ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING DEHUMIDIFIKASI TERINTEGRASI DENGAN PEMANAS UDARA SURYA UNTUK MENGERINGKAN TEMULAWAK

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

ANALISA KONSUMSI DAN BIAYA ENERGI PADA MESIN PENGERING PAKAN TERNAK SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

Studi Awal Desain dan Pengujian Mesin Pengering Kerupuk Opak Sistem Pompa Kalor

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING PAKAIAN SISTEM HIBRIDA DENGAN KAPASITAS RUANG PENGERING SATU METER KUBIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

Bab IV Analisa dan Pembahasan

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II LANDASAN TEORI

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

POMPA SISTEM DEPARTE FAKULTAS TEKNIKK UTARA MEDAN 2014 SKRIPSI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS]

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Bab IV Analisa dan Pembahasan

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Studi Awal Desain dan Pengujian Sebuah Mesin Pengering Hibrida Pompa Kalor dan Tenaga Surya

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

BAB IV METODE PENELITIAN

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

ANALISIS PERFORMANSI MODEL OVEN KAYU SISTEM INTEGRAL HP/T COLLECTOR DAN DESAIN REKAYASA PROTOTIPE HYBRID MOBILE WOOD DRYER

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

METODOLOGI Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Bahan Alat Tahapan Perancangan Alat Pengering Gagasan Awal

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Transkripsi:

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining drying rate and drying efficiency Variables in the research are air velocity and temperature Model of heat pump dryer was used to determine drying optimum Heat source use air heat from condensor with refrigerant R-134a Optimum drying rate occurs a high velocity (25 m/s) during 54 minute at velocity variable While, optimum drying rate occurs at temperature variable is 21 minute COP actual at evaporator temperatur 18 o C and 22 o C are 997, respectively Drying efficiency at air velocity variable 18 m/s and 25 m/s are 5,9% and 6,6% Key words : heat pump dryer, drying rate, drying efficiency PENDAHULUAN 123 Dampak pemanasan global yang terjadi pada beberapa dekade terakhir ini telah menimbulkan beberapa efek samping salah satunya adalah pergantian musim yang tak menentu, hal ini menyulitkan para petani untuk melakukan aktivitas pertanian khususnya dalam melakukan proses pengeringan Sebagian besar produk hasil pertanian memiliki sifat tidak tahan lama untuk disimpan dan mudah rusak (perishable), sehingga perlu dilakukan proses pengeringan untuk memperpanjang daya simpan hasil pertanian dan menjaga kualitas produk pertanian tersebut Pengeringan yang dilakukan oleh sebagian besar petani di Indonesia adalah dengan melakukan penjemuran, namun dengan melihat fenomena diatas akan sulit dilakukan proses pengeringan terutama pada musim penghujan karena sinar matahari tidak akan bersinar lama, sehingga pengeringan tidak sempurna Selain itu perlu disediakan tempat yang cukup luas untuk melakukan proses penjemuran Oleh karena itu pemanfaatan pompa kalor sebagai sumber panas dalam proses pengeringan dapat menghemat biaya produksi serta tidak terpengaruh dengan perubahan cuaca Menurut Taib, (1989) bahwa makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan berlangsung Faktor lain yang tidak kalah penting adalah suhu udara pengering, makin tinggi suhu udara pengering makin besar energi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan Penelitian yang berkenaan dengan hal ini memang telah banyak dilakukan terutama dengan memanfaatkan kerja pompa kalor (heat pump) sebagai sumber panas untuk pengeringan, namun yang menjadi titik berat dalam penelitian ini adalah pengaruh kecepatan aliran udara dan suhu udara pengering terhadap laju pengeringan untuk menentukan waktu pengeringan yang optimal dan lamanya waktu pengeringan TINJAUAN PUSTAKA Hall (1957),Taib,(1988) menyatakan bahwa proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat 1 Staf Pengajar Teknik Mesin FT UNS 11

memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologik dan kimia sebelum bahan diolah (digunakan) Laju pengeringan dapat dilakukan dengan mengukur kadar air awal dan mengukur kadar air setiap beberapa menit pada masing-masing rak MC MC Rd (rate drying) = i t (1) t Effisiensi Pengeringan Effisiensi pengeringan adalah hasil perbandingan antara panas yang secara teoritis dibutuhkan dengan penggunaan panas yang sebenarnya dalam pengeringan, Taib (1988) Jumlah kalor yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat dihitung dengan rumus berikut : Q = Q 1 + Q 2 + Q 3 (2) Q 1 adalah panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan menggunakan persamaan sebagai berikut : Q 1 = m a h fg (3) Q 2 adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu air dalam bahan menggunakan persamaan sebagai berikut : Q 2 = m pa c p,air (T 1 -T 2 ) (4) Q 3 adalah panas yang diserap gabah menggunakan persamaan sebagai berikut : Q 3 = m pg c p,gabah (T 1 -T 2 ) (5) Kalor yang dihasilkan oleh pompa kalor pada proses pengeringan dapat diperoleh dari Q HP = m c p, udara T (6) Maka effisiensi pengeringan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Pompa Kalor Q p x 1% (7) Q HP Pompa kalor merupakan sebuah sistem refrigerasi yang memanfaatkan kalor yang dilepaskan kondensor untuk pemanasan, sehingga udara panas yang dilepaskan tidak dibuang ke atmosfir, Stoecker(1996) Menurut Soto-Gomez (2), di Meksiko telah dikembangkan metode untuk mengawetkan produk pertanian khususnya padi dengan menggunakan sistem hibrid yaitu dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan pemanas tenaga surya dan pompa kalor Pemanfaatan metode ini dapat mengurangi biaya produksi dan tidak menimbulkan polusi udara sebagai akibat dari pemanfaatan disel dan gas sebagai bahan baker Gunasekaran (vol25) meneliti bahwa sistem pengeringan pada suhu rendah dengan menggunakan pompa kalor memerlukan energi yang sedikit dibandingkan pengeringan dengan menggunakan pemanas listrik Koefisien Prestasi (COP) Koefisien prestasi menyatakan perbandingan antara panas yang diberikan kondensor dengan kerja yang dihasilkan kompresor, dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : COP = Q W kondensor kompresor = h2 h3 h h 2 1 (8) 12 Mekanika, Volume 3 Nomor 1, September 24

Moisture Extraction Rate (MER) dan Specific Moisture Extraction Rate (SMER) Moisture extraction rate menyatakan besarnya kadar air yang terangkat dari suatu bahan setiap jamnya atau dengan kata lain menyatakan produktivitas alat pengering, dinyatakan dalam persamaan berikut : MER = ṁ x ( ω ω ) x 36 (9) do di maka besarnya kalor yang dihasilkan kondensor dan evaporator dapat ditentukan dengan persamaan berikut : mr 2 3 Q kondensor = x (h h ) (1) Q evaporator = r x (h h ) (11) m 1 4 Specific moisture extraction rate menyatakan besarnya effisiensi energi pengeringan pada pengeringan menggunakan pompa kalor, yang dinyatakan dalam persamaan berikut : SMER = MATERI DAN METODE MER (12) W t Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 24 bertempat di Laboratorium Konversi Energi Universitas Sebelas Maret Surakarta Bahan Penelitian Padi jenis R 64 yang diambil dari daerah kantong pertanian di wilayah Surakarta Alat yang Digunakan 1 Air Conditioner (AC) window 2 Timbangan Digital 3 Termometer Digital 4 Grain Sampler 5 Amperemeter 6 Termokopel 7 Voltmeter 8 Data Akuisisi 9 Anemometer 1 Oven 11 Higrometer 13 Stop Watch 12 Termometer Bola basah 14 Termometer Bola kering Model Pengering Pompa Kalor 13

Laju Pengeringan (%/menit) 1 a 6 7 b c 2 3 5 4 Gbr 1 Model pengering gabah pompa Kalor Keterangan : 1 Rak (3 buah), 2 Aliran Udara jenuh, 3 Pipa PVC, 4 Evaporator, 5 Kondensor, 6 Aliran Udara Masuk, 7 Aliran Udara Panas HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Udara terhadap Laju Pengeringan Pengujian dilakukan dengan menggunakan 2 variasi suhu udara evaporator yaitu 18 o C dan 22 o C dengan kecepatan aliran udara 2 m/s, RH lingkungan 86% (18 o C) dan 8% (22 o C) serta massa gabah per grain sampler sebesar 1 gram pada rak 1,2 dan 3 Pada gambar 2 dan 3 menjelaskan pengaruh suhu udara terhadap laju pengeringan Dalam gambar tersebut terlihat bahwa pada suhu udara 18 o C laju pengeringan menurun relatif lebih lambat yaitu sekitar,16 %/menit dibandingkan dengan laju pengeringan pada suhu udara 22 o C sekitar,39 %/menit dari laju pengeringan awalnya, hal ini penurunan kadar air juga relatif lambat Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suhu udara berpengaruh pada laju pengeringan, yaitu semakin tinggi suhu udara maka laju pengeringan semakin besar,1,8 y =,227x -,3489 R 2 =,8859,6,4,2 y =,47e,1423x R 2 =,8428 (18,9 ;,61) I (I) 1 12 14 16 18 2 Gambar 2 Grafik pengaruh suhu udara evaporator 18 o C 14 Mekanika, Volume 3 Nomor 1, September 24

Laju Pengeringan (%/menit) Laju Pengeringan (%/menit),1 y =,75x - 1,266,8 R 2 =,974,6,4 (17,84 ;,51),2 y =,158e,652x R 2 =,736 1 12 14 16 18 2 I (I) Gambar 3 Grafik pengaruh suhu udara evaporator 22 o C Pengaruh Kecepatan Udara terhadap Laju Pengeringan Pengujian dilakukan dengan menggunakan 2 variasi kecepatan udara yaitu 1,8 m/s dan 2,5 m/s dengan suhu udara 3 o C, RH lingkungan 49% (1,8 m/s) dan 4 % (2,5 m/s) serta massa gabah per grain sampler sebesar 1 gram pada rak 1, 2 dan 3 Pada gambar 4 dan 5 menjelaskan pengaruh kecepatan udara terhadap laju pengeringan Dalam gambar diatas terlihat bahwa pada kecepatan udara 1,8 m/s laju pengeringan menurun relatif lebih lambat yaitu sekitar,13 %/menit dibandingkan dengan laju pengeringan pada kecepatan udara 2,5 m/s sekitar,15 %/menit dari laju pengeringan awalnya, hal ini disebabkan waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan lebih lama sehingga mengakibatkan penurunan kadar air juga relatif lambat Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran udara berpengaruh pada laju pengeringan, yaitu semakin tinggi kecepatan aliran udara maka laju pengeringan semakin besar,35,3,25 y =,235x -,4416 R 2 =,9176,2,15,1,5 y =,78e,447x R 2 =,791 (19,59 ;,18) 1 12 14 16 18 2 I (I) Gambar 4 Grafik pengaruh kecepatan udara 1,8 m/s 15

Laju Pengeringan (%/menit),6,5,4 y =,172x -,2916 R 2 =,9323 I,3,2 (18,82 ;,32) y =,146e,42x,1 R 2 =,6565 1 12 14 16 18 2 (I) Gambar 5 Grafik pengaruh kecepatan udara 2,5 m/s KESIMPULAN 1 Dari variasi kecepatan aliran udara, laju pengeringan optimum terjadi pada kecepatan tinggi (2,5 m/s) dengan lama waktu pengeringan 54 menit, sedangkan dari variasi suhu udara laju pengeringan optimum terjadi pada suhu udara 22 o C dengan lama waktu pengeringan 21 menit 2 Effisiensi pengeringan yang dihasilkan pada kecepatan aliran udara 1,8 m/s yaitu 5,9%, kecepatan aliran udara 2,5 m/s yaitu 6,6%, sedangkan pada suhu udara 18 o C yaitu 4,12% dan suhu udara 22 o C yaitu 4,7% 3 Koefisien performansi aktual yang dihasilkan pada suhu udara evaporator 18 o C adalah sebesar 9,97 dan pada suhu udara evaporator 22 o C adalah 1,6 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah yang telah memberikan pendanaan dan memfasilitasi selama proses pembuatan model pengering gabah pompa kalor 16 Mekanika, Volume 3 Nomor 1, September 24

DAFTAR PUSTAKA Prasertsan, S, and Saen-saby, P, 1998, Heat Pump Drying of Agricultural Materials, Drying Technology, Vol 16 (1&2), p 235-25 Prasertsan, S, dkk, 1997, Heat Pump Dryer Part 3 : Experiment Verification of The Simulation, International Journal of Energy Research, Vol 21, p 77-722 Soto-Gomez, W, dkk,, Hybrid System Heat Pump-Solar Air Heater for The Drying of Agricultural Products, Metal-Mechanical Department, Institut of Tijuana, Mexico 17