sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Mindo Riswono Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu. dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan pendidikan. Bahasa Inggris memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil penelitian sebagaimana dikutip oleh Sitepu (1999) oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dasar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa. tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling memahami.

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan Nasional berupaya terus menerus untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Setiap orang sering berbahasa, baik

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing pada. merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Zaman milenium identik dengan zaman teknologi dan informasi. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yaitu aspek membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Keempat kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak (listening

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam berbahasa. Terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu membaca,

BAB 1. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh. pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi cerdas, bertanggung jawab dan produktif. Berbagai upaya. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. garis besar kegiatan belajar-mengajar dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkembang. Kemudian proses pembelajaran dapat dilakukan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat mengungkapkan apa yang dipikirkanya, dinalar dan dirasakannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Membaca sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu penentu agar bangsa kita dapat melangkah lebih maju

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia yang didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

latihan. Salah satu wujud pendidikan yang diterapkan di sekolah maupun di lingkungan keluarga sejak dini adalah pendidikan bahasa karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hu-bungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar itu berhasil atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, khususnya pada kegiatan belajar, membaca merupakan salah satu aktivitas penting yang bisa mengubah pola pikir menjadi lebih baik dan rasional sebab membaca adalah salah satu cara belajar. Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Agar dapat belajar dengan baik maka perlulah membaca dengan baik pula, karena tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan memahami makna bacaan. (Slameto, 2010: 83). Pengalaman mengajarkan bahwa orang yang gagal di sekolah karena gagal dalam membaca, hal ini dikarenakan membaca merupakan salah satu alat belajar dan juga membaca merupakan sebuah proses bernalar (reading is reasoning). Dengan membaca, pembaca mencoba mendapatkan dan memproses informasi, sehingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Jika hal ini gagal dilakukan, maka siswa di sekolah akan kurang berprestasi dan dianggap gagal dalam belajar. Pada tahun 1992, IAEEA (International Association for Evaluation Education Achievement) mengungkapkan bahwa kebiasaan membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke- 26 dari 27 negara yang diteliti. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa pembelajaran membaca di sekolah belum maksimal. Padahal, kita mengetahui bahwa rendahnya kemahiran membaca akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak 1

2 (listening skills), mahir berbicara (speaking skills), dan mahir menulis (writing skills) (Tarigan, 2008: 3). Kalau kita perhatikan, anak-anak usia TK di lingkungan kita sekarang sudah terampil mengeja kata dan membaca. Sehingga pada saat kelas I SD mereka bukan lagi belajar membaca tetapi sudah mulai memahami bacaan. bahan bacaan pun tersedia dengan beragam macam. Persoalannya sekarang adalah banyak orang yang sudah bisa membaca, tetapi tidak suka membaca atau dengan kata lain memiliki minat yang rendah. Rendahnya minat dan kemampuan membaca tampak pada rendahnya kecepatan efektif membaca (KEM). Hal ini disebabkan...mereka merasa tidak memperoleh banyak manfaat dari membaca. Selain itu juga karena terlalu disibukkan oleh rutinitas sehari-hari yang semakin sulit sehingga tidak ada waktu untuk membaca. (Fitria, 2010: 3). Banyak faktor yang menyebabkan mengapa para peserta didik kita masih kurang cakap membaca, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi segala penghambat yang berasal dari siswa atau pembaca itu sendiri, seperti motivasi, daya tangkap siswa, tingkat konsentrasi, dan perhatiannya terhadap bacaan. Faktor eksternal meliputi segala sesuatu di luar siswa yang menjadi kendala bagi perkembangan minat dan kebiasaannya dalam membaca. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya, masih banyak guru Bahasa Indonesia yang kurang memahami dan menguasai penggunaan metode, model, teknik, maupun media dalam pembelajaran membaca. Begitu juga kemampuan mereka dalam memilih bahan bacaan yang seharusnya dalam pembelajaran membaca mereka dituntut mampu memilih bahan bacaan sesuai tujuan dan tingkat

3 perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat, dan tingkat kecakapan baca. Penggunaan pendekatan, metode, teknik, dan media membaca yang tidak tepat diasumsikan sebagai salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaiaan tujuan membaca di sekolah. Selain itu, alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran masih sangat minim sehingga kurang memaksimalkan pelatihan untuk pengembangan teknik membaca cepat. Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA kelas X, dengan standar kompetensi membaca memahami berbagai bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca, dan kompetensi dasar menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan berbagai teknik membaca cepat 250 kata per menit. Berdasarkan tuntutan KTSP tersebut keterampilan membaca cepat dapat dijadikan tolok ukur kemampuan siswa dalam pembelajaran membaca. Dengan demikian, peneliti akan melakukan penelitian terhadap kecepatan efektif membaca (KEM) siswa SMA kelas X. Kemampuan membaca cepat siswa SMA kelas X perlu ditingkatkan untuk memenuhi standar kompetensi yang diharuskan 250 kata per menit. Untuk meningkatkan kecepatan membaca, siswa membutuhkan sebuah pelatihan membaca cepat. Kecepatan membaca seseorang sesungguhnya dapat ditingkatkan, yaitu dengan banyak berlatih membaca dan memahami isi bacaan. Akan tetapi, berlatih saja tidaklah cukup, jika tidak didukung dengan teknik dan pemanfaatan media yang efektif. Untuk itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran membaca cepat tersebut. Kualitas pembelajaran kemampuan membaca cepat dapat

4 ditingkatkan dengan penggunaan media yang lebih efektif. Untuk mendapatkan kemampuan membaca cepat yang memadai, siswa perlu mendapat pelatihan dengan media yang efektif dan dilakukan secara intensif. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa kemampuan membaca cepat tidak dapat dicapai dengan mudah. Pada umumnya, media yang dipakai dalam pembelajaran membaca cepat menggunakan wacana yang ada dalam buku paket, surat kabar, atau majalah. Pemiilihan teks terkadang tidak sesuai tingkat keterbacaan. Guru hanya menunjuk sebuah teks yang ada dalam buku paket, surat kabar, atau majalah, tanpa menghitug tingkat keterbacaan teksnya. Padahal belum tentu tingkat keterbacaan teks tersebut sesuai dengan tingkatan kelas siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur waktu yang dipakai dalam membaca cepat, dihitung dengan menggunakan stopwatch. Cara untuk menghitung kecepatan membaca juga masih manual. Inilah yang menyebabkan siswa terlihat malas untuk belajar dan berlatih membaca cepat. Siswa merasa jenuh jika harus melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus membaca cepat, menghitung tingkat keterbacaan teks yang digunakan sebagai media, dan menghitung kecepatan efektif membaca (KEM). Karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan mencari media yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca cepat. Komputer merupakan salah satu ikon teknologi yang berkembang pesat. Komputer dianggap telah menjadi pelopor revolusi teknologi. Melalui komputer, semua dapat diakses dengan cepat, begitu juga dalam hal interaksi dan mendapatkan informasi. Komputer membuat dunia seolah tidak memiliki batas.

5 Komputer mendapat tanggapan positif dari masyarakat penggunanya, termasuk masyarakat pendidikan. Budaya baru yang dibangun melalui komputer memberi pengaruh juga pada kultur pendidikan. Dalam dunia pendidikan, istilah e-education semakin sering terdengar dan banyak memunculkan istilah lainnya seperti e-learning, e-book, e-laboratory, dan sebagainya. Hal ini menandakan bahwa komputer dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, khususnya di dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu program di dalam komputer yang dapat dimanfaatkan dalam pelajaran adalah program Visual Basic 6.0. Dalam penelitian ini, mahasiswa peneliti menggunakan Visual Basic 6.0 sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran membaca cepat. Dari program komputer ini peneliti merancang sebuah aplikasi yang didesain dengan memasukkan teks, stopwatch, pertanyaan yang digunakan untuk menguji pemahaman dari bacaan, dan secara otomatis aplikasi ini akan menghitung kecepatan efektif membaca (KEM) penggunanya. Dasar penentuan teks dalam pemilihan bahan bacaan sebagai media membaca cepat dalam aplikasi ini telah disesuaikan dengan tingkat keterbacaan teks. Untuk menghitung tingkat keterbacaan teks, peneliti menggunakan formula Fry. Dilatarbelakangi oleh penjabaran sebelumnya, akhirnya peneliti membuat judul Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Komputer Program Visual Basic 6.0 Terhadap Kemampuan Efektif Membaca Siswa Kelas X SMA Swasta Al- Ulum Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang bisa diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah: 1. Pemilihan teks harus disesuaikan dengan tingkat keterbacaan. 2. Masih terbatasnya jenis media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran membaca cepat. 3. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran, belum dimanfaatkan secara optimal oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca cepat. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah, agar kajian penelitian ini lebih terfokus dan mendalam, maka perlu ada pembatasan masalah. Karena itu, penelitian ini difokuskan pada penggunaan program Visual Basic 6.0 sebagai media dalam pembelajaran membaca cepat pada siswa kelas X SMA Swasta Al-Ulum Medan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat kecepatan efektif membaca (KEM) siswa dengan memanfaatkan program Visual Basic 6.0 sebagai media pembelajaran membaca cepat? 2. Bagaimanakah tingkat kecepatan efektif membaca (KEM) siswa dengan memanfaatkan stop watch dan teks sebagai media pembelajaran membaca cepat?

7 3. Apakah dengan pemanfaatan program Visual Basic 6.0 sebagai media dalam pembelajaran membaca cepat lebih efisien dari pada stop watch dan teks? E. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat kecepatan efektif membaca (KEM) siswa dengan memanfaatkan program Visual Basic 6.0 sebagai media pembelajaran membaca cepat. 2. Untuk mengetahui tingkat kecepatan efektif membaca (KEM) siswa dengan memanfaatkan stop watch dan teks sebagai media pembelajaran membaca cepat. 3. Untuk mengetahui apakah dengan pemanfaatan program Visual Basic 6.0 sebagai media dalam pembelajaran membaca cepat, lebih efisien dari pada stop watch dan teks. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan media pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran membaca cepat. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru berkaitan dengan media pembelajaran berbasis komputer. Sebagai media pembelajaran, komputer memiliki beragam program atau program yang mampu menunjang pembelajaran, khususnya program Visual Basic 6.0 dalam pembelajaran membaca cepat.

8 2. Manfaat Praktis Dalam penelitian ini terdapat empat manfaat praktis yang diajukan. a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berarti bagi peneliti sebagai calon pendidik. Penelitian ini juga melatih peneliti untuk menemukan dan menerapkan media yang inovatif dalam pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran membaca cepat. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat menambah referensi bagi guru Bahasa Indonesia dalam penggunaan media dalam pembelajaran membaca cepat. Hal ini sebagai upaya peningkatan kualitas pengajaran guru. c. Bagi Siswa Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang baru dari penggunaan program Visual Basic 6.0 sebagai media dalam pembelajaran membaca cepat. Siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dan wawasannya lebih luas.