I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia pada era global dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan sekaligus berhak mendapatkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Disebutkan pula bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh komponen bangsa. Tanpa dukungan dari semua pihak, maka tujuan pendidikan yang indah tersebut hanyalah semboyan belaka. Saat ini dunia pendidikan kita sedang menghadapi berbagai tantangan. Untuk mengantisipasi era globalisasi, guru dituntut agar dapat mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam dunia global. Guru dihadapkan pada tantangan pencapaian akademik peserta didik. Guru juga dirangsang untuk melihat peluang dengan meninggalkan pembelajaran yang tradisional menuju pembelajaran yang inovatif. Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peranan yang sangat penting. Dalam pembelajaran, guru bertindak sebagai pelaku dan sutradara. Guru mempunyai

2 tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam proses pembelajaran, kemampuan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan efisien, menggunakan media pembelajaran serta kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif, kemampuan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Sebagaimana diketahui, bahwa hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam kelas. Oleh karena itu, setiap guru hendaknya menentukan strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan materi yang hendak disampaikan. Guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang di anggap paling efektif. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relevan (Djamarah, 2006 : 20). Sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), rakyat Indonesia mendapatkan pembelajaran sejarah. Ideologi politik pemerintah, juga mengalir deras dalam pelajaran sejarah pada level ini. Oleh karenanya, beberapa penjelasan masa lalu dalam analisisnya berlangsung tidak ilmiah, dan banyak kekurangannya secara metodologis. Sehubungan dengan hal tersebut, adalah tidak dapat dipungkiri sejarah yang diajarkan disekolah bersifat naratif, cerita belaka saja.

3 Sehingga banyak siswa yang belum bisa membedakan antara peristiwa sejarah dan cerita rakyat. Bagi guru yang pandai mengungkapkan cerita dengan baik, maka sejarah menjadi hal yang menyenangkan, bahkan seringkali menjadi inspirasi siswa untuk kehidupannya dimasa depan. Sebaliknya, bagi guru sejarah, yang seringkali adalah guru yang bukan berlatar belakang pendidikan sejarah, maka pelajaran sejarah terlihat kering. Kesan bahwa pelajaran sejarah membosankan, dan tidak lebih hafalan dari deretan angka tahun, dan peristiwa, sudah menjadi pencitraan bagi sejarah (Ardi, 2007 : 1). Pembelajaran sejarah mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan jiwa cinta tanah air dan bangsa (nasionalisme). Untuk itu pembelajaran sejarah diberikan pada siswa SMA. Pembelajaran di SMA lebih menekankan pada hafalan, yaitu mengingat tanggal-tanggal dimana momentum sejarah terjadi. Proses pembelajaran yang menekankan proses menghapal dan mengingat menurut Bloom (Anderson, 2001:138) merupakan tingkatan belajar yang rendah. Dilihat dari segi pembelajaran, yang sering terekam oleh siswa, bahkan sampai mereka berkeluarga adalah proses pembelajaran sejarah berlangsung tidak menyenangkan. Stigma kalau mata pelajaran sejarah membosankan, hafalan, tidak enak, telah menjadi label khas. Terlebih lagi, ada juga yang merendahkan bahkan merasa apatis dan antipati terhadap mata pelajaran sejarah di sekolah. Boleh jadi, pelajaran sejarah yang diuraikan pada satuan pendidikan tidak mampu membekali siswa untuk siap dikemudian hari.

