PENGUJIAN EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN EMPAT TAK SATU SILINDER MENGGUNAKAN CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN ETANOL

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

Uji Emisi Penggunaan Bioetanol Dari Tetes Tebu Sebagai Campuran Premium Dengan Oktan Booster Pada Sepeda Motor Yamaha Vega ZR 2009

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PERTALITE DAN PERTAMAX PADA MESIN BERTORSI BESAR ( HONDA BEAT FI 110 CC )

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

Pengaruh Penambahan Senyawa Acetone Pada Bahan Bakar Bensin Terhadap Emisi Gas Buang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

EMISI GAS CARBON MONOOKSIDA (CO) DAN HIDROCARBON (HC) PADA REKAYASA JUMLAH BLADE TURBO VENTILATOR SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 TAHUN 2006

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

PENGARUH BIOETANOL TERHADAP LAMBDA DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT TAK SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

ANALISIS PENGGUNAAN X POWER

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan


BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

ANALISA EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR 4 TAK BERBAHAN BAKAR CAMPURAN PREMIUM DENGAN VARIASI PENAMBAHAN ZAT ADITIF

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

SKRIPSI PENGARUH VARIASI RASIO KOMPRESI DAN PENINGKATAN NILAI OKTAN TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT LANGKAH

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Analisa Temperatur Panas pada Saluran Emisi gas buang Kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I BAHAN BAKAR MINYAK

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGUJIAN PENGARUH PENGGUNAAN OCTANE BOOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PERTAMAX 92 TERHADAP DAYA DAN EMISI GAS BUANG PADA HONDA VARIO TECHNO 125

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PADA RADIATOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN KADAR EMISI GAS BUANG DAIHATSU HIJET Suriansyah Sabaruddin 1)

LAPORAN TUGAS AKHIR. PERUBAHAN CO YANG BERAKIBAT TERHADAP BATAS NYALA PADA MESIN AVANZA 1300 cc

KAJIAN TENTANG PERBANDINGAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN PERTAMAX PADA MOTOR 4 LANGKAH 225 CC

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN TOP ONE OCTANE BOOSTER DENGAN PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK

Transkripsi:

PENGUJIAN EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN EMPAT TAK SATU SILINDER MENGGUNAKAN CAMPURAN PREMIUM DENGAN ETANOL Ika Kusuma Nugraheni 1, Robby Haryadi 2 1) Staf Pengajar Jurusan Mesin Otomotif, Politeknik Negeri Tanah Laut 2) Mahasiswa Jurusan Mesin Otomotif, Politeknik Negeri Tanah Laut email: robyharyadi31@gmail.com ika.kusuma.n@politala.ac.id Naskah diterima: 17 Juni 217 ; Naskah disetujui: 28 Juni 217 ABSTRAK Kelangkaan bahan bakar minyak dan kualitas udara yang semakin memburuk memberikan pengaruh terhadap kehidupan. Meningkatnya volume kendaraan menambah kedua permasalahan menjadi semakin parah. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan bahan bakar alternatif yaitu etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari emisi gas buang yang terkandung (CO dan HC rendah) dari campuran etanol dengan premium, menganalisis bahan bakar dari campuran etanol dengan premium pada tiap varian untuk menentukan jumlah kandungan etanol yang tepat agar menghasilkan emisi gas buang yang baik. Sepeda motor empat tak satu silinder yang digunakan adalah sepeda motor Honda Beat 18cc tahun 21. Bahan bakar yang digunakan untuk penelitian ini adalah premium murni (E ), campuran etanol 5% + premium 95% (E 5), campuran etanol 1% + premium 9% (E 1), campuran etanol 15% + premium 85% (E 15), campuran etanol 2% + premium 8% (E 2), dan pertalite sebagai pembanding. Etanol yang digunakan adalah etanol dengan kandungan 95%. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pencampuran etanol pada premium terhadap kandungan emisi gas buang. Kandungan emisi CO terendah dihasilkan bahan bakar campuran E 1 yaitu sebesar,11% vol. Kandungan HC terendah dihasilkan bahan bakar campuran E 15 sebesar 1567,6 ppm vol. Hasil penelitian ini masih di bawah nilai ambang batas emisi gas buang berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 26. Penambahan etanol E 1 adalah yang paling efektif dalam menurunkan kadar emisi gas buang yaitu sebesar 8%. Kata kunci : emisi gas buang, etanol, premium PENDAHULUAN Sampai saat ini kebutuhan manusia akan bahan bakar masih didominasi hasil olahan dari minyak bumi. Minyak bumi masih menjadi penggerak utama perekonomian dunia, hal ini dikarenakan penggunaaan alat-alat industri dan transportasi untuk distribusi kebutuhan pokok masih menggunakan bahan bakar olahan dari minyak bumi. Terbentuknya minyak bumi membutuhkan waktu jutaan tahun dan termasuk sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, akan tetapi konsumsi bahan bakar semakin meningkat dari tahun ketahun. Kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar minyak dalam jumlah yang besar, perkembangan volume lalu lintas di perkotaan Indonesia yang mencapai 15% pertahun merupakan sumber pencemaran udara yang terbesar dimana 7% pencemaran udara diperkotaan disebabkan oleh aktivitas kendaraan bermotor [1]. Pencemaran udara tersebut disebabkan oleh emisi gas buang yang buruk. Salah satu yang mempengaruhi kandungan emisi gas buang adalah kualitas pembakaran yang ditentukan salah satunya oleh kualitas campuran udara dengan bahan bakar. Istilah untuk menyebutkan perbandingan campuran antara udara dan bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran biasa disebut Air Fuel Ratio (AFR). Secara teori, AFR ideal untuk bahan bakar bensin adalah 14,7:1, artinya untuk membakar 1 gram bensin dibutuhkan 14,7 gram udara. Kenyataan di lapangan terkadang tidak selalu sesuai dengan teori. Untuk membandingkan antara kondisi nyata dengan teori, dirumuskan suatu perhitungan yang disebut dengan istilah lambda (λ), jika jumlah udara yang tersedia untuk pembakaran sesuai dengan teori (λ=1), berarti campuran tersebut ideal, memungkinkan pembakaran terjadi secara sempurna. Selain jumlah udara, untuk membantu tercapainya pembakaran yang baik adalah dengan kualitas bahan bakar yang baik. Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 22

Kehadiran teknologi kendaraan bermotor tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena sangat membantu dalam pekerjaan. Langkah alternatif yang dapat diambil untuk dapat menghemat cadangan minyak bumi dan mengurangi polusi udara salah satunya dengan menemukan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan. Etanol atau yang sering disebut alkohol, merupakan bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Biomassa merupakan sumber daya yang terbaharui karena jumlahnya yang berlimpah, berkesinambungan dan berpotensi sebagai alternatif bahan bakar untuk menggantikan bahan bakar fosil. Etanol dapat dicampur dengan premium agar menurunkan kadar emisi gas buang. Beberapa fungsi penambahan Etanol pada bahan bakar adalah sebagai (a) octane booster, artinya mampu menaikkan angka oktan dengan dampak positif pada efisiensi bahan bakar dan mesin, (b) oxygenating agent, yakni mengandung oksigen sehingga menyempurnakan pembakaran dan meminimalkan pencemaran udara, dan (c) fuel extender, yaitu menghemat bahan bakar fosil [2]. Dari latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan ini yaitu mengetahui karakteristik dari emisi gas buang yang terkandung dari campuran etanol dengan premium, dan menganalisis bahan bakar dari campuran etanol dengan premium pada tiap varian untuk menentukan jumlah kandungan etanol yang tepat agar menghasilkan emisi gas buang yang baik. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu materi apa saja yang bisa dirubah menjadi energi. Berdasarkan bentuknya, ada bahan bakar padat, bahan bakar cair dan bahan bakar gas. Sedangkan menurut asalnya, bahan bakar dibagi menjadi bahan bakar nabati, bahan bakar mineral, dan bahan bakar fosil. a. Premium Premium merupakan bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kuning jernih, warna tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye) [2]. b. Pertalite Pertalite adalah bahan bakar minyak dari pertamina dengan RON 9. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya dikilang minyak. Selain itu, RON 9 membuat pembakaran pada mesin kendaraan dengan teknologi terkini lebih baik dibandingkan dengan premium yang memiliki RON 88. c. Etanol Eetanol atau yang sering disebut alkohol, merupakan bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Biomassa merupakan sumber daya yang terbaharui karena jumlahnya yang berlimpah dan berkesinambungan sehingga berpotensi sebagai alternatif bahan bakar untuk menggantikan bahan bakar fosil. Eetanol atau alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroxyl (-OH) dengan 2 atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah CH 3CH 2OH yang disebut metal alkohol (metanol), C 2H 5OH yang disebut iso propil alkohol (IPA) atau propanal-2 [2]. 2. Emisi Gas Buang Motor Bensin Emisi gas buang merupakan zat pencemar yang dihasilkan dari proses pembakaran motor bensin. Zat pencemar dari hasil pembakaran atau uap bahan bakar bensin ini dapat dibagi menjadi empat macam yaitu CO (carbon monoxide), HC (hydrocarbon), NOx (nitrogen oxide), dan timah hitam/timbal (Pb). Bila bensin terbakar, maka akan terjadi reaksi dengan oksigen membentuk CO 2 (carbon dioxide) dan H 2O. Pada negara-negara yang memiliki emisi gas buang yang ketat, ada lima unsur yang diukur yaitu senyawa CO, HC, CO 2, O 2, dan NO x. Sedangkan pada negara-negara standar emisinya tidak terlalu ketat, hanya mengukur empat unsur dalam gas buang yaitu senyawa CO, HC, CO 2, dan O 2. a. Karbon Monoksida (CO) Gas CO dihasilkan oleh pembakaran yang tidak normal karena kekurangan oksigen pada campuran udara dan bahan bakar. Ketika dalam pembakaran terdapat cukup oksigen maka akan terbentuk CO 2. CO 2 termasuk polutan namun digunakan oleh tumbuhan untuk memproduksi oksigen. CO biasanya ditemukan pada saluran pembuangan (exhaust), tetapi bisa juga ditemui pada crankcase. CO mempunyai sifat tidak berwarna dan tidak berasa. Jika rasio udara dan bahan bakar kekurangan oksigen, maka jumlah gas CO yang dihasilkan juga semakin meningkat. b. Hidrokarbon (HC) Hidrokarbon dihasilkan dari bahan bakar yang tidak terbakar keseluruhan saat proses pembakaran. Emisi hidrokarbon memiliki sifat berbau, mudah menguap, dan bereaksi lebih lanjut dengan NOx menjadi senyawa fotokimia dan dapat menyebabkan hujan asam/berasap. Senyawa fotokimia yang terbentuk dari emisi HC dapat mengakibatkan mata pedih, sakit tenggorokan, dan gangguan pernafasan. Hidrokarbon juga bersifat carcinogens atau dapat menyebabkan kanker, fotokimia dan dapat menyebabkan hujan asam/berasap. Senyawa fotokimia yang terbentuk dari emisi Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 23

HC dapat mengakibatkan mata pedih, sakit tenggorokan, dan gangguan pernafasan. Hidrokarbon juga bersifat carcinogens atau dapat menyebabkan kanker. c. Karbon Dioksida (CO 2) Karbon dioksida berasal dari pembakaran sempurna hidrokarbon termasuk minyak bumi dan gas alam. Sebenarnya gas karbon dioksida tidak berbahayabagi manusia. Namun, kenaikan kadar CO 2 telah mengakibatkan meningkanya suhu di permukaan bumi. Fenomena inilah yang disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah suatu peristiwa di alam dimana sinar matahari dapat menenmbus atap kaca, tetapi sinar infra merah yang dipantulkan tidak bisa menembusnya. Sinar matahari tidak bisa keluar tetap berada dalam rumah kaca dan mengakibatkan suhu dalam rumah kaca meningkat. Seperti itu juga karbon dioksida di udara, ia dapat melewati sinar ultra violet dan sinar tampak, tetapi menahan sinar infra merah yang dipantulkan ke bumi. Akibatnya suhu bumi naik jika kadar CO 2 di udara naik. Pada proses pembakaran konsentrasi CO 2 menunjukan secara langsung status hasil pembakaran di ruang bakar. Semakin tinggi semakin baik. Saat AFR berada di angka ideal, emisi CO 2 berkisar 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau terlalu gemuk, maka konsentrasi CO 2 akan turun drastis. d. Oksigen (O 2) Konsentrasi dari oksigen pada gas buang berbanding terbalik dengan konsentrasi CO 2. Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna, maka kadar oksigen yang masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap molekul hidrokarbon. Dalam ruang bakar, campuran oksigen dan bensin dapat terbakar dengan sempurna apabila bentuk dari ruang bakar tersebut melengkung secara sempurna. Kondisi ini memungkinkan molekul bensin dengan molekul udara dapat dengan mudah bertemu untuk bereaksi dengan sempurna pada proses pembakaran. Sayangnya, ruang bakar tidak dapat sempurna melengkung dan halus sehingga memungkinkan molekul bensin seolah-olah bersembunyi dari molekul oksigen dan menyebabkan proses pembakaran tidak terjadi dengan sempurna. e. Nitrogen Oksida (NO x) Nitrogen oksida dihasilkan melalui temperatur pembakaran yang tinggi. Saat temperatur pembakaran mencapai 1.37 C, nitrogen dan oksigen dalam udara bergabung sehingga menghasilkan nitrogen oksida. Selama udara di atmosfir masih mengandung 78% nitrogen, gas tersebut tidak dapat dicegah memasuki ruang bakar. Gas NOx mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau saat keluar dari mesin, namun ketika bersentuhan dengan oksigen pada atmosfir berubah menjadi NO 2 yang bersifat kemerahan dan dapat menimbulkan hujan asam. Gas NOx ini dapat menyebabkan iritasi mata, gatal pada tenggorokan, pemicu asma dan kanker paruparu, serta gangguan fungsi jantung. f. Timah Hitam (Pb) Timah hitam dapat ditemukan pada bensin yang mengandung TEL yang mempunyai rumus kimia Pb(C 2H 5) 4 untuk meningkatkan nilai oktan. Ketika proses pembakaran berlangsung di ruang bakar, maka TEL tersebut berubah menjadi partikel halus yang berupa timah hitam dan ikut keluar ketika langkah buang. Timah hitam (Pb) merupakan logam berat berbahaya yang dapat menyerang saraf dan mempengaruhi kinerja otak, penurunan IQ, bahkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kematian. Pada saat kita mengalami stress, Pb diremobilisasi dari tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga menimbulkan resiko terjadinya keracunan. Keracunan ini akan berkelanjutan dalam peredaran darah manusia, yang paling berbahaya terjadi pada ibu-ibu hamil atau sedang menyusui. Udara yang dihirup ibu-ibu hamil atau sedang menyusui akan diserap pula oleh anaknya. Secara tidak langsung anaknya menyerap racun-racun Pb didalam tubuh ibunya. METODOLOGI Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah premium murni, pertalite, dan etanol dengan kadar 95%. Parameter yang diukur adalah kandungan emisi gas buang yang terkandung tiap bahan bakar yaitu CO, HC, CO 2, O 2, dan lambda. Pengukuran dilakukan pada kondisi idle dan pengambilan data dilakukan sebanyak lima kali. Alat yang digunakan untuk mengukur emisi gas buang adalah Automotive Gas Analyzer merek KOENG dan motor yang digunakan untuk pengujian ini adalah sepeda motor Honda Beat 18cc tahun 21 dengan spesifikasi sebagai berikut : Tipe mesin 4 langkah, SOHC. Sistem pendingin, pendingin udara dan kipas Diameter langkah : 5 x 55 mm Volume langkah : 18 cc Perbandingan kompresi : 9,2 : 1 Busi: ND U24EPR9, NGK CPR8EA-9 Sistem pengapian: DC - CDI, Baterai. Pengujian emisi mula-mula dilakukan dengan pengambilan data premium murni tanpa campuran (E ), Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 24

kemudian E 5 (campuran etanol 5% dan premium 95%), E 1 (campuran etanol 1% dan premium 9%), E 15 (campuran etanol 15% dan premium 85%), E 2 (campuran etanol 2% dan premium 8%), dan pertalite sebagai pembanding. Data-data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis untuk memproleh kesimpulan. HASIL dan PEMBAHASAN Dari hasil uji emisi pada penggunaan bahan bakar premium murni dan variasi campuran bahan bakar premium-etanol terhadap kadar emisi gas buang pada sepeda motor Honda Beat 18cc tahun 21. Hasil rata-rata dapat dibaca pada Tabel 1 : Tabel 1 Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Kandungan Emisi Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Honda Beat 18cc tahun 21 Premium E5 E1 E15 E2 Pertalite Kondisi Mesin CO (% vol),12,9,11,13,11,16 Idle HC (ppm) 1779,8 189,2 1796 1567,6 2139,6 1118,4 Idle CO2 (% vol) 4,36 3,9 4,76 4,66 4,24 6,4 Idle O2 (% vol) 14,7 14,39 13, 13,58 13,99 11,4 Idle Lambda 2, 2, 2, 2, 2, 1,97 Idle Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 25

o 2 % vol HC ppm vol Co 2 % vol CO % vol Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 217 ISSN : 2442-4471 Sedangkan untuk mendiskripsikan hasil penelitian ini maka dapat digambarkan grafik tiap kandungan emisi sebagai berikut:.2.15.1.5.12.9.11.13.11 Gambar 1 Hasil emisi CO Kadar CO tertinggi dihasilkan oleh bahan bakar pertalite. Tingginya kadar CO pada bahan bakar pertalite dikarenakan kurangnya udara atau oksigen pada saat pembakaran. Pada bahan bakar yang dicampur etanol, kadar CO terhitung lebih rendah dari bahan bakar premium dan pertalite. Hal ini dapat disebabkan karena etanol mengandung oksigen, sehingga lebih mampu mengubah unsur C dan O menjadi CO 2 pada pembakaran mesin. 25 2 15 1 5 KARBON MONOKSIDA (CO) HIDROKARBON (HC) 2139.6 1779.8189.2 1796 1567.6 Gambar 2 Hasil emisi HC.16 1118.4 Kandungan HC pada bahan bakar E2 terhitung sangat tinggi dan melebihi ambang batas yang telah ditetapkan yaitu sebesar 2 ppm. HC adalah bahan bakar yang belum terbakar tetapi sudah keluar bersamasama dengan gas buang ke atmosfer. Tingginya kadar HC disebabkan oleh pembakaran yang kurang sempurna, yaitu karena kurangnya oksigen atau bahan bakar sehingga ada sebagian bahan bakar yang belum terbakar dan keluar masih dalam bentuk hidrokarbon. Pada bahan bakar pertalite kandungan HC terhitung sangat rendah karena bahan bakar pertalite mampu menghasilkan pembakaran lebih baik dibandingkan dengan premium dan bahan bakar dengan campuran etanol. Apabila campuran kurus (kurang bahan bakar), maka kosentrasi HC menjadi naik, hal ini disebabkan karena kurangnya pasokan bahan bakar sehingga menyebabkan rambatan bunga api menjadi lambat dan bahan bakar akan segera keluar sebelum terbakar dengan sempurna. Sedangkan pada kondisi campuran kaya (kelebihan bahan bakar) konsentrasi HC juga akan naik akibat dari adanya bahan bakar yang belum bereaksi dengan udara yang dikarenakan pasokan udara tidak cukup untuk bereaksi menjadi sempurna, sehingga ada sebagian hidrokarbon yang keluar pada saat proses pembuangan. 8 6 4 2 4.36 3.9 4.76 4.66 4.24 Gambar 3 Hasil emisi CO 2 Pertalite menghasilkan emisi gas buang CO 2 paling tinggi, semakin tinggi kadar emisi gas buang CO 2 maka semakin sempurna proses pembakaran yang terjadi diruang bakar. Pada bahan bakar yang menggunakan campuran etanol, kadar CO 2 pada setiap variasi bahan bakar mengalami peningkatan seiring konsentrasi etanol yang ditambahkan. Pada bahan bakar E5 terhitung rendah, dan meningkat pada bahan bakar E1 kandungan CO 2 semakin meningkat. Rendahnya kadar CO 2 pada bahan bakar dimungkinkan karena pada kondisi idle sudut pengapian cenderung mundur, sehingga berakibat pembakaran terlambat. Unsur yang terkandung dalam bahan bakar akan terbakar melalui pembakaran yang dihasilkan oleh bunga api atau busi. Pembakaran yang terlambat menyebabkan unsur C dan O tidak berubah menjadi CO 2. Rendahnya kadar CO 2 juga dimungkinkan karena AFR yang terlalu kurus atau terlalu kaya, apabila campuran terlalu banyak oksigen atau bahan bakar, maka ada sebagian unsur O yang tidak beriaksi dengan unsur C dan tidak berubah menjadi CO 2. 2 15 1 5 KARBON DIOKSIDA (CO2) 14.7 14.39 OKSIGEN (O2) Gambar 4 Hasil emisi Oksigen 6.4 13 13.58 13.99 11.4 Konsentrasi dari oksigen pada gas buang kendaraan berbanding terbalik dengan konsentrasi CO 2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 26

