BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki fungsi sangat penting dalam membentuk karakter dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi jembatan untuk mengarungi abad millenium ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan, maka pendidikan harus diselenggarakan secara rata bagi seluruh bangsa dan peningkatan kualitas pendidikan demi meningkatnya ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pasal 3 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan kualitas pendidikan akan menuntun sumber daya manusia (SDM) dapat berkompetisi di era globalisasi. Melalui pendidikan, setiap individu dipersiapkan agar mampu menghadapi tantangan globalisasi dalam setiap zamannya. Cita-cita luhur bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang sejahtera belum tercapai seutuhnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2016 sebesar 5,5 persen. 1

2 Angka ini turun dibandingkan Februari 2015 yang mencapai 5,81 persen. Selain itu, dari data Badan Pusat Statistik juga diketahui angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2014 mencapai angka 2.320.229 orang. Salah satu jenis pendidikan sebagaimana tertuang dalam Pasal 15 UU SISDIKNAS adalah Kejuruan. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. GBPP kurikulum SMK Teknologi dan Industri edisi 2004 menjelaskan bahwa tujuan utama SMK adalah (1) memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup keahlian teknik batu beton, (2) mampu memilih karir, mampu berkompetensi dan mengembangkan diri dalam lingkup keahlian teknik batu beton, (3) menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam ruang lingkup keahlian teknik batu beton, (4) menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Sesuai dengan tujuan SMK tersebut, bahwa lulusan SMK dipersiapkan menjadi tenaga kerja tingkat menengah dan dapat mengembangkan sikap professional yang produktif dan kreatif. Ada empat misi pendidikan kejuruan yaitu: (1) Menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjadi faktor keunggulan dalam berbagai sektor pembangunan; (2) Mengubah peserta didik dari status beban menjadi aset pembangunan yang produktif; (3) Menghasilkan tenaga kerja profesional untuk memenuhi tuntutan kebutuhan industrialisasi khususnya tuntutan pembangunan

3 pada umumnya dan (4) Membekali peserta didik untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Untuk mencapai hal yang demikian maka SMK dituntut mempersiapkan peserta didik menjadi individu yang lebih memahami dan menguasai setiap program diklat yang diterimanya di sekolah karena setiap program diklat saling mendukung dan saling mempengaruhi pada peningkatan ilmu serta keterampilan, perkembangan sikap dan kepribadiannya. Lulusan SMK diutamakan untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing. Oleh sebab itu, siswa dibekali dengan materi pelajaran yang berkaitan langsung dengan kebutuhan dunia industri. Untuk meningkatkan mutu setiap siswa serta kemampuan dalam bidang teknologi dan kejuruan maka setiap siswa dituntut untuk memiliki keahlian sehingga dapat diterapkan pada bidang pekerjaan yang akan digeluti nantinya. Dalam bidang pendidikan kejuruan telah banyak upaya pembaharuan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dilakukan selama ini. Namun berdasarkan hasil-hasil kajian, pengamatan dan penelitian, upaya pembaharuan tersebut banyak menghadapi kendala-kendala di lapangan, yang perlu dicari alternatif pemecahannya.sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menurut UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 15 dijelaskan bahwa: Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan penyelenggaraan pendidikan SMK adalah bahwa: Pendidikan menengah

4 kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional. Dengan berpedoman kepada tujuan pendidikan menengah pada pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990, pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan: (1) Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional; (2) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri; (3) Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industry pada saat ini maupun masa yang akan datang; (4) Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang proaktif, santun, mandiri dan kreatif. Sitanggang (2014:18) menyatakan bahwa lembaga pendidikan di SMK bertugas untuk menyiapkan peserta didik sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, terdidik, dan professional serta mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, kompetensi lulusan SMK tergambar dalam bentuk unjuk kerja sebagai aktivitas nyata maupun aktivitas tersembunyi, seperti memliki akhlak dan budi pekerti yang luhur, menguasai pengetahuan, pengembangan keterampilan, dan kemampuan nalar dan kompetensi inilah yang membedakan SMK dengan SMA. Dalam blognya, Maya Harsasi menyatakan pendapatnya bahwa rasio SMK:SMA di tahun 2015 membuat posisi SMK menjadi sedemikian diperhitungkan. Membicarakannya sama saja membicarakan lebih dari 70 % angkatan kerja baru. Pada tahun 2007 digulirkan kebijakan rasio 60:40 untuk target perbandingan