4 Padahal menurut Brunner (Anderson, 2001: 200), menyebutkan bahwa sasaran utama dari setiap kegiatan belajar, terlepas dari kesenangan yang mungkin diberikannya, adalah bahwa kegiatan belajar itu harus membantu kita dimasa depan.sebagai kesadaran sejarah yang kontinuitas dan diperkuat pendapat psikolog tersebut, maka strategi pembelajaran sejarah yang lebih segar dan visioner merupakan suatu kebutuhan. Di SMAN 1 Ambarawa, dari hasil wawancara dengan siswa diperoleh fakta bahwa umumnya siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran sejarah. Mereka berasumsi bahwa pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang monoton dan membosankan karena hanya membahas masa lalu yang tidak penting, tidak diperlukan lagi untuk masa sekarang dan masa depan, tidak perlu dibahas lagi, dan tidak ada hubungannya dengan saat ini; serta sifatnya hanya menghapal seperti nama tempat, nama tokoh, nama kerajaan dan nama raja, dimana raja tersebut di makamkan. Sehingga hal tersebut menjadikan siswa lebih memilih asyik dengan kesibukannya sendiri saat pembelajaran sejarah berlangsung seperti mengganggu teman, bermain HP, mengobrol, menggambar, membaca buku lain, atau mengerjakan tugas mata pelajaran lain, bahkan tidur. Ketika hal itu ditanyakan pada siswa, banyak diantaranya yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah menjenuhkan. Juga didapati masih banyak siswa yang belum bisa membedakan antara cerita rakyat dengan peristiwa sejarah.

5 Menurut Angkasa dalam Wahab (2007 : 30) ada beberapa kemungkinan dalam proses pembelajaran sejarah yang tidak menarik. Pertama, pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang ketinggalan jaman, membosankan karena hanya menghafal, dan cerita melulu. Kedua, bahwa metode sajiannya monoton dan untuk menguasainya dibutuhkan kemampuan menghapal yang luar biasa, dan ketiga, anggapan yang kurang mengesankan ini terajut dari kesan pembelajaran sejarah sebagai produk masa lampau yang dalam penyajiannya tidak relevan dengan konteks social siswa, masa kini. Prestasi belajar Sejarah yang dicapai oleh siswa kurang optimal, karena belum mencapai nilai yang distandarkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata mata pelajaran Sejarah pada semester ganjil tahun pelajaran 2013 / 2014. Tabel 1.1. Daftar nilai Ulangan Harian siswa kelas X IIS tahun 2013/2014 dengan KKM 75. Kelas UH 1 UH 2 Rata-rata Rata-rata % Rata- % Rata- % Total Tuntas rata Tuntas rata Tuntas X IIS 1 73,52 67,74 66,42 58,06 69,97 62,9 X IIS 2 44,85 25,81 48,93 35,48 46,89 30,64 Sumber: guru mata pelajaran sejarah Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa guru belum membuat rancangan pembelajaran atau yang sering disebut Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan baik. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan maksimal guru seharusnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang merupakan pedoman yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

6 Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, indikator, tujuan, metode, skenario pembelajaran, sumber dan penilaian. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan apabila hal yang sangat penting ini tidak dibuat maka proses pembelajaranpun tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan. Guru belum memiliki kreatifitas dalam merancang, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menerapkan metode yang tepat untuk membantu siswa memahami ilmu sejarah secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Pemakaian metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan aktivitas dan rangsangan dalam kegiatan belajar. Karenanya diharapkan guru berani mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan serta mampu mensetting proses pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Makin intensif pengalaman belajar yang dihayati oleh peserta didik, maka makin tinggilah kualitas proses pembelajaran yang dimaksud. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, ada siswa yang cepat menangkap apa yang dipelajari, tetapi ada juga yang merasa sulit. Atas dasar itulah, dapat dipahami bahwa terdapat berbagai masalah atau problematika dalam aktivitas pembelajaran, misalnya dalam hal semangat yang terkadang tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi, itulah kenyataan yang sering

7 kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar mengajar. Setiap siswa memiliki perbedaan tingkah laku dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut bisa menjadi salah satu kesulitan mengajar guru, dimana dalam keadaan seperti ini, siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sesuai dengan cara belajar yang efektif dan efisien. Meskipun guru bukan satu-satunya yang menentukan dalam meningkatkan hasil pembelajaran, namun peran guru dalam proses pembelajaran sangat dominan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sudah selayaknya guru-guru menguasai dan mampu mengembangkan metode atau teknik pembelajaran yang tepat. Hasil belajar dikatakan efektif bila tujuan pembelajaran dapat dicapai. Salah satu komponen yang berpengaruh terhadap efektifitas hasil pembelajaran adalah metode pembelajaran. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang tepat yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar memberikan kontribusi besar dan sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk memudahkan mencapai tujuan dalam proses pembelajaran diperlukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan karakteristik bidang studi (mata pelajaran).

