BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian terhadap efektifitas hukum. 56 Dalam penelitian ini, peneliti

BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 02 TAHUN 2014

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Penegakan Hukum dan Penegakan Hukum pidana. Penegakan hukum adalah proses di lakukannya upaya untuk tegaknya atau

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

III. METODE PENELITIAN. berdasarkan logika berpikir. Metodologi artinya ilmu tentang cara melakukan

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara kesatuan ini maka penyelenggaraan pemerintahan pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini tercantum dalam pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang mengatur bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat tersebut juga diperkuat dengan dicantumkan hal yang sama dalam Pasal 9 ayat (3) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU No. 39 Tahun 1999) yang berbunyi Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Pasal ini secara implisit menegaskan bahwa Pemerintah berkewajiban untuk menjamin hak rakyat Indonesia agar mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Sehubungan dengan itu, Sony Keraf sebagaimana yang dikutip dalam Nopyandri, juga menegaskan bahwa ada hubungan erat antara penyelenggaraan pemerintah yang baik dengan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Penyelenggaraan pemerintah yang baik akan mempengaruhi dan menentukan pengelolaan lingkungan hidup yang baik, dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik mencerminkan tingkat penyelenggaraan pemerintahan yang baik. 1 1 Nopyandri. Penerapan Prinsip Good Enviromental Governance dalam Perda Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Hukum. Volume 2 No. 1 Tahun 2011. Hlm 35 1

Salah satu masalah lingkungan yang dihadapi pada saat sekarang ini adalah sampah. Sampah menjadi salah satu masalah klasik yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, khususnya di Indonesia. Sampah adalah materi yang tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sehingga tidak mengganggu kenyamanan hidup. Sampah merupakan salah satu masalah penting yang harus segera dicari solusinya. Pemerintah memiliki kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat bagi warga negara. Salah satu cara untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat tersebut adalah dengan melaksanakan pengelolaan sampah. Oleh karena itu, dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah diperlukan payung hukum dalam bentuk Undang-Undang, sehingga dibentuklah Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UU No. 18 Tahun 2008). Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengertian pengelolaan sampah tersebut terdapat dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 18 Tahun 2008. Penjelasan UU No. 18 tahun 2008 menyebutkan bahwa pembentukan undang-undang pengelolaan sampah diperlukan dalam rangka: 1. Kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan. 2. Ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah. 4. Kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. 5. Kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-undang ini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah dan pemerintah daerah memegang peranan penting dalam melaksanakan UU No. 18 Tahun 2008. Sebagai 2

pelaksanaannya, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (PP No. 81 Tahun 2012). Peraturan Pemerintah ini dibentuk dengan tujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, menekan terjadinya kecelakaan dan bencana yang terkait dengan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, serta mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Tujuan tersebut tercantum di dalam Penjelasan peraturan pemerintah tersebut. PP No. 81 Tahun 2012 juga memberikan landasan bagi penyelenggaraan pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di daerah. Dengan lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, maka pemerintah daerah berkewajiban untuk segera membentuk peraturan daerah terkait dengan pengelolaan sampah. Sebelum lahirnya PP No. 81 Tahun 2012, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Permendagri No. 33 Tahun 2010) yang menjadi landasan bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Pasal 2 Permendagri No. 33 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang sekurang-kurangnya memuat (1) target pengurangan sampah; (2) target penyediaan sarana dan prasana pengurangan dan penanganan sampah mulai dari sumber sampah sampai dengan tempat pembuangan akhir; (3) pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat; (4) kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah 3

dan masyarakat; dan (5) rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang, dan penanganan akhir sampah. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk membuat suatu peraturan daerah juga diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 23 Tahun 2014). Pasal 17 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Urusan Pengelolaan sampah juga diatur dalam Penjelasan UU No. 23 Tahun 2014 pada bagian pembagian urusan pemerintahan konkruen bidang lingkungan hidup. Urusan Pemerintahan Konkruen adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan Pemerintah Konkruen terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Lingkungan hidup merupakan bagian dari Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintah Konkruen yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Berdasarkan uraian tersebut, pemerintah daerah khususnya pemerintah kabupaten/kota berhak untuk membuat suatu peraturan daerah yang berkenaan dengan pengelolaan sampah, hal ini dikarenakan sampah telah menjadi masalah yang serius, terutama di kota-kota besar termasuk di Kota Padang. Kota Padang merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Barat yang menjadi pusat berbagai kegiatan, seperti perdagangan, pendidikan, pariwisata, perkantoran, dan lain- 4

lain. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab tingginya pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Padang yang kemudian juga berdampak kepada meningkatnya volume sampah. Pola konsumsi masyarakat juga memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam. Permasalahan pengelolaan sampah di Kota Padang juga menjadi salah satu penyebab Kota Padang tidak lagi meraih Piala Adipura. Adipura merupakan sebuah penghargaan terhadap upaya pengelolaan lingkungan hidup. Kota Padang pernah berkali-kali mendapatkan piala adipura. Bahkan Kota Padang juga pernah memperoleh hadiah Adipura Kencana, yaitu penghargaan yang diberikan kepada kabupaten/kota yang berhasil mendapatkan empat kali Adipura. Namun sejak tahun 2009, Kota Padang tidak pernah lagi mendapatkan piala Adipura. 2 Kota Padang berkomitmen untuk kembali mewujudkan Kota Padang menjadi kota yang bersih. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Padang yaitu dengan meluncurkan gerakan Padang Bersih. Kemudian pada awal tahun 2015 Pemerintah Kota Padang memberlakukan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah (Perda Kota Padang No. 21 Tahun 2012) yang dibentuk dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah, meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, dan menjadikan sampah sebagai sumber daya secara komprehensif dan terpadu. Perda Kota Padang No. 21 Tahun 2012 juga mengatur ketentuan pidana mengenai sanksi terhadap orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya. 2 Bapedalda Sumatera Barat. Adipura. Bapedalda.sumbarprov.go.id/statis-22-adipura.html. Diakses pada 21 Oktober 2015 5

Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 61 Perda Kota Padang No. 21 Tahun 2012 yaitu bahwa setiap orang yang dengan sengaja membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, maka dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah). Selain menyusun Peraturan Daerah, Pemerintah daerah juga berkewajiban untuk melaksanakan peraturan daerah tersebut. Wewenang untuk melaksanakan peraturan daerah berada pada Kepala Daerah. Menurut Bayu Suryaningrat sebagaimana dikutip oleh Arhjayati 3, mengingat begitu rumitnya permasalahan yang dihadapi oleh Kepala Daerah maka perlu dibentuk suatu wadah organisasi/lembaga yang dapat menampung dan melaksanakan tugas-tugas desentralisasi, tugas-tugas pembantuan, khususnya yang menyangkut bidang pembinaan ketentraman dan ketertiban. Berdasarkan hal tersebut, Pasal 255 UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa Satuan polisi pamong praja dibentuk untuk menegakkan Perda dan Perkada, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman, serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat. Oleh karena itu, kewenangan untuk menegakkan Perda diemban oleh Satpol PP, termasuk didalamnya kegiatan pengawasan di lapangan serta penindakan secara langsung terhadap para pelanggar perda tersebut. Penegakan hukum merupakan persoalan yang dihadapi oleh setiap masyarakat. Proses penegakan hukum dalam kenyataannya memuncak pada 3 Arhjayati Rahim. Penegakan Hukum Peraturan Daerah. Jurnal Al-Risalah. Volume 13 Nomor 1 Mei 2013. Hlm 136 6

pelaksanaannya oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri. 4 Larangan membuang sampah yang terdapat di dalam Perda Kota Padang No. 21 Tahun 2012 harus ditegakkan, karena penegakan Perda merupakan awal terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat. Keamanan dan ketertiban merupakan kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat. Tanpa penegakan, hukum tidak akan memiliki makna. Oleh karena itu semua pihak seperti Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat harus berperan aktif dalam penegakan hukum, salah satunya dengan menegakkan Perda Kota Padang No. 21 Tahun 2012 agar permasalahan sampah di Kota Padang dapat terselesaikan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PEMBUANG SAMPAH DI KOTA PADANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku pembuang sampah di Kota Padang? 2. Apakah faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam penegakan Perda No. 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan sampah dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Padang untuk mengatasinya? 4 Yunasril Ali. Dasar-dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. 2007. Hlm 244 7

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku pembuang sampah di Kota Padang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat penegakan Perda No. 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dan upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Padang untuk mengatasinya. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya hukum administrasi negara. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pembuatan kebijakan di bidang pengelolaan sampah di Kota Padang dan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang telah diteliti. 8

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis. Penelitian yuridis sosiologis adalah suatu metode dengan menganalisis masalah yang ada dengan memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku serta menghubungkan dengan fakta-fakta yang penulis temui di lapangan dan kemudian membandingkannya pada peraturan yang berlaku. 5 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku pembuang sampah di Kota Padang. 3. Data dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Data Primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan dan data diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara. 5 Soerjono Soekanto. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Malang: Nusantara. 1998. Hlm 92 9

Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data primer yang bersumber langsung dari responden penelitian di lapangan. 6 Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku pembuang sampah di Kota Padang. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yang berbentuk bahan-bahan hukum. Bahan hukum tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu : 7 1) Bahan hukum primer (primary law material) yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundangundangan) atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan (kontrak, konvensi, dokumen hukum, dan putusan hakim). Bahan hukum primer yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 69). c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik 6 Abdulkadir Muhammad.Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2004. Hlm 86 7 Ibid. Hlm 82 10

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) d) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347). e) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 274). f) Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kota Padang Tahun 2012 Nomor 21, Tambahan Lembaran Daerah Kota Padang Nomor 61). 2) Bahan hukum sekunder (secondary law material) yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, dan media cetak, atau elektronik). 3) Bahan hukum tertier (tertiary law material) yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder (rancangan undang-undang, kamus hukum, dan ensiklopedia). 11

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data wawancara dan studi pustaka. a. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait. Pada penelitian ini, penulis akan mewawancarai narasumber yang terkait dengan penelitian ini yaitu Staf Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Padang, Staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Padang, dan masyarakat. b. Studi Kepustakaan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui studi pustaka terhadap berbagai dokumen yang terkait dengan penelitian ini, seperti buku-buku yang berkaitan dengan pengelolaan sampah, pendapat sarjana, surat kabar, artikel, kamus dan juga berita yang penulis peroleh dari internet. 5. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah dengan membandingkan peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, dan buku referensi, serta data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara kualitatif 12

yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang aspek hukum yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. 8 8 Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012. 13