LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

dokumen-dokumen yang mirip
PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

LAMA BUNTING, BOBOT LAHIR DAN DAYA HIDUP PRASAPIH KAMBING BOERKA-1 (50B;50K) BERDASARKAN: JENIS KELAMIN, TIPE LAHIR DAN PARITAS

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

MORTALITAS PRASAPIH KAMBING KACANG DAN BOERKA DI STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

Keunggulan Relatif Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Kacang pada Priode Prasapih

PENERAPAN SINKRONISASI BIRAHI KAMBING BOERKA DENGAN LOKAL DI AREAL PERKEBUNAN BERBASIS TANAMAN JERUK PADA LAHAN KERING

PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI FERMENTASI: PERKEMBANGAN BOBOT HIDUP ANAK SAMPAI PRASAPIH

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

Laju Pertumbuhan Kambing Anak Hasil Persilangan antara Kambing Boer dengan Peranakan Etawah pada Periode Pra-sapih

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

BOBOT LAHIR BEBERAPA GENOTIPE KAMBING HASIL PERSILANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

PENGARUH FAKTOR NON GENETIK TERHADAP BOBOT LAHIR KAMBING BOER PADA STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PERFORMAN EKONOMI KAMBING KABOER DAN KAMBING KACANG PADA KONDISI STASIUN PENELITIAN CILEBUT

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

KEJADIAN DAN POLA BERANAK KAMBING KACANG DAN BOER PADA STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

RESPON TIGA RUMPUN KAMBING TERHADAP PEMBERIAN TAMBAHAN KONSENTRAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bachtar Bakrie, Neng Risris Sudolar, Heni Wijayanti

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PRODUKTIVITAS DAN NILAI EKONOMI USAHA TERNAK KAMBING PERAH PADA SKALA KECIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

PENGARUH MUSIM TERHADAP PERTUMBUHAN KAMBING KACANG PRASAPIH DI STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

Produktivitas Domba Komposit Sumatera dan Barbados Cross pada Kondisi Lapang

Purwanto et al.,1991). Frekuensi pernafasan (respiration rate/minute), denyut jantung (heart beat/minute) dan temperatur rectum (rectal temperature) m

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

Performan Produksi Kambing Saburai Jantan Pada Dua Wilayah Sumber Bibit di Kabupaten Tanggamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

APLIKASIANALISIS RANCANGAN ACAK LENGKAP DALAM PENGOLAHAN DATAHASILPENELITIAN PERCOBAAN PAKAN TERNAK PADAKAMBINGINDUK

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

Analisis litter size, bobot lahir dan bobot sapih hasil perkawinan kawin alami dan inseminasi buatan kambing Boer dan Peranakan Etawah (PE)

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

DASAR-DASAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU GENETIK DOMBA EKOR TIPIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

APLIKASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN TERNAK KAMBING DENGAN BIBIT UNGGUL KAMBING BOER DI DESA PAGEREJO, LOROK, KABUPATEN PACITAN

INOVASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN SECARA INTRAUTERI DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN BEKU TERHADAP KEBUNTINGAN KAMBING

Pertumbuhan Anak Kambing Peranakan Etawah (PE) Sampai Umur 6 Bulan di Pedesaan

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

KAJIAN EKONOMI PADA USAHA TERNAK KAMBING PERAH

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

KID CROP KAMBING KACANG (Capra Hircus) di KABUPATEN KONAWE UTARA

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

RESPON PRODUKSI KAMBING PE INDUK SEBAGAI AKIBAT PERBAIKAN PEMBERIAN PAKAN PADA FASE BUNTING TUA DAN LAKTASI

KACANG GOATS DOE PRODUCTIVITY IN KEDUNGADEM SUB-DISTRICT BOJONEGORO REGENCY

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

PENAMPILAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING F-1 ANGLO NUBIAN PERANAKAN ETAWAH, F-2 SAPERA, DAN PERANAKAN ETAWAH

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI KAMBING SABURAI BETINA DI DUA WILAYAH SUMBER BIBIT KABUPATEN TANGGAMUS. (Skripsi) Oleh.

