I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Peneliti menggunakan metode wawancara kepada informan yang ditentukan secara purposive

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS RITUAL MOLANG AREH

BAB V Kesimpulan Dan Saran

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia sejak dari. keberