MINGGU 5. Pokok Bahasan : Sumberdaya dan Energi Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian sumberdaya dan energi

dokumen-dokumen yang mirip
Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

PENGERTIAN GREEN CITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

Teknologi Bersih. Kuliah Minggu ke 8 tahun Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1

Pendahuluan ENERGI DAN LISTRIK PERTANIAN. Jika Σ E meningkat kegiatan : - ekonomi - ilmu pengetahuan - apresiasi manusia Akan berkembang dengan subur

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

PENIPISAN LAPISAN OZON

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

PENDAHULUAN Latar Belakang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

Latar Belakang KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB

MAKALAH GLOBAL WARMING PEMBAHASAN

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia


BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 10. Kebutuhan dan Alat Pemenuhan KebutuhanLatihan Soal 10.4

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

KERUSAKAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

ANALISIS TAHANAN DAN STABILITAS PERAHU MOTOR BERPENGGERAK SOLAR CELL

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pencemaran Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global ini.

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Transkripsi:

MINGGU 5 Pokok Bahasan : Sumberdaya dan Energi Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian sumberdaya dan energi b. Elemen-elemen pengkonsumsi sumberdaya dan energi c. Ketergantungan kota terhadap sumebrdaya dan energi d. Krisis energi e. Pelestarian sumberdaya dan energi. Pengertian Sumberdaya dan Energi Bentuk dan substansi fisik dari lingkungan kota berasal dari energi dan sumberdaya alam yang dapat di perbarui dan tidak dapat diperbarui. Berlangsungnya kehidupan lingkungan terbangun juga tergantung pada keberadaan bumi sebagai penyedia energi dan sumberdaya tersebut. Menurut Yeang (1995), sumber-sumber enegi dan material yang berasal dari bumi disebut sumberdaya alam, yang diklasifikasikan menjadi dua: sumberdaya yang dapat digantikan dan sumberdaya yang tidak dapat digantikan. Sedangkan sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh lingkungan terbangun ada tiga jenis, seperti terlihat pada Kotak 3.1. Kotak 3.1 Sumberdaya alam yang dibutuhkan oleh lingkungan Sumberdaya yang tak terbatas jumlahnya. Sebagai contoh adalah udara, air, dan energi matahari, yang masing-masing mempunyai jumlah total yang dianggap tak terbatas. Meskipun demikian, jumlah dan bentuk dari sumberdaya tersebut dapat berubah, tergantung dari sistem kehidupan yang ada. Sumberdaya yang dapat diperbarui dan dipelihara. Sebagai contoh adalah populasi flora dan fauna. Dikatakan demikian karena sumberdaya ini dapat berproduksi untuk fungsi lingkungan. Meskipun demikian, kelestarian sumberdaya ini juga tergantung dari kegiatan manusia yang mempengaruhinya. Sumberdaya yang tidak dapat diperbarui. Sebagai contoh adalah mineral, tanah, fosil, dan lansekap. Sumberdaya ini mempunyai jumlah terbatas, sehingga dapat terjadi penurunan kuantitas dan kualitas, tergantung dari tingkat kegiatan manusia dalam memakainya.