SKRIPSI OLEH : RINALDI

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pemeliharaan ternak kambing dikecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang propinsi Sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

KAMBING BOERKA : KAMBING TIPE PEDAGING HASIL PERSILANGAN BOER X KACANG

Performans Pertumbuhan Kambing Boerawa di Village Breeding Centre, Desa Dadapan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

PERTUMBUHAN KAMBING LEPAS SAPIH YANG DIBERI KONSENTRAT TERBATAS

PRODUKTIVITAS INDUK DALAM USAHA TERNAK KAMBING PADA KONDISI PEDESAAN

PENAMPILAN REPRODUKSI DOMBA LOKAL YANG DISINKRONISASI DENGAN MEDROXY PROGESTERON ACETAT PADA KONDISI PETERNAK DI KELURAHAN JUHUT, KABUPATEN PANDEGLANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP PENAMPILAN KAMBING KOSTA DAN PERSILANGAN BOER SAPIHAN

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BANGSA-BANGSA KAMBING DI DESA KARANG ENDAH KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

Kusuma Adhianto*, Sulastri Sulastri, M.D.Iqbal Hamdani, Dewi Novriani, dan Lisa Yuliani

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

Transkripsi:

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1 (Growth Rate of Boer, Kacang and Boerka-1 Goats as Preweaning and Weaning Periods) FERA MAHMILIA, FITRA AJI PAMUNGKAS dan M. DOLOKSARIBU Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1, Sungei Putih, Galang 20585 ABSTRACT This research was conducted at the Research Institute for Goat Production Sungei Putih. The aim of this research was to study the growth rate of Boer, Kacang and Boerka-1 (50% B; 50% K) goats. The kids were raised linked up with doe until weaning period. The result showed that weaning weight of Boer was significantly (P < 0.01) different from Kacang and Boerka-1, is specially for with and weaning weight were: 2.85 ± 0.53 kg, 2.08 ± 0.53 kg, 1.71 ± 0.31 kg and 10.47 ± 2.09 Kg, 7.68±1.60 Kg, 6.66±0.21 Kg. While the weight at 6 and 9 months between Boerka-1 with Kacang was not different (P > 0.05). Daily weight gain of Boer goat at pre weaning period was also significantly different from that of Kacang or Boerka-1 goats (82.29 ± 21.39, 61.30 ± 18.00 and 54.12 ± 12.42 g/day/head for Boer, Kacang and Boerka-1goats, respectively). However daily weight gain at weaning period was not significanly different among those goats. Key Words: Crossbred, Pre Weaning, Weaning ABSTRAK Penelitian ini telah dilakukan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sungei Putih. Penelitian ini bertujuan mengetahui laju pertumbuhan prasapih dan sapih kambing Boer, Kacang dan Boerka-1 (50% B; 50% K). Kambing anak disatukan dengan induknya hanya selama periode prasapih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot lahir dan bobot sapih kambing Boer berbeda nyata (P < 0.01) dibandingkan dengan Boerka-1 mapupun Kacang, berturut-turut untuk bobot lahir dan sapih adalah: 2,85 ± 0,53 kg, 2,08 ± 0,53 kg, 1,71 ± 0,31 kg dan 10,47 ± 2,09 kg, 7,68 ± 1,60 kg, 6,66 ± 0,21 kg. Sedangkan bobot 6 bulan dan 9 bulan antara Boerka-1 dengan Kacang tidak berbeda (P > 0,05). Pertambahan bobot hidup harian prasapih antara ketiganya juga berbeda (P < 0,01), masing-masing pada Boer, Boerka-1 dan Kacang adalah 82,29 ± 21,39 g/h/e, 61,30 ± 18,00 g/h/e dan 54,11 ± 12,42 g/h/e. Sedangkan pertumbuhan pascasapih pada ketiganya tidak berbeda. Kata Kunci: Persilangan, Prasapih, Sapih PENDAHULUAN Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Salah satu kelebihan kambing Kacang adalah mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Namun kambing ini mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil dan laju pertambahan bobot hidupnya relatif rendah (SETIADI et al., 2001), dengan bobot hidup dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20 25 kg (SETIADI et al., 1997). Sedangkan permintaan pasar khususnya untuk ekspor adalah dengan bobot potong minimal 30 kg. Salah satu metode untuk meningkatkan produktivitas kambing lokal yang hasilnya relatif cepat dan cukup memuaskan serta telah meluas dilaksanakan, adalah dengan menyilangkan (cross breeding) dengan genotip kambing unggul impor (BRADFORD, 1993; SAKUL et al., 1994). Kambing Boer merupakan salah satu jenis kambing unggul penghasil daging terbaik (ERASMUS, 2000) yang telah berkembang di Afrika Selatan. 441

