1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu unit yang telah dirancang untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang kompleks (Sheen, 2009). Karakteristik pasien kritis yang di rawat adalah pasien yang mengalami gagal nafas. Pasien yang mengalami gagal nafas dilakukan pemasangan endotrakeal tube dan pemasangan ventilasi mekanik. Tindakan pemasangan endotrakeal tube dan pemasangan ventilasi mekanik menyebabkan cedera pada laring dan menyebabkan rasa nyeri (Sheen, 2009). Mann (2006) melaporkan bahwa sekitar 5% dari pasien kritis yang di rawat di ruang ICU mengalami nyeri. Gellinas (2007) melaporkan bahwa lebih dari 50% dari pasien kritis yang di rawat di ruang ICU mengalami nyeri sedang sampai berat. Munculnya nyeri pada pasien kritis disebabkan oleh banyaknya intervensi dan tindakan yang dilakukan di ruang intensif. Penyebab lain dari nyeri di ruang ICU seperti penyakit akut, operasi, trauma, tindakan invasif, suction, pemasangan ventilasi mekanik dan perawatan luka (Cade, 2008). Hampir 50 % dari pasien telah diwawancarai, nilai intensitas nyeri mereka berada pada skala sedang sampai parah, baik saat istirahat maupun selama dilakukan prosedur (Ismail, 2010). Diperkirakan 71% dari pasien masih ingat akan pengalaman nyeri yang pernah mereka rasakan selama dirawat di ruang intensif (Puntillo, 2010).
2 Pada pasien dengan ventilasi mekanik, masalah nyeri menjadi lebih komplek, karena ketidakmampuan untuk melaporkan rasa nyeri yang mereka rasakan sebagai efek penggunaan obat penenang (hipnotis) atau sebagai akibat adanya kerusakan otak parah. Namun demikian, bukan berarti pasien dengan ventilasi mekanik tidak dapat dilakukan penilaian nyeri, banyak ekspresi wajah dan gerakan tangan yang bisa dijadikan sarana berkomunikasi untuk menyatakan nyeri kepada perawat. Indikator yang bisa diobservasi meliputi indikator fisiologik dan indikator sikap. Indikator-indikator ini bisa digunakan untuk menilai nyeri. Indikator fisiologik bisa dengan mudah didokumentasi pada pasienpasien di unit perawatan intensif. Peningkatan tekanan darah dan peningkatan laju nadi adalah tanda umum yang dikorelasikan dengan nyeri akut. Indikator sikap seperti ekspresi wajah, pergerakan badan, keteraturan dengan ventilator juga dikorelasikan dengan nyeri akut. Hasil-hasil dari penilaian ini bisa digunakan untuk menilai nyeri pada pasien-pasien unit perawatan intensif (Iskandar, 2010). Menilai nyeri serta mengkaji karakteristik umum nyeri khususnya pada pasien dengan ventilasi mekanik merupakan intervensi keperawatan utama yang memerlukan keterampilan seni dan pengetahuan keperawatan. Pengetahuan perawat tentang nyeri merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan perawat (overt behavior) dalam penatalaksanaan nyeri. Terlebih lagi pada pasien yang tidak sadar yang dirawat diruang intensif, perawat memerlukan konsep dan pengetahuan yang berhubungan dengan nyeri, penilaian nyeri, pengumpulan data tentang nyeri, terapi yang bermanfaat dan juga memerlukan kepekaan dan empati dari seorang perawat (Ismail, 2010).
3 Pengetahuan perawat tentang nyeri merupakan sekumpulan informasi yang dimiliki atau segala sesuatu yang diketahui, dipahami oleh perawat tetang nyeri yang meliputi pengertian, patofisiologi nyeri, nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik dan menilai skala nyeri pada pasien tidak sadar atau terpasang ventilasi mekanik serta penatalaksanaan nyeri. Pengetahuan, sikap dan praktik perawat tentang nyeri pada pasien khususnya pasien tidak sadar merupakan modal utama untuk terbentuknya kebiasaan yang baik demi pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien diruang intensif (Ismail, 2010). Pengkajian karakteristik umum nyeri membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan individu. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. American Association of Critical-Care Nurses (AACN), American College of Chest Physicians (ACCP), Society for Critical Care Medicine (SCCM) dan American Society for Pain Management (ASPM), menyarankan agar dalam pengkajian nyeri harus menggunakan alat pengkajian nyeri terstandar yang mencakup beberapa indikator perilaku pada pasien dengan ventilasi mekanik yang tidak mampu melaporkan rasa nyeri yang dirasakan, atau pada mereka yang mungkin mampu melaporkan rasa nyeri namun tidak dapat diandalkan (Iskandar, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh bahwa rata-rata jumlah pasien unit perawatan intensif RSUP Sanglah Denpasar setiap tahun sebanyak 537 orang, yang menggunakan ventilasi mekanik rata-rata
4 sebanyak 32 orang setiap bulannya. Berdasarkan hasil penilaian awal tentang pengetahuan perawat dalam mengkaji nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik, penilaian menggunkan kuesioner yang diberikan kepada enam orang perawat, didapatkan hasil sebanyak dua orang (40%) memiliki pengetahuan yang baik, tiga orang (50%) pengetahuan cukup dan satu orang (10%) memiliki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan hasil pengkajian nyeri dengan skala nyeri Critical-Care Pain Observation Tool (CPOT) didapatkan hasil dari enam orang perawat yang melakukan pengkajian hanya dua orang (20%) yang mampu melakukan pengkajian nyeri dengan benar dan sisanya sebanyak empat orang (80%) belum mampu menggunakan CPOT dalam mengkaji nyeri pada pasien dengan ventilator. Melihat tingginya angka penggunaan ventilasi mekanik pada pasien, sehingga perawat intensif dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam mengkaji nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik dengan menggunakan intrumen pengkajian yang telah disiapkan atau dengan intrumen terbaru yang telah ada. Intrumen pengkajian nyeri di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar saat ini menggunakan skala penilaian nyeri Wong-Baker FACES pain rating scale. Skala tersebut merupakan alat pengukuran yang valid dan reliabel untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak berusia 3 tahun atau lebih dan bisa juga digunakan pada orang dewasa dengan kelainan kognitif. Nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik dapat dianalogikan seperti nyeri pada anak-anak, keduanya memiliki persamaan karakteristik yaitu tidak mampu menyampaikan rasa nyeri secara
5 verbal. Sehingga sampai saat ini Wong-Baker FACES Pain Rating Scale masih di gunakan di beberapa Unit Perawatan Intensif (Iskandar, 2010). Skala penilaian nyeri yang lain yang dapat digunakan dan yang disarankan untuk digunakan di ruang intensif adalah Critical-Care Pain Observation Tool (CPOT). Skala yang sudah melalui uji psikometrik dan bisa digunakan untuk menilai nyeri pada pasien unit perawatan intensif dengan pemakaian ventilasi mekanik adalah. Skala CPOT ini diadataptasi dari tiga skala penilaian nyeri dan tiga studi deskriptif dan kualitatif. CPOT mempunyai empat penilaian dengan kategori sikap yang berbeda, yaitu: ekspresi wajah, pergerakan badan, ketegangan otot serta keteraturan dengan ventilator untuk pasien terintubasi atau vokalisasi untuk pasien yang tidak terintubasi. Adanya skala yang sudah tepat untuk mengkaji nyeri harus diiringi dengan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam melakukan pengkajian nyeri pada pasien khususnya pada pasien dengan ventilasi mekanik diruang ICU. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk malakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan perawat tentang nyeri dengan kemampuan menilai nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut Apakah ada hubungan pengetahuan perawat tentang nyeri dengan kemampuan menilai nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2014? RD
6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang nyeri dengan kemampuan menilai nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2014. ah 1.3.2 Tujuan khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar. b. Mengidentifikasi kemampuan perawat menilai nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar. c. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang nyeri dengan kemampuan menilai nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik di Ruang ICU RSUP Sanglah Denpasar. di Ruang Triage BeRD RSU 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Praktis Manfaat secara praktis yaitu berguna bagi tim kesehatan khususnya perawat dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengkajian nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik. 1.4.2 Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evidence base tentang hubungan pengetahuan perawat tentang nyeri dengan kemampuan penilaian nyeri pada pasien khususnya pasien dengan ventilasi mekanik.
7 b. Sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut terutama dalam penggunaan instrument pengkajian nyeri pada pasien dengan ventilasi mekanik baik instrument biasa atau CPOT.