5 jumlah siswa SMK dengan SMA pada tahun 2010. Setelah target terpenuhi, rasio meningkat menjadi 70:30 pada tahun 2015. Dengan kebijakan itu harapannya dari bangku SMK siswa dapat memperoleh keterampilan untuk siap masuk ke dunia kerja sehingga angka pengangguran dari tingkat pendidikan menengah bisa ditekan. Kalaupun jumlah SMK ditambah tetapi jika tidak dibarengi dengan perbaikan sistem pendidikan yang hanya akan tetap saja menghasilkan caloncalon pengangguran baru. Jika pertumbuhan lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan lulusan SMK baru, maka yang terjadi justru membludaknya lulusan-lulusan SMK yang katanya siap bekerja di masa datang. Oleh karena itu perlu ada upaya sistematis untuk mengubah pemikirant siswa SMK berubah dari lulus dan menjadi pekerja menjadi lulus SMK menciptakan lapangan pekerjaan atau menjadi wirausaha. Data BPS juga menjelaskan bahwa SMK juga belum mampu mencapai cita-cita luhurnya untuk menciptakan lulusan siap kerja. Terlihat dari jumlah pengangguran lulusan SMK yang menjadi penyumbang angka TPT tertinggi yang mencapai 9,84 persen. Disusul lulusan Diploma I-III sebesar 7,22 persen. Lulusan SMA pun menjadi penyumbang pengangguran terbesar ketiga. Angka TPT-nya sebesar 6,95 persen. SMKN 2 Binjai merupakan salah satu Lembaga Pendidikan di Indonesia yang sederajat dengan SMA (Sekolah Menengah Atas), yang mempersiapkan siswa/siswi yang siap terjun ke dalam dunia kerja. Salah satu jurusan di sekolah ini adalah Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton. Adapun tujuan kompetensi keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton adalah: (1) Mendidik peserta didik agar menjadi warga negara yang bertanggung jawab; (2) Mendidik

6 peserta didik agar dapat menerapkan hidup sehat, memiliki wawasan pengetahuan dan seni; (3) Mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan dalam kompetensi keahlian Tekik Konstruksi Batu dan Beton, agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi pekerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah; (4) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bidang konstruksi batu dan beton secara mandiri atau wirausaha; (5) Mengembangkan pelayanan sebagai teknisi bidang konstruksi batu dan beton yang ada di dunia usaha dan dunia industri; (6) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bidang konstruksi batu dan beton yang profesional; (7) Mendidik peserta didik agar mampu memilih karir, berkompetensi dan mengembangkan sikap profesional; (8) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kegiatan praktek memang diberikan kepada siswa untuk membekali lulusan SMK agar menjadi mandiri atau berusaha sendiri (berwirausaha). Kompetensi keahlian Konstruksi Batu dan Beton menyiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang pekerjaan jasa di dunia usaha/industri. Jadi siswa teknik konstruksi batu dan beton diharapkan mampu untuk mengatur waktu, kegiatan, bertanggang jawab terhadap apa yang dilakukannya dalam belajar seperti aktif bertanya, menyimak, mendengarkan arahan dari guru serta menerapkan kembali dalam praktek secara langsung apa yang sebelumnya di praktekkan guru. Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar yang dapat dilihat peneliti saat melakukan observasi di lapangan adalah siswa yang kurang kondusif dan tertib saat proses belajar mengajar. Di saat guru menjelaskan

7 beberapa siswa dari kelas lain terlihat mondar-mandir di depan ruangan kelas dan membuat suara-suara yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Hal itu tentunya dapat mengakibatkan siswa kurang mendengarkan penjelasan yang dijelaskan oleh guru. Dari hasil observasi yang telah dilakukan didapati siswa memilih masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena kemauan sendiri serta memiliki ketertarikan dalam bidang atau jurusan bangunan dan ada beberapa karena dorongan dan arahan dari orang tua siswa. Beberapa siswa didapati yang kurang dalam hal minat untuk belajar. Sebagian siswa lebih memilih untuk berada di luar ruangan dibandingkan belajar di dalam kelas saat guru belum masuk ke ruangan kelas, beberapa juga terlihat siswa yang kurang serius dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal itu dilihat dari adanya siswa yang masih bercanda dan mengganggu temannya yang sedang belajar saat proses belajar mengajar sudah dimulai. Hal utama yang menjadi penyebabnya adalah jurusan tersebut merupakan pilihan kedua dari sebagian besar siswa sehingga minat untuk mengikuti proses belajar mengajar menjadi kurang. Tentunya hal tersebut berdampak pada kemampuan dan kompetensi siswa. Jika siswa tidak memiliki skill tertentu maka peluang untuk menjadi seseorang yang sukses ataupun berwirausaha akan tergolong kecil sebagaimana yang menjadi salah satu tujuan SMK untuk mempersiapkan siswa-siswi siap bekerja nantinya setelah lulus. Jikalau pada diri siswa ditemukan minat dan keinginan yang tinggi maka hal diatas akan bisa diatasi karena tanpa diperintah pun siswa akan melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan sesuatu yang mereka minati.

8 Hal diatas disimpulkan terjadi salah satunya adalah karena faktor minat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:744) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Maka minat adalah keadaan seseorang dimana melakukan sesuatu yang muncul dari dalam diri orang tersebut tanpa ada unsur paksaan. Dengan adanya minat maka siswa tidak akan malas untuk belajar dan lebih memilih untuk tetap berada di kelas mengikuti proses belajar mengajar dibanding keluar kelas. Kurangnya minat siswa juga menjadi salah satu penyebab siswa tidak mengumpulkan tugas. Jika minat kejuruan siswa tinggi, maka siswa tersebut akan belajar sesuai dengan jurusannya dengan sungguh-sungguh. Minat kejuruan adalah bentuk kepribadian siswa dalam mata pelajaran di sekolah. Jika siswa memiliki minat kejuruan di SMK maka siswa tersebut akan memiliki perhatian terhadap pelajaran kejuruan tersebut. Hal ini tentu akan berdampak pada kompetensi kejuruan yang dimiliki oleh siswa. Siswa yang memiliki minat kejuruan yang tinggi akan menguasai kompetensi kejuruan baik dan memiliki kompetensi untuk berwirausaha sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan rendahnya minat berwirausaha siswa SMK adalah etos kerja yang kurang dari dalam diri siswa. Siswa sebagai salah satu generasi masa depan, yang diharapkan akan mengubah perekonomian yang akan datang memerlukan instrument yang dapat mendorong dan memacu keinginan individu untuk dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Dengan kata lain siswa memerlukan etos kerja untuk menunjang tumbuhnya minat berwirausaha pada diri masing-masing siswa. Pada dasarnya minat menjadi indikator kekuatan seseorang pada bidang tertentu, sehingga seseorang akan

9 termotivasi untuk mempelajarinya. Siswa yang memiliki etos kerja rendah biasanya kurang berminat untuk melakukan suatu kegiatan tertentu dan bahkan tidak memiliki minat sama sekali sehingga menjadikan siswa tersebut kurang berani untuk mengambil resiko. Sebaliknya untuk siswa yang memiliki etos kerja yang tinggi akan lebih berfikir cemerlang untuk mengatasi resiko-resiko yang ada dan tidak mengandalkan orang tua untuk memenuhi kebutuhannya. Etos kerja yang tinggi akan mendorong siswa untuk berwirausaha ketika sudah lulus dari SMK nantinya dan akan sadar bahwa siswa tersebut harus mandiri dan mampu memenuhi kebutuhannya dan tidak selalu bergantung pada orang tua. Hal lain yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa adalah tinggi rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh siswa. Etos kerja yang ada dalam diri siswa akan sangat membantu siswa tersebut ketika akan berwirausaha, siswa tersebut akan percaya diri dan bertanggung jawab serta pantang menyerah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Minat Kejuruan dan Etos Kerja Terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai.

10 B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Lulusan SMK memiliki minat berwirausaha yang rendah. 2. Minat belajar siswa yang rendah. 3. Kemampuan siswa yang tergolong rendah. 4. Etos kerja yang kurang dari dalam diri siswa. 5. Siswa yang kurang kondusif dan tertib saat proses belajar mengajar berlangsung. 6. Minat kejuruan siswa yang rendah. 7. Siswa kurang termotivasi untuk bekerja setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 8. Siswa yang belum mandiri dalam belajar ketika guru tidak masuk kelas. C. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan terbatasnya waktu maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Maka agar hasil penelitian lebih terarah, ruang penelitian ini hanya membahas permasalahan pada: 1. Penelitian dilakukan hanya untuk mengidentifikasi masalah minat kejuruan dan etos kerja siswa. 2. Penelitian dilakukan hanya pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai. 3. Penelitian dilakukan hanya untuk melihat hubungan minat kejuruan dan etos kerja dengan minat berwirausaha siswa.

11 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara minat kejuruan terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai? 2. Apakah terdapat hubungan antara etos kerja terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai? 3. Apakah secara bersama-sama terdapat hubungan antara minat kejuruan dan etos kerja dengan minat berwirausaha siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan batasan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan minat kejuruan terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai. 2. Untuk mengetahui hubungan etos kerja terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai.

12 3. Untuk mengetahui secara bersama-sama hubungan minat kejuruan dan etos kerja dengan minat berwirausaha siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton SMK Negeri 2 Binjai. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa Siswa semakin termotivasi untuk berwirausaha setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam berwirausaha 3. Bagi Peneliti a. Sebagai media untuk memperdalam pengetahuan yang diperoleh penulis selama bangku perkuliahan b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam proses pembinaan diri sebagai calon pendidik 4. Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya peningkatan minat berwirausaha siswa.