Ukuran kambing Boer yang dipelihara di Wurtemburg, Jerman menurut BIRNKAMMER (1986) berurut-turut pada jantan dan betina diantaranya; mempunyai bobot hidup dewasa 80 130 kg dan 50 75 kg, serta tinggi pundak sekitar 50 75 cm dan 60 70 cm. Namun demikian kambing Boer dipotong dengan bobot hidup sekitar 35 40 kg untuk jantan dan 30 35 kg untuk betina. Bobot lahir sekitar 3 4 kg dengan laju pertambahan bobot hidup harian 140 250 g/h/e. ELIESER et al. (2005) melaporkan bahwa rataan bobot hidup jantan dan betina dewasa kambing Boer yang ada di Sei Putih masingmasing adalah 40,45 ± 13,78 kg dan 39,48 ± 8,78 kg. Angka ini jauh lebih rendah dibanding laporan DEVENDRA dan MC LEROY (1982) yang mengamati Boer di Malaysia, dengan bobot hidup pada betina dewasa sekitar 60 75 kg dan jantan sekitar 75 100 kg. Perbedaan ini diduga karena type Boer yang digunakan berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan prasapih dan sapih kambing ; Boer, Kacang dan Boerka-1 yang ada di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih. MATERI DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 139 ekor kambing anak yang terdiri dari hasil perkawinan antara: (1) kambing Boer dengan pejantan Boer sebanyak 15 ekor, (2) kambing Kacang dengan pejantan Boer sebanyak 62 ekor, (3) kambing Kacang dengan pejantan Kacang sebanyak 62 ekor. Kambing anak disatukan dengan induknya selama priode prasapih. Sumber makanan pokok bagi induk adalah hijauan yang diambil dari lapang dalam bentuk cut dan carry (sekitar 10% dari bobot hidup). Pakan tambahan yang diberikan berupa konsentrat (± 1% bobot hidup) Pemberian konsentrat dilakukan pada waktu pagi hari, sedangkan hijauan diberikan siang dan sore hari dan air minum disediakan ad libitum. Parameter yang diamati adalah tampilan prasapih dan sapih, dengan melakukan penimbangan anak pada waktu lahir, dan dilanjutkan secara periodik sebulan sekali hingga berumur 12 bulan. Seluruh parameter pengamatan dianalisis dengan uji rata-rata menggunakan metode linear dari paket SPSS versi 10 (SANTOSO, 2002). Bobot hidup Bobot lahir HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan bobot lahir kambing Boer, Boerka-1 dan Kacang berturut-turut adalah 2,85 ± 0,53 kg, 2,08 ± 0,53 kg dan 1,71 ± 0,31 kg. Bobot lahir kambing Boer nyata lebih tinggi (P < 0,01) dibanding 2 genotip lainnya. Bobot lahir kambing hasil persilangan (Boerka-1) juga nyata (P < 0,01) lebih berat dibandingkan dengan bobot lahir kambing Kacang. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi peningkatan bobot lahir adalah faktor pejantan yang digunakan. Dari data pada Tabel 1 terlihat adanya peningkatan yang nyata dari bobot lahir Boerka-1 sebesar 21,64% dibandingkan dengan kambing Kacang. Bobot lahir jantan (2,10 ± 0,55 kg ) lebih tinggi dibandingkan dengan bobot lahir betina (1,91 ± 0,65 kg), namun secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan. Rataan bobot lahir tipe tunggal (2,08 ± 0,56 kg) nyata lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan dengan bobot lahir anak tipe kembar (1,80 ± 0,52 kg). Menurunnya bobot lahir tersebut diakibatkan meningkatnya jumlah anak yang lahir perinduk. Anak yang dilahirkan tunggal dapat menyerap makanan secara penuh dari induknya, sebaliknya pada anak kembar akan terjadi persaingan dalam menyerap makanan dari induknya selama pertumbuhan embrio dalam uterus (ATKINS dan GILMOUR, 1981). Bobot sapih Bobot sapih atau bobot hidup umur 90 hari secara umum dapat dijadikan kriteria seleksi ternak. Bobot sapih yang tinggi diharapkan akan menghasilkan laju pertambahan bobot hidup pascasapih yang tinggi pula. Rataan bobot sapih kambing Boer, Boerka-1 dan Kacang pada umur 90 hari berturut-turut 442

Tabel 1. Rataan bobot lahir, bobot sapih, bobot 6 bulan dan bobot 9 bulan berdasarkan genotipe, jenis kelamin dan tipe lahir Uraian Genotipe Boer Boerka-1 Kacang Jenis kelamin Jantan Betina Tipe lahir Tunggal Kembar 2 Bobot hidup (kg) Bobot lahir Bobot sapih Bobot 6 bulan Bobot 9 bulan 2,85 ± 0,53 (15) a 10,47 ± 2,09 (7) a 14,50 ± 3,50 (6) a 18, 20 ± 5,93 (2) a 2,08 ± 0,53 (62) b 7,68 ± 1,60 (50) b 10,23 ± 1,67 (20) b 11,34 ± 2,92 (7) b 1,71 ± 0,31 (62) c 6,66 ± 0,21(47) c 8,9 ± 0,40 (12) b 10,01 ± 1,09(8) b 2,10 ± 0,55 (72) 7,79 ± 1,42 (56) 10,51 ± 1,41 (16) 11,97 ± 2,35 (6) 1,91 ± 0,65 (64) 6,98 ± 1,60 (48) 9,58 ± 2,25(18) 11,28 ± 4,16 (11) 2,08 ± 0,56 (101) A A 7,65 ± 1,60(76) 10,34 ± 2,10 (24) 12,82 ± 4,26(9) 1,80 ± 0,52(35) B 6,76 ± 1,23 (28) B 9,24 ± 1,22 (10) 10,06 ± 1,93(8) abc Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata (P < 0,01) AB Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (P < 0,05) ( ) jumlah ternak yang diamati adalah 10,47 ± 2,0 kg, 7,68 ± 1,60 kg dan 6,66 ± 0,21 kg. Bobot sapih kambing Boer nyata lebih tinggi (P < 0,01) dibanding 2 genotip lainnya. Bobot sapih sangat erat kaitannya dengan bobot lahir, dimana semakin tinggi bobot lahir, maka bobot sapih juga akan semakin tinggi (PITONO et al., 1992). Bobot sapih Boerka-1 secara persentase meningkat 15,32% dibandingkan dengan kambing Kacang. Hasil ini masih lebih rendah dari yang dilaporkan SETIADI et al. (2001) yaitu sebesar 50 70% dengan menyilangkan kambing Kacang dengan kambing Boer (menggunakan semen beku). Perbedaan ini diduga karena tipe Boer yang digunakan berbeda, disamping manejemen dan lingkungan yang juga berbeda. Bobot hidup umur 6 bulan Rataan bobot hidup umur 6 bulan kambing Boer, Boerka-1 dan Kacang berturut-turut adalah 14,50 ± 3,50 kg, 10,23 ± 1,67 kg dan 8,90 ± 0,40 kg. Bobot hidup kambing Boer nyata lebih tinggi (P < 0,01) dibanding 2 genotip lainnya. Bobot hidup Boerka-1 tidak berbeda dibandingkan dengan bobot hidup kambing Kacang. Bobot hidup umur 9 bulan Rataan bobot hidup kambing Boer, Boerka-1 dan Kacang pada umur 9 bulan adalah 18,20 ± 5,93 kg, 11,34 ± 2,92 kg dan 10,01 ± 1,09 kg. Bobot hidup kambing Boer nyata lebih tinggi (P < 0,01) dibandingkan dengan 2 genotip lainnya. Secara keseluruhan dari Tabel 1 terlihat adanya peningkatan bobot hidup anak dari lahir sampai umur 9 bulan pada kambing hasil persilangan (Boerka-1) dibandingkan dengan kambing Kacang. Tetapi peningkatan tersebut cendrung menurun. Hal ini mungkin disebabkan belum terpenuhinya faktor pendukung terutama pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga ternak belum mampu untuk tumbuh optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Pertambahan bobot hidup harian Hasil perhitungan dari penimbangan rutin 2 x seminggu menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot hidup harian prasapih ketiga genotipe kambing ini berbeda (P < 0,01). Dimana pertambahan bobot hidup harian 443