Nilai lambda Jurnal Elemen Volume 4 Nomor 1, Juni 217 ISSN : 2442-4471 sempurna, maka oksigen yang masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap molekul hidrokarbon, semakin kecil nilai oksigen maka semakin bagus. Pada bahan bakar premium dan E5 terhitung tinggi dan turun pada bahan bakar E1, hal ini disebabkan karena AFR terlalu kurus (kurang bahan bakar) pada saat pembakaran. Sedangkan pada bahan bakar pertalite, rendahnya kadar oksigen disebabkan AFR yang kaya (kelebihan bahan bakar). 2.1 2 1.99 1.98 1.97 1.96 1.95 LAMBDA 2 2 2 2 2 Gambar 5 Hasil emisi lambda 1.97 Nilai lambda merupakan kesimpulan proses pembakaran yang terjadi di mesin, jika lambda sama dengan 1 (satu), berarti pembakaran bahan bakar di mesin sangat efisien atau ideal, dalam artian komposisi bahan bakar dan udara benar-benar tercampur secara homogen. Tingginya nilai lambda dimungkinkan terjadi karena campuran bahan bakar terlalu kurus atau kebanyakan udara pada proses pembakaran. Turunnya nilai lambda pada bahan bakar pertalite di mungkinkan karena pembakaran menggunakan bahan bakar pertalite di ruang bakar lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar premium dan bahan bakar menggunakan campuran etanol. Dari beberapa grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan bakar menggunakan campuran etanol yang menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik adalah pada bahan bakar campuran etanol E1 dan E15. Pada bahan bakar premium murni kandungan CO yang dihasilkan sebesar,12 % vol, sedangkan pada bahan bakar yang menggunakan etanol mampu menurunkan kadar CO sebesar 8,34 % menjadi,11 % vol pada campuran bahan bakar E1. Bahan bakar etanol juga mampu menurunkan kandungan HC sebesar 11,9 % pada bahan bakar E15 yang mampu menghasilkan HC sebesar 1567,6 ppm sedangkan premium murni 1779,8 ppm. Namun pada komposisi penambahan etanol 2 % atau E2 kandungan HC meningkat dan melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah. Kandungan HC meningkat karena terdapat kandungan air pada etanol, sehingga air tersebut menjadi sisa gas polutan berupa uap dan menghasilkan kadar HC yang tinggi. Penambahan etanol juga berdampak pada kandungan CO 2 yang lebih baik dibandingkan dengan premium murni. Bahan bakar yang menggunakan etanol 1% atau E1 mampu menghasilkan kandungan CO 2 sebesar 4,76 % vol, lebih baik 9,17 % dari pada premium murni yang menghasilkan CO 2 sebesar 4,36 % vol. Sedangkan pada kandungan O 2, penambahan etanol juga berdampak lebih baik yaitu mampu menurunkan O 2 sebesar 7,6 % pada E1 dan 3,4 % pada E15. Penggunaan etanol mampu mengurangi O 2 karena etanol memiliki unsur O 2 di dalamnya sehingga membantu pembakaran diruang bakar lebih sempurna. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penambahan etanol mampu menghasilkan kadar emsi gas buang yang lebih baik dari pada premium murni yaitu dapat menurunkan kadar gas polutan CO sebesar 8,3 % dan HC sebesar 11,9 %, namun penambahan etanol masih belum lebih baik dibandingkan dengan bahan bakar pertalite yang mampu menghasilkan pembakaran lebih sempurna dan menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik. 2. Penambahan etanol E1 adalah yang paling efektif dalam menghasilkan emisi gas buang yang lebih baik yaitu mampu menurunkan kadar emisi sebesar 8 % dan tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh Mentri Lingkungan Hidup Nomer 5 tahun 26 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. DAFTAR PUSTAKA [1] Kusminingrum, Nanny, dan G. Gunawan. Polusi Udara Akibat Aktivita Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Artikel Penelitian. [2] Prihandana, R, K. Noerwijati, P. G. Adinurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi, dan R.Hendroko. 28. Bioetanol Ubi kayu: Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta:Agromedia [3] Fauji, Mukhamad., 215. Pengaruh Bioetanol Terhadap Lambda Dan Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Empat Tak Satu Silinder Berbahan Bakar Premium. Skripsi: Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. [4] Hardjono. A. (21). Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta: Gadjah Mada [5] Permen. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 26 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama [6] Raharjo, Winarno Dwi, dan Karnowo. 28. Mesin Konversi Energi. Buku Ajar. Semarang: Unnes Press [7] Suparyanto, Karno MW, dan Basori. Analisis Penggunaan X Power dan Variasi Campuran Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 27

Bahan Bakar Premium Etanol terhadap Kadar Gas Polutan CO dan HC pada Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 29. Artikel [8] Winangun, Kuntang., 211. Uji emisi penggunaan bioetanol dari tetes tebu sebagai campuran premium dengan oktan booster pada sepeda motor yamaha vega ZR 29. [9] Wiratmaja, IG. 21. Pengujian Karakteristik Fisika Biogasoline Sebagai Bahan Bakar Alternatif Pengganti Bensin Murni. Cakra M. Volume 4. Nomor 2:145-154. Nugraheni dan Haryadi. Pengujian Emisi Gas Buang Motor Bensin Empat Tak Satu Silinder 28