anggkasa, Bandung. Clyde H. Moon, P.E.,196, Cam Design, Commercial Cam Division, Emerson Electric Company, U.S.A. Gerogr E, Diater, 1976, Mechanical Metallurgy ended, McGraw Hill KogaKuso, Ltd. Singapura. Khusmi, R.S., & J.K. Gupta, 1980, Machine Design, Eurosia Publishing House Ltd. New Delhi. Taufiq Rochim, 1993, Proces Pemesinan, HEDS, Bandung 111