Meskipun ketiga jenis sumberdaya tersebut mempunyai keterbatasan, ketiga kategori sumberdaya tersebut dapat berubah apabila ditemukan substitusi baru atau adanya teknik-teknik pengambilan dan pengembalian sumberdaya yang dapat mempengaruhi suplai mereka. Kenyataan bahwa bumi mengandung keterbatasan jumlah energi dan sumberdaya yang tidak dapat diperbarui, mengharuskan manusia juga mengkonsumsinya dalam jumlah terbatas. Hal ini mengingat juga bahwa kandungan mineral misalnya, apakah itu minyak bumi, logam, atau lainnya, secara geologis memerlukan waktu sangat lama untuk membentuknya, sedangkan untuk mengkonsumsinya dibutuhkan waktu lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan mineral-mineral tersebut untuk beregenerasi. Di Indonesia, jenis energi yang paling banyak dikonsumsi adalah bahan bakar minyak, jenis sumberdaya yang tidak dapat diperbarui. Secara rinci pemakaian energi di Indoensia adalah sebagai berikut: 53% bahan bakar minyak 21% batu bara 7% gas alam 18% tenaga air 1% tenaga panas bumi Lingkungan kota membutuhkan banyak sumberdaya. Sebagai contoh, dari pemakain energi bahan bakar minyak (BBM) yang 53% tersebut, 35%-40% nya dikonsumsi oleh transportasi dalam bentuk bensin. Sementara itu, peningkatan kebutuhan energi untuk kegiatan domestik rata-rata 7% per tahun. Ketergantungan Lingkungan Urban Terhadap Energi Dan Sumberdaya Pengaruh lingkungan terbangun terhadap ekologi dari waktu ke waktu semakin meningkat akibat meningkatnya kegiatan manusia dalam memodifikasi ekosistem. Lingkungan terbangun yang paling mengkonsumsi sumberdaya bumi terbesar untuk keberadaannya adalah lingkungan kota serta industri, dan keduanya juga menyumbang hasil-hasil produk ke dalam biosfer. Seperti sebuah organisma hidup, sistem kehidupan ligkungan terbangun mensyaratkan adanya masukan yang konstan dan menghasilkan keluaran yang konstan pula. Dengan konsep ekosistem, rancangan dari lingkungan kota dapat dilihat sebagai bentuk pengelolaan energi dan sumberdaya lainnya. Dengan cara ini. elemen-elemen fisik lingkungan kota dapat dikenali sebagai lingkungan biotik dan abiotik, dan dengan penghitungan, dapat diketahui sumberdaya yang dibutuhkan pada masing-masing elemen.

Dalam pendekatan ekologi, setiap bangunan yang ada hanya mewakili satu bagian kecil dari aliran energi, yang mana manusia memakai sejumlah energi untuk membangun dan mengoperasikan bangunan, dan pada akhir usia bangunan, bahanbahan bangunannya dibongkar, dibuang atau dipakai ulang. Jadi, apabila dilihat secara keseluruhan, setiap sistem perancangan dan setiap elemen dari sistem hanya mewakli satu bagian dari perubahan biosfer yang menerus serta siklus energi dan material sumberdaya. Gambar 3.1 menunjukkan lingkungan terbangun sebagai bagian dari aliran energi dan material. Pada pengambilan dan pemrosesan material dan sumberdaya energi untuk lingkungan terbangun pasti menghasilkan perubahan-perubahan dalam ekosistem. Pada pengambilan bahan baku, proses produksi dan proses konsumsi akan dihasilkan residu atau limbah, yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitamya. Bahkan struktur fisik terbangun pun dapat menjadi limbah bagi lingkungannya. Untuk itu para perancang dan perencana kota harus memberi perhatian pada pemakaian energi dan sumberdaya alam lainnya yang sesuai dengan sistem rancangan, sebab setiap pemakaian sumberdaya dalam lingkungan terbangun akan memberi dampak kepada ekosistem, dan juga penurunan sumberdaya tersebut. Dalam pendekatan ekologi untuk perancangan, energi dan sumberdaya alam dipahami tidak hanya pada pemakaian dalam sistem perancangan, tetapi juga dalam pengambilan, penyimpanan, penerapan, proses pemakaian, dan pembuangannya ke dalam biosfer. Dalam pendekatan ekologi untuk perancangan, energi dan sumberdaya alam dipahami tidak hanya pada pemakaian dalam sistem perancangan, tetapi juga dalam pengambilannya, penyimpanannya, penerapannya, proses pemakaiannya, dan pembuangannya ke dalam biosfer.

Gambar 3.1 Lingkungan terbangun sebagai bagian dari aliran energi dan material. (Yeang, 1995) Efisiensi Sumberdaya Pembangunan urban memerlukan begitu banyak sumberdaya alam, baik air, udara, tanah, bahan bangunan dan sebagainya, yang apabila tidak hati-hati dalam pengambilan dan pemakaiannya akan merusak sumberdaya alam tersebut, sehingga keberadaannya tidak akan berkelanjutan. Tidak banyak perencana dan perancang kota yang memberi perhatian pada seberapa banyak mereka sudah memakai sumberdaya, apakah sumberdaya tersebut dapat diperbarui atau didaur ulang, apakah hasil rencana atau rancangan tersebut banyak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan, dan sebagainya. Kondisi lingkungan kota yang sehat dan nyaman perlu dipertahankan melalui kesadaran akan kelestarian lingkungan, serta perencanaan dan perancangan kota dengan pendekatan ekologi yang lebih berhati-hati terutama dalam efisiensi pemakaian sumberdaya. Bell (1992) mengusulkan suatu pendekatan untuk perencanaan kota yang disebut `Ecologically Integrated Planning', dengan tujuan: Memakai sumberdaya lokal Mempertahankan integritas dan diversitas ekosistem lokal dengar memaksimalkan pelestarian tanaman setempat dan komunitas binatang. Memakai sumberdaya seperti energi dan air seefisien mungkin.