kambing Boer (82,29 ± 21,39 g/hari/ekor) lebih tinggi dari kambing Boerka-1 (61,30 ± 18,00 g/hari), dan kambing Boerka-1 lebih tinggi dari kambing Kacang (54,11 ± 12,42 g/hari/ekor). Perbedaan ini dikarenakan setiap bangsa ternak mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh sesuai dengan potensi genetiknya sepanjang faktor pendukung terutama pakan tersedia (ADIATI et al., 2001). Disamping itu laju pertumbuhan ternak kambing selama bulan pertama setelah lahir sangat tergantung pada produksi susu induk (ANGGORODI, 1979), kemudian tingkat ketergantungannya semakin berkurang dengan menurunnya produksi susu induk. Pada Gambar 1. dapat dilihat laju pertumbuhan Boer, Boerka-1 dan Kacang dari lahir sampai umur 9 bulan. Bobot hidup (kg) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 3 6 9 Umur (bulan) Boer Boerka-1 Kacang Gambar 1. Laju pertumbuhan kambing Boer, Boerka-1 dan Kacang Pertambahan bobot hidup harian prasapih pada jantan (63,74 ± 15,48 g/hari/ekor) lebih tinggi (P < 0,01) dari betina (54,27 ± 13,45 g/hari/ekor), kondisi ini ada hubungannya dengan kemampuan menyusu. Kambing jantan, relatif lebih mampu menyusu dibanding kambing betina. Disamping itu pengaruh hormon testosteron yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan. Demikian pula dengan meningkatnya tipe kelahiran, maka laju pertambahan bobot hidup harian cendrung lebih rendah. Pertambahan bobot hidup harian pascasapih (3 6 bulan) pada semua kelompok (genotipe, jenis kelamin dan tipe lahir) bila dibandingkan dengan pertambahan bobot hidup harian prasapih (0 3 bulan). Kondisi ini mungkin disebabkan setelah sapih kambing anak mengalami stres (cekaman) akibat penghentian susu. Sehingga kondisi tubuh dan kesehatan agak terganggu. Konsekuensinya konsumsi menurun dan pertumbuhan jadi terhambat. Sedangkan menurut BUDIARSANA et al. (2001) pertumbuhan kambing setelah sapih sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan yang dikonsumsi. KESIMPULAN Laju pertumbuhan kambing Boerka-1 (hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan pejantan Boer) dari lahir sampai sapih lebih tinggi dibandingkan dengan kambing Kacang. Tabel 2. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) prasapih dan sapih berdasarkan genotipe, jenis kelamin dan tipe lahir Uraian PBHH prasapih (g/hari) PBHH pascasapih (g/hari) Genotipe Boer Boerka-1 Kacang 82,29 ± 21,39 (7) a 61,30 ±,18,00 (50) b 54,11 ± 12,42 (47) c 33,89 ± 8,64 (2) 25,02 ± 19,90 (19) 25,98 ± 5,73 (13) Jenis kelamin Jantan Betina 63,74 ± 15,48 (57) a 54,27 ± 13,45 (47) b 26,88 ± 12,22 (15) 25,67 ± 17,67 (19) Tipe lahir Tunggal Kembar 2 60,79 ± 15,19 (75) 56,03 ± 15,20 (29) 30,00 ± 16,98 (24) 24,63 ± 8,10 (10) ab c Superskrip berbeda pada kolom dan kelompok yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata (P < 0,01) ( ) jumlah ternak yang diamati 444

