PEMAHAMAN GURU TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 20 TAHUN 2007 DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN


PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Peta Konsep. Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi. Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

MKF403: S1 PTI & PTE Pertemuan ke-2

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

II. TINJAUAN PUSTAKA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL PEMBELAJARAN KIMIA

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI STANDAR PENILAIAN DI PROVINSI LAMPUNG. Oleh: Dr. Pamuji Sukoco, M.Pd.

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

ainamulyana.blogspot.co.id ainamulyana.blogspot.co.id

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RANCANGAN PENILAIAN HASIL BELAJAR DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPDIKNAS DIT. PEMBINAAN SMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

STANDAR PENILAIAN BIMBINGAN AKREDITASI SMK Oleh : A L M A N

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

BAB I PENDAHULUAN. sebuah standar yang diberi nama Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS PENDIDIKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI STANDAR PENILAIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. didik. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

SKRIPSI. Oleh Joko Mardiyanto NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Transkripsi:

PEMAHAMAN GURU TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 20 TAHUN 2007 DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: Heribertus Ratna Dwi Setyawan 021334087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

PEMAHAMAN GURU TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 20 TAHUN 2007 DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: Heribertus Ratna Dwi Setyawan 021334087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009 i

ii

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah Nya 2. Bapak & Ibu 3. Kakak adikku 4. Sanak- saudara yang telah membantu perjuangan ini 5. Teman-teman seperjuangan iv

MOTTO Temukan dan hadapilah semua yang ada saat ini dengan penuh semangat untuk melihat masa depan Karena pada akhirnya, masa depan harus kita raih dan bukan datang dengan sendirinya v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Heribertus Ratna Dwi Setyawan Nomor Mahasiswa : 021334087 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PEMAHAMAN GURU TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 20 TAHUN 2007 DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 01 Oktober 2009 Yang menyatakan (Heribertus Ratna Dwi Setyawan)

ABSTRAK PEMAHAMAN GURU TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 20 TAHUN 2007 DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN Survei Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten Heribertus Ratna Dwi Setyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2009 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 ditinjau dari masa kerja, (2) perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 ditinjau dari tingkat pendidikan, (3) perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 ditinjau dari status kepegawaian. Penelitian ini merupakan penelitian survei. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten yang berjumlah 98 orang. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 ditinjau dari masa kerja (sign. value = 0,574 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 ditinjau dari tingkat pendidikan (sign. value = 0,096 > α = 0,05); (3) tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2007 ditinjau dari status kepegawaian (sign. value = 0,464 > α = 0,05). vii

ABSTRACT TEACHER S UNDERSTANDING TOWARDS NATIONAL EDUCATION MINISTER S DEGREE NO 20, 2007 PERCEIVED FROM THE DURATION OF WORKING SERVICE, EDUCATION LEVEL AND EMPLOYMENT STATUS A Survey on the State Junior High School Teachers in Jogonalan District Klaten Regency Heribertus Ratna Dwi Setyawan Sanata Dharma University Yogyakarta 2009 This study intends to find out: (1) the different perception of teachers toward National Education Minister Degree No. 20, 2007 perceived from the duration of working service, (2) the different perception of teachers toward National Education Minister Degree No. 20, 2007 perceived from the degree of education (3) the different perception of teachers toward National Education Minister Degree No. 20, 2007 perceived from the rank of their employment status. This study is a survey study. The population was 98 teachers State Junior High School in Jogonalan District, Klaten Regency. Questionnaire and interview were used to collect the data. Analysis of Variance (ANOVA) was used to analyse the collected data. The result of the study shows that: (1) the different perception of teachers toward National Education Minister Degree No. 20, 2007 perceived from the duration of working service was not found (sign. Value = 0.574 > α = 0.05); (2) the different perception of teachers toward National Education Minister Degree No. 20, 2007 perceived from the degree of education was not found ( sign. Value = 0.096 > α = 0.05); (3) the different perception of teachers toward National Education Minister Degree No. 20, 2007 perceived from the rank of their employment status was not found (sign. Value = 0.464 > α =0.05). viii

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : PEMAHAMAN GURU TERHADAP PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 20 TAHUN 2007 DITINJAU DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS KEPEGAWAIAN. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi dan Dosen Pembimbing, yang dengan sabar membimbing ix

penulis menyusun skripsi, meluangkan waktu, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya. 4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. dan Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen tamu, yang telah memberikan masukan dan meluangkan waktu untuk menguji penulis. 5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah. 6. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD. 7. Kepala sekolah SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Jogonalan beserta staff dan guru mata pelajaran, atas ijin, bantuan dan keramahtamahan selama penulis melakukan penelitian. 8. Bapak dan Ibu tercinta, Agustina, Cyrillus, Eufrasia dan Henrycus, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu beserta kalian semua. 9. Seluruh keluarga Mitro Hardjono terima kasih atas dukungan, saran dan kepercayaan yang telah diberikan terima kasih yang sebesar-besarnya. 10. Buat Eko Guswanto (makasih yo brow), Dedy Purnomo dan Ari Widhianto terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. x

11. Angkatan 2002 dan 2004 Candra, Harso, Adi, Valent, Thomas, Putri, Sukaca, Brama, Venty, Lasmex, Emy, Wina, Garet, ike, Devi. Terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini. 12. Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2002. 13. Buat teman-teman seperjuangan di Gondang Gendut, Tiar, Totok Mz Slamet, Mz Gory, Blondo, Mangoen. Terima kasih atas doa dan dukunganya selama ini. 14. Buat teman-teman di parkiran SADHAR Mz Heri, Pak Kemis, Pak Bambang, Pak Munaji, Pak Totok, Mz Joko. Terima kasih atas semangat dan doa yang kalian berikan pada waktu ujian. 15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu. Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Yogyakarta, 15 September 2009 Penulis xi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... i ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Batasan Masalah... 5 C. Rumusan Masalah... 5 D. Tujuan Penelitian... 6 E. Manfaat Penelitian... 6 xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian... 8 B. Standar Penilaian Pendidikan... 12 C. Masa Kerja... 19 D. Tingkat Pendidikan... 20 E. Status Kepegawaian... 22 F. Kerangka Teoritik... 23 G. Hipotesis... 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27 B. Tempat dan Waktu Penelitian... 27 C. Subjek dan Objek Penelitian... 27 D. Populasi Penelitian... 28 E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 28 F. Teknik Pengumpulan Data... 35 G. Teknik Pengujian Instrumen... 36 H. Teknik Analisis Data... 41 BAB IV GAMBARAN UMUM A. SMP Negeri 1 Jogonalan... 45 B. SMP Negeri 2 Jogonalan... 50 xiii

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 53 B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas... 59 C. Pengujian Hipotesis... 63 D. Pembahasan Hasil Penelitian... 67 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan... 74 B. Keterbatasan Penelitian... 74 C. Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiv

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel... 29 Tabel 3.2 Tabel Skor Operasional Variabel... 33 Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian... 37 Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 40 Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian... 53 Tabel 5.2 Deskripsi Responden Menurut Masa Kerja... 53 Tabel 5.3 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan... 54 Tabel 5.4 Deskrepsi Responden Menurut Status Kepegawaian... 55 Tabel 5.5 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007... 55 Tabel 5.6 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Ditinjau Dari Masa Kerja... 56 Tabel 5.7 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan... 57 Tabel 5.8 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Ditinjau Dari Status Kepegawaian... 58 xv

Tabel 5.9 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian... 59 Tabel 5.10 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian... 60 Tabel 5.11 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian... 61 Tabel 5.12 Tabel Homogenitas... 62 Tabel 5.13 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Ditinjau Dari Masa Kerja... 64 Tabel 5.14 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan... 65 Tabel 5.15 Pemahaman Guru Terhadap Permendiknas No. 20 Tahun 2007 Ditinjau Dari Status Kepegawaian... 66 xvi

DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP N 1 Jogonalan... 49 Gambar 4.2 Struktur Organisasi SMP N 2 Jogonalan... 52 xvii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner... 79 Lampiran 2 Data Prapenelitian... 84 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas... 86 Lampiran 4 Data Induk Penelitian... 90 Lampiran 5 Deskripsi Data... 99 Lampiran 6 F Tabel... 106 Lampiran 7 r product moment... 108 Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian... 109 xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan yang seharusnya terus berjalan dan berkembang dalam proses hidup manusia. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas tentunya akan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengoptimalkan potensi sumber daya lainnya yang ada di negaranya. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3), sebagai berikut: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan diharapkan dapat menggerakkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas keberadaannya serta mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Lebih jauh lagi pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mempersiapkan dunia esok yang lebih sejahtera. Mengingat bahwa pendidikan merupakan masalah yang amat kompleks dan teramat penting karena menyangkut macam-macam sektor kehidupan bagi pemerintah dan rakyat Indonesia, maka perlu langkah-langkah pemecahan permasalahan secara terpadu yang dimulai dari pendidik. 1