Seminimal mungkin memakai sumberdaya import dan hanya memakainya apabila sumberdaya tersebut dalam pengambilannya dan proses pengolahannya berkelanjutan secara ekologi. Sedangkan Dominski (1992) menjelaskan tiga prinsip bagi suatu kota untuk mengarah pada pembangunan eko-urban, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), dan recycle (mendaur ulang). Prinsip pertama, reduce, merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan sumberdaya lingkungan yang berlebihan, seperti tanah, air dan energi. Hemat tanah, sebagai misal pembangunan kota yang lebih kompak, daripada banyak mengkonversi tanah-tanah pertanian di luar kota. Prinsip reduce juga penting diterapkan untuk merubah gaya hidup masyarakat agar menghemat pemakaian air sehari-hari, pemakaian air bekas pakai untuk penyiraman tanaman, pemanfaatan sampah organik untuk pupuk, pengurangan pemakaian listrik, dan sebagainya. Prinsip kedua, reuse, merupakan pemanfatan kembali bagian-bagian kota yang telah ada seperti bangunan, jalan, atau ruang-ruang terbuka. Misalnya saja pemanfaatan bangunan lama untuk fungsi baru, seperti bangunan kantor yang sudah tidak terpakai lagi dapat dialihfungsikan menjadi unit tempat tinggal atau perumahan, serta atap bangunan, yang fungsi utamanya untuk melindungi ruang-ruang dibawahnya dapat dimanfaatkan juga untuk taman. Contoh lain adalah bangunanbangunan tua di banyak kota di Eropa, yang dilestarikan untuk fungsi-fungsi baru. Para arsitek dapat merancang bangunan dengan bahan bangunan setempat yang berkualitas agar tahan lama, dengan memberi perhatian terhadap pemeliharaannya, dan dengan multi fungsi, sehingga bangunan dpat dipakai berulangkali tanpa dirobohkan. Tahap recycle merupakan tahap dimana upaya pembangunan kembali bagianbagian kota dilakukan untuk menjadikan tempat-tempat tersebut lebih menarik, sehat, nyaman dan aman bagi penduduknya. Sebagai contoh adalah revitalisasi bagian-bagian pusat kota yang dapat dilakukan untuk menghindari konversi lahan subur di pinggiran kota; atau mengkonversi lahan terbuka yang