DAFTAR PUSTAKA ADIATI, A., I-K. SUTAMA, D. YULISTIANI, R. DHARSANA, I G.M. DHARSANA dan HASTONO. Meningkatkan Produktifitas Kambing Peranakan Etawah dengan Perbaikan Pakan Selama Bunting Tua dan Laktasi. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1999/2000. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. ANGGORODI. R. 1979. Ilmu makanan ternak umum. PT Gramedia, Jakarta. ATKINS, K.D. dan A.R. GILMOUR. 1981. The comparative 1productivity of five ewe breeds, 4. Growth and carcase characteristics of purebred and cossbreed lambs. Aust. J. Exp. Agr. Anim. Husb. 21: 172 178. BIRNKAMMER, H. 1986. The Boer goat a highly produtive meat type breed. CAB pp. 87 89 (abstract). BRADFORD, G.E. 1993. Small ruminant breeding strategies for Indonesia. Proc. of workshop. Advances in Small Ruminant Research in Indonesia. Research Institute for Animal Production, Ciawi, Bogor. pp. 83 94. BUDIARSANA, I G.M., I K. SUTAMA, R. DHARSANA, U. ADIATI, HASTONO, S. HIDAYAT, MULYAWAN, BACHTIAR dan R. SUKMANA. 2001. Siklus Birahi dan Fertilitas Kambing PE pada Perkawinan Alami dan Inseminasi Buatan. Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1999/2000. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. DEVENDRA, C. dan M. BURN. 1983. Goat Production in the Tropic. Topan Printing Co (S). Common Wealth Agricultural Bureux, UK. ELIESER. S, M. DOLOKSARIBU, F. MAHMILIA dan FITRA AJI PAMUNGKAS. 2005. Analisis Produktivitas dan Perbanyakan Bibit Unggul Kambing Persilangan. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian PAATP 2005. Sei Putih. ERASMUS, J.A. 2000. Adaptation to various environments and resistance to disease of improved Boer goat. Small Rum. Res. 36: 179 187. PITONO, A.D., E. ROMJALI dan R.M. GATENBY. 1992. Jumlah anak lahir dan bobot lahir domba lokal Sumatera dan hasil persilangannya. J. Penelitian Peternakan Sungei Putih SAKUL, H.G.E. BRADFORD and SUBANDRIYO. 1994. Prospects for genetic improvement of small ruminant in Asia. Proc. Strategic Development for Small Ruminant Production in Asia and the Pasific. SR-CRSP, Univ. of California Davis. SANTOSO, S. 2002. SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Edisi ketiga. Gramedia, Jakarta. SETIADI, B., P. SITORUS dan SUBANDRIYO. 1987. Produktivitas ternak kambing pada stasiun percobaan Cilebut, Bogor. Ilmu dan Peternakan. SETIADI, B., SUBANDRIYO, M. MARTAWIDJAJA, D. PRIYANTO, D. YULISTIANI, T. SARTIKA, B.TIESNAMURTI, K. DIWYANTO dan L. PRAHARANI. 2001a. Evaluasi Peningkatan produktivitas kambing persilangan. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian Peternakan APBN Tahun Anggaran 1999/2000. Balai Penelitian Ternak. Puslitbang Peternakan, Bogor. DISKUSI Pertanyaan: 1. Untuk apa dicrossing kalau menurut statistik hasilnya tidak berbeda? 2. Kandungan konsentrat dan pakan basal apa yang digunakan? 445

Jawaban: 1. Hasil crossing jadi tidak berbeda setelah ternak berumur di atas 6 bulan, walaupun secara angka Boerka-1 tetap lebih tinggi dari kambing Kacang. Banyak hal yang menyebabkan kondisi tersebut, diantaranya adalah belum terpenuhinya kebutuhan pakan baik secara kualitas maupun kuantitas. Bangsa yang besar akan membutuhkan pakan dan nutrisi yang lebih banyak, keadaan inilah yang menjadi penyebab Boerka-1 belum mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetiknya. 2. Konsentrat yang digunakan adalah yang mengandung 16,5% PK dan ME 2600 kkal serta menggunakan rumput lapangan sebagai pakan basal. 446