2 Guru sebagai salah satu unsur dalam proses belajar mengajar (PBM) memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif, dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Guru tidak hanya dituntut untuk mampu menguasai ilmu yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, namun guru juga dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi siswa. Ada banyak peserta didik memiliki tingkat kecerdasan dan keterampilan yang tinggi, tetapi mereka tidak mempunyai tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal demikian kemungkinan disebabkan guru sebagai pendidik kurang memiliki kecakapan yang memadai pada bidang profesinya serta memiliki pemahaman yang cukup tentang standar penilaian pendidikan. Pendidik atau guru adalah profesi. Oleh karena itu kehadiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menerapkan standar penilaian pendidikan di dalam kegiatan belajar mengajar. Bagi seorang guru, kepuasan dalam mengajar bukan hanya dilihat dari sukses dalam menyampaikan materi, namun dari pencapaian yang didapat dari penyampaian materi tersebut. Karena suksesnya sebuah pendidikan bukan karena sistem pendidikan yang diterapkan namun lebih dari itu yaitu

3 pendidikan yang baik memerlukan seorang pendidik yang baik pula (Bhaskara Rao, 2003: 28). Pandangan guru terhadap Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, diduga berbeda karena faktor antara lain: masa kerja, tingkat pendidikan dan status kepegawaiannya. Ditinjau dari masa kerja, banyak guru memiliki masa kerja yang bervariasi. Bagi guru yang sudah bekerja dalam waktu lama akan mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam hal penilaian dibandingkan dengan guru yang baru saja merintis karirnya. Karena guru yang sudah bekerja dalam waktu lama lebih berpengalaman terhadap prinsip penilaian ataupun aspeknya bila dibandingkan dengan guru yang baru merintis karirnya. Sedangkan pemahaman terhadap Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, guru yang baru merintis karirnya lebih baik pandangannya dikarenakan selalu mengikuti perkembangan pendidikan. Dalam hal pemberian nilai, seorang pendidik yang telah mengajar lama biasanya dalam memberikan penilaian lebih mengutamakan banyak aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain: prestasi atau pencapaian, usaha, aspek pribadi dan sosial serta kebiasaan bekerja. Sedangkan guru yang baru merintis karirnya lebih mengedepankan kedisiplinan dan kenyataan yang sebenarnya. Diantara keduanya yang memiliki pandangan yang lebih baik adalah guru yang lama mengajar. Tingkat pendidikan guru adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang

4 berlaku. Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab sehingga dapat menerapkan standar penilaian pendidikan yang diharapkan pemerintah. Di masa sekarang belum semua guru berstatuskan pegawai tetap baik negeri maupun swasta. Dengan kata lain masih banyak yang berstatus sebagai guru bantu dan guru honorer. Keberadaan standar penilaian pendidikan diduga dipandang sangat positif oleh guru yang berstatus tetap baik guru yang berstatus pegawai negeri ataupun tetap yayasan dikarenakan mereka mempunyai penghasilan tetap, sehingga terpacu untuk mampu memahami dan menerapkan standar penilaian pendidikan untuk mencapai mutu penilaian peserta didik. Sedangkan bagi guru yang berstatus pegawai tidak tetap, keberadaan standar penilaian dirasa membebankan pikiran mereka karena tidak sesuai dengan penghasilan yang mereka peroleh. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan, dan status kepegawaian. Penelitian ini mengambil judul Pemahaman Guru Terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2007 Ditinjau dari Masa Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Status Kepegawaian. Penelitian ini

5 merupakan survei pada guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten. B. Batasan Masalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman guru terhadap Peraturan Manteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian nasional. Penelitian ini memfokuskan pada 3 faktor yang diduga kuat mempengaruhi pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian nasional, yaitu: masa kerja, tingkat pendidikan, dan status kepegawaian. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari masa kerja? 2. Apakah ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari tingkat pendidikan? 3. Apakah ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari status kepegawaian?

6 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari masa kerja. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari tingkat pendidikan. 3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman guru terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 ditinjau dari status kepegawaian. E. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam menerapkan standar penilaian nasional. 2. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi sekolah untuk semakin meningkatkan kualitas dengan menyediakan guru yang berkompeten sehingga terciptalah siswa yang cerdas dan kompetitif.

7 3. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan menambah perbendaharaan bacaan khususnya mengenai pendidikan. Di samping itu diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian Tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Pada dasarnya, pengukuran (measurement) yang berarti proses, cara, perbuatan mengukur sedangkan penilaian (evaluation) yang bearti proses, cara, perbuatan menilai;pemberian nilai. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan kedua kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Menurut Ralph Tyler (Arikunto, 2008:3), evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Sedangkan Cronbach dan Stufflebeam (Arikunto, 2008:3), menambahkan pengertian tersebut bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. 8

9 Dengan mengetahui arti penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dan fungsi penilaian ada beberapa hal (Arikunto, 2008:10): 1. Penilaian berfungsi selektif Dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaiaan terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu. b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya. 2. Penilaian berfungsi diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui pula sebah-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengetahuinya. 3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan Setiap siswa sejak lahir telah membawa bakat sendiri-sendiri, sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang suka sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan Fungsi penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Bahwa keberhasilan suatu program ditentukan oleh berbagai faktor yaitu guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. Menurut (Arikunto, 2008:11), ciri-ciri penilaian dalam pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.

10 2. Penilaian bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. 3. Penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap. 4. Penilaian bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. 5. Penilaian sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: a) Terletak pada alat ukurnya b) Terletak pada orang yang melakukan penilaian c) Terletak pada anak yang dinilai d) Terletak pada situasi di mana penilaian berlangsung Pada dasarnya hakikat penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah (Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005). Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah : 1. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir b bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. 2. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

11 3. Penilaian akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64. 4. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. 5. Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Sedangkan hasil penilaian belajar oleh pemerintah (pasal 66) adalah: 1. Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir c bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran iptek dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. 2. Ujian nasional diadakan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. 3. Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyakbanyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran. 4. Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti oleh semua peserta didik Walau hal yang dinilai tidak sama bagi setiap satuan pendidikan atau pemerintah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum dalam penilaian yang menyangkut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan yaitu (Arikunto, 2008:276): 1. Prestasi/ pencapaian Nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi. Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka, hendaknya hanya merupakan gambaran tentang prestasi saja. 2. Usaha Terpisah dari nilai prestasi, guru dapat menyampaikan laporannya kepada orang tua siswa. Laporan atau nilai tidak boleh dicampuri dengan nilai prestasi sama sekali. Yang sering terjadi adalah kecenderungan dari guru

12 untuk menilai unsur usaha ini lebih rendah bagi anak yang prestasinya rendah dan sebaliknya. 3. Aspek pribadi dan sosial Unsur ini juga perlu dilaporkan terutama yang berhubungan dengan berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dalam memberikan nilai pribadi, seorang pendidik harus hati-hati sekali. Lebih baik lagi jika diterangkan dengan khusus dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh siapa saja. 4. Kebiasaan bekerja Yang dimaksud dengan kebiasaan bekerja adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan tugas. B. Standar Penilaian Pendidikan Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007, standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dijelaskan lebih lanjut bahwa proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan hasil belajar dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Dalam Standar Penilaian Pendidikan terdapat beberapa pengertian antara lain (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. 2. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. 3. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. 4. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

13 5. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. 6. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut. 7. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut. 8. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah. 9. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan. 10. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi. Standar penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip adalah sebagai berikut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

14 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Untuk memenuhi standar penilaian pendidikan, seorang guru diharapkan dapat menerapkan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan setiap harinya. Secara tidak langsung tugas dari seorang guru bukan hanya mendidik atau mengajar bahan mata pelajaran, namun lebih dari itu seorang guru dituntut mampu untuk memberikan penilaian yang obyektif kepada anak didik. Mengukur kemampuan seorang anak didik dapat dilakukan dengan menggunakan teknik dan instrumen penilaian sebagai berikut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. 2. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. 3. Tes observasi berupa pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. 4. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. 5. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah mempresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstuksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalahmenggunakan

15 bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. 6. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/ madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. 7. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun. Selain menggunakan teknik dan instrumen penilaian dalam memberikan nilai pada pendidikan dasar, seorang pendidik juga diharapkan memiliki mekanisme dan prosedur penilaian diantaranya sebagai berikut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Penilaian belajar pada jenjang pendidikan dasar dan memengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. 2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 3. Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik dibawah koordinasi satuan pendidikan. 4. Penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui ujian sekolah/madrasah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. 5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik. 6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata pelajaran agam dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah. 7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: (a) menyusun kisi-kisi ujian, (b) mengembangkan instrumen, (c) melaksanakan ujian, (d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik

16 dari ujian sekolah/madrasah, dan (e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian. 8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertagwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. 9. Penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warganegara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. 10. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan. 11. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh pembina kegiatan dan kepala sekolah/madrasah. 12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedi. 13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajauan belajar. 14. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN. 15. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasam dengan instansi terkait. 16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. 17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.

17 Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. 2. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran. 3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih. 4. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. 5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik. 6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik. 7. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. 8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh. 9. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik. 2. Mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. 3. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik. 4. Menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik.

18 5. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik. 6. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah. 7. Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. 8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan. 9. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota. 10. Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria: a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran. b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. c) Lulus ujian sekolah/madrasah. d) Lulus UN. 11. Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. 12. Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. Sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah maliputi (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007): 1. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. UN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. 3. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan.

19 4. Hasil UN menjadi salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 5. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya. 6. Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang kriteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun oleh Menteri berdasarkan rekomendasi BSNP. C. Masa Kerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:634) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau lama waktu yang tertentu permulaan dan batasnya. Sedangkan yang dimaksud kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Susilo Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan disamping kemampuan intelegensinya yang juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya. Dari pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masa kerja adalah keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang pada suatu bidang pekerjaan yang diperoleh dengan belajar dalam suatu kurun waktu tertentu yang tentunya dilihat dari kemampuan intelegensi, baik pengalaman yang berasal dari luar sekolah maupun dari dalam sekolah.

20 Masa kerja bisa dihitung dalam jumlah hari, bulan atau tahun. Bagi guru masa kerja dapat dihitung sejak mereka mempunyai surat keputusan dari pihak yang terkait yang menyatakan bahwa guru yang bersangkutan berhak untuk mengajar mata pelajaran sesuai yang tertera dalam surat keputusan tersebut. Guru yang sah adalah guru yang mempunyai surat keputusan. D. Tingkat Pendidikan Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:950:204) dijelaskan bahwa tingkat adalah tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dsb) dan pendidikan adalah perbuatan (hal, cara dsb) mendidik. Jadi bisa dikatakan tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang diukur dari berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas wawasan serta pengetahuan pada suatu bidang tertentu sesuai dengan profesi yang diraihnya.

21 Ada 3 jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu : 1. Pendidikan formal Yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi 2. Pendidikan nonformal Yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus. 3. Pendidikan informal Yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel (1986:160), pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di luar sekolah terutama dalam keluarga. Seseorang yang menjadi guru biasanya telah menempuh pendidikan formal sampai perguruan tinggi. Menurut Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dikemukakan bahwa ada empat macam program pendidikan guru, yaitu (Sahertian, 1994: 68): 1. Program non gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut: a. Program Diploma (D1), dengan lama studi 1-2 tahun. b. Program Diploma 2 (D2), dengan lama studi 2-3 tahun. c. Program Diploma 3 (D3), dengan lama studi 3-5 tahun. 2. Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1), dengan lama studi 4-7 tahun. 3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun. 4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun. Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas: 1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.

22 2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 Sks dalam bidang non kependidikan. 3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan. 4. Akta IV dengan beban kresit 20 SKS ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan. 5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan. E. Status Kepegawaian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:305:253) disebutkan bahwa status berarti keadaan atau kedudukan sedangkan kepegawaian berarti yang berhubungan dengan pegawai. Dari pengertian tersebut peneliti menyimpulkan status kepegawaian adalah keadaan atau kedudukan pegawai baik negeri maupun sipil berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Secara umum status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu (M.S. Suwondo, 2003:439): 1. Guru tetap, adalah guru yang telah diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam perminggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru tetap dapat berstatus pegawai negeri sipil (PNS) atau bukan PNS. 2. Guru tidak tetap, adalah guru yang belum diangkat menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus guru Bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerjasama antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupatan kota.