kurang berfungsi menjadi hutan kota. Bagian-bagian kota lama dapat difungsikan kembali atau direvitalisasi, karena tanah bukan merupakan sumberdaya yang dapat diperbarui. Sekali tanah subur dikembangkan untuk kota, maka kualitas kesuburannya akan menurun. Dengan kata lain, pertimbangan jangka panjang pengembangan kota secara intensip dan ekstensip harus secara cermat dilakukan. Penggunaan lahan pertanian diluar kota mungkin cukup ekonomis untuk jangka pendek, akan tetapi banyak membawa masalah lingkungan dalam jangka panjang. Konservasi bangunan atau kawasan tertentu di dalam kota merupakan upaya mengurangi konsumsi sumberdaya, karena prinsip eko-perancangan urban adalah: jangan membangun kecuali apabila benar-benar diperlukan. Sehingga konservasi, yang diartikan sebagai upaya mempertahankan bangunan atau kawasan yang sudah ada, yang meliputi: mempertahankan seperti aslinya, mengadaptasi dan menemukan fungsi baru perlu dilakukan. Pembongkaran hanya terjadi apabila bangunan atau kawasan tersebut tidak dapat dipertahankan dari segi fisik. Konservasi menentang adanya pembongkaran atau perobohan bangunan untuk diganti dengan yang baru, karena hal ini bertentangan dengan tujuan efisiensi pemakaian sumberdaya, khususnya energi dari sumberdaya yang tidak dapat diperbarui. Perobohan bangunan berarti hilangnya struktur yang sudah ada, yang dianggap sebagai kapital energi, kecuali apabila beberapa material bangunan dapat dipakai lagi, meskipun dalam kapasitas kecil. Perobohan bangunan tua memerlukan sejumlah energi dan pembangunan yang baru sebagai penggantinya juga memerlukan sumberdaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu perancangan yang berwawasan lingkungan mensyaratkan bangunan-bangunan yang dibangun seharusnya dirancang untuk dapat dipakai sepanjang waktu, dengan fungsi yang dapat berubah. Banyak contoh pemeliharaan bangunan lama dan pemakaian ulang dijumpai di negara-negara Eropa. Gereja-gereja tua abad 19 di Inggris telah dialih fungsikan menjadi pusat perbelanjaan atau apartemen. Fasade bangunan-bangunan tua di kota Amsterdam direnovasi untuk mendapatkan suasana lama yang tetap terpelihara. Efisiensi Energi Prinsip merancang urban dengan pemakaian energi se efisien perlu diterapkan, mengingat secara umum perubahan iklim dan kondisi fisik lingkungan kota disebabkan oleh polusi yang dihasilkan oleh proses pembangunan kota. Banyak dari polusi atmosfer disebabkan oleh pembakaran minyak bumi (fosil) untuk

mendapatkan energi penunjang kehidupan kota. Beberapa elemen yang mengkonsumsi energi untuk berlangsungnya kehidupan kota antara lain: Bangunan penerangan, pendinginan, pemanasan (terutama energi listrik) Transportasi (energi bahan bakar minyak) Komunikasi: telepon, telex, radio, TV (energi listrik) I nfrastru ktur Pertambangan Industi Lima puluh persen dari konsumsi minyak bumi di seluruh dunia dipakai untuk bangunan. Selain itu energi dipakai untuk membuat bahan bangunan, untuk membawa bahan bangunan tersebut ke lokasi, serta dipakai pada saat proses pembangunan bangunan. Pemakaian bangunan-bangunan itu sendiri menghasilkan lima puluh persen CO2 di seluruh dunia, atau sekitar seperempat jumlah gas rumah hijau (Moughtin, 1996). Pemakaian energi juga menghasilkan kontaminasi air, hujan asam dan polusi udara di kota. Setengah dari gas CFCs (chlorofluorocarbons) yang diproduksi di seluruh dunia berasal dari bangunan, sebagai bagian dari AC, almari es, sistem pemanas air, pemakaian pembersih ruangan, dan sebagainya. Dalam industri bangunan, energi dikonsumsi dalam dua cara: pertama adalah energi yang dipakai untuk pembangunan atau konstruksi bangunan dan infrastruktur kota, dan kedua adalah energi yang dipakai sepanjang usia bangunan (Vale dan Vale, 1993). Para perancang, pengembang dan pemakai bangunan, harus melakukan pemilihan bahan-bahan bangunan dengan hati-hati, yaitu bahan bangunan yang bersahabat dengan lingkungan, pemakaian pendekatan perancangan yang pintar, pemakaian dan pemeliharaan bangunan yang baik, dan bersamaan dengan kontrol perencanaan yang baik, dapat menurunkan kuantitas polutan yang masuk dalam lingkungan. Bahan bangunan sedapat mungkin juga dapat dipakai sepanjang usia bangunan. Konsep pembangunan tata guna tanah campuran (mixed-use land development) dapat diterapkan di daerah urban untuk mengurangi pemakaian energi, disamping untuk mencapai keragaman ekonomi dan sosial, sebuah metode pengelolaan pertumbuhan metropolitan (Stenhouse, 1992). Penerapan konsep ini

membuat kota menjadi lebih hidup. Pada pengembangan tata guna tanah campuran, berbagai kegiatan penduduk urban terkonsentrasi di suatu area, dengan rancangan konfigurasi fisik yang baik, sirkulasi internal, dan pencapaian eksternal. Secara fisik dan fungsi sating berintegrasi, mudah dicapai dengan berjalan kaki ataupun transportasi umum. Pembangunan tata guna tanah campuran yang berkepadatan tinggi apabila dirancang dengan hati-hati akan menunjang konservasi energi, khususnya dari transportasi, menurunkan biaya secara ekonomi dan lingkungan, mengkonsumsi sedikit sumberdaya alam, dan menurunkan biaya secara personal dibandingkan dengan tata guna tanah hanya untuk satu fungsi dengan kepadatan rendah. Bentuk kota akan mempengaruhi pola transportasi, yang selanjutnya mempengaruhi konsumsi bahan bakar dan jumlah gas buang. Bentuk kota pula yang mempengaruhi fasilitas transportasi umum, yaitu jalan dan jenis kendaraan umum, yang akhimya dapat mempengaruhi konversi tanah-tanah non-urban untuk kegiatan urban (Breheny dan Rookwood, 1993). Pada bentuk kota menyebar, dengan jarak dari satu tempat ke tempat lain cukup jauh, akan mempunyai pola transportasi yang mengkonsumsi bahan bakar lebih banyak daripada pola transportasi pada bentuk kota kompak. Sedangkan di kota-kota besar seperti Bangkok dan Jakarta yang setiap harinya mengalami kemacetan lalu lintas, bahan bakar juga menjadi semakin banyak dikonsumsi untuk kendaraan. Banyaknya permasalahan urban yang disebabkan oleh transportasi, yang antara lain mengkonsumsi banyak energi dan menciptakan polusi, telah mendorong banyak negara maju melakukan upaya mengurangi pergerakan yang tergantung kepada kendaraan umum maupun pribadi, serta mencari pengganti bahan bakar bensin untuk kendaran dengan bahan lain yang tidak menimbulkan polusi. Sebagai contoh negara Swedia telah mengembangkan pengganti bahan bakar bensin untuk kendaraan, khususnya kendaraan umum, dengan biogas dari limbah manusia yang diolah, serta dengan ethanol dari pengolahan anggur. Kedua bahan bakar pengganti tersebut, disamping sebagai upaya menghindari pemakaian minyak bumi, juga menurunkan emisi karbon dioksida ke udara, yang artinya mengurangi polusi udara (Lothigius, 1996).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan adanya krisis energi, penghematan energi dan alternatif jenis energi, sebagai berikut: Krisis energi Berbagai penyebab timbulnya krisis energi adalah: 1. Konsumsi energi dunia secara total dan per kapita meningkat dengan cepat 2. Di negara maju, kebutuhan akan minyak dan gas alam melebihi jumlah yang ada di alam 3. Hampir semua energi yang dipakai telah mencemari lingkungan 4. Lemahnya kebijakan dalam perencanaan pemakaian energi 5. Belum dikembangkannya teknik-teknik konservasi energi Penghematan energi 1. Memperpendek aliran energi Bertujuan meminimalkan energi/panas terbuang Gambar 3.2 Upaya memperpendek aliran energi

2. Efisiensi energi Pemakaian energi lebih sedikit dengan hasil maksimal Misal: -Lampu TL dengan jumlah watt kecil tetapi menghasilkan sinar terang -Pemakaian transport umum, seperti KRL. untuk mengurangi pemakaian mobil pribadi Mereduksi energi yang hilang melalui proses yang lebih efisien 3. Desain bangunan hemat energi Pemakaian ventilasi untuk mendapat udara dan cahaya alami Pemakaian bahan-bahan bangunan dan sistem konstruksi hemat energi Pilihan jenis sumber energi lain (selain minyak dan batu bara) 1. Energi air Tenaga hidro Energi laut (ombak/gelombang) 2. Energi angin Ditangkap dengan kincir angin 3. Energi matahari Active solar systems (menangkap sinar pompa sirkulasi panas) Passive solar systems (menangkap sinar dengan sistem desain dan konstruksi) Photovoltaics (menangkap sinar langsung untuk digunakan dalam bangunan) Solar-thermal technology (sinar diubah menjadi listrik) 4. Energi bumi (geotermal) Air panas Gas alam Magma 5. Biomass Pembakaran langsung (mis: kayu) Biogas (gas metan. metanol. etanol) Alkohol