8 Keadaan di lapangan menunjukkan masih banyak guru yang belum dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara optimal di dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan masih rendah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan pengalaman mengajar guru terhadap pelaksanaan pembelajaran mata Sejarah di SMA Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu bahwa kebanyakan pembelajaran dilaksanakan guru secara konvensional, sehingga pembelajaran hanya berjalan satu arah. Dalam keadaan seperti ini siswa hanya bisa menerima materi pelajaran secara monoton. Siswa kurang memiliki kesempatan untuk lebih kreatif dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sifat materi pelajaran sejarah membawa konsekuensi terhadap proses pembelajaran yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris, terutama guru menggunakan metode ceramah terjadi dialog imperative. Padahal, dalam proses pembelajaran, keterlibatan siswa harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Maka untuk mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran Sejarah perlu digunakan metode pembelajaran yang menuntut peran aktif dan keterlibatan langsung siswa, sehingga aktivitas belajar mengajar lebih aktif dan mampu mendorong siswa lebih kreatif terhadap materi pelajaran yang diajarkan.

9 Salah satu model pembelajaran inovatif yang dipandang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa adalah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Masalah yang dijadikan siswa sebagai focus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti memuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoristik konstruktivisme. Dalam pembelajaran berbasis masalah, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar tidak saja

10 mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pembelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dalam menumbuhkan pola berpikir kritis. 1. 2. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.2.1 Siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran sejarah. Mereka berasumsi bahwa pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang monoton dan membosankan karena hanya membahas masa lalu yang tidak penting, tidak diperlukan lagi untuk masa sekarang dan masa depan. 1.2.2 Siswa merasa pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang ketinggalan jaman, membosankan karena hanya menghafal, dan cerita. 1.2.3 Siswa lebih memilih asyik dengan kesibukannya sendiri saat pembelajaran sejarah berlangsung seperti mengganggu teman, bermain HP, mengobrol, menggambar, membaca buku lain, atau mengerjakan tugas mata pelajaran lain, bahkan tidur. 1.2.4 Prestasi belajar sejarah yang dicapai oleh siswa kurang optimal, karena belum mencapai nilai yang distandarkan dalam KKM. 1.2.5 Guru belum membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan baik.

11 1.2.6 Guru belum memiliki kreatifitas dalam merancang, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran sejarah. 1. 3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.3.1 Prestasi belajar Sejarah yang dicapai oleh siswa kurang optimal, karena belum mencapai nilai yang distandarkan dalam KKM. 1.3.2 Guru belum memiliki kreatifitas dalam merancang, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran sejarah. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.4.1 Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah? 1.4.2 Apakah ada peningkatan prestasi belajar ssiwa yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositoris? 1.4.3 Apakah ada perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran ekspositoris dan berbasis masalah?

12 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis: 1.5.1 Peningkatan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah. 1.5.2 Peningkatan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositoris. 1.5.3 Perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran ekspositoris dan berbasis masalah. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Secara Teoritis Secara teoritis, kegunaan penelitian ini adalah mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur Teknologi Pendidikan dalam kawasan pengelolaan pembelajaran. 1.6.2 Secara Praktis 1. Memberikan informasi dan masukan kepada guru mengenai cara-cara mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran melalui metode pembelajaran ekspositoris dan berbasis masalah. 2. Adanya kesempatan bagi siswa untuk berperan lebih banyak sebagai subyek dalam kegiatan pembelajaran. 3. Memberikan informasi dan masukan kepada lembaga terkait tentang penerapan metode pembelajaran ekspositoris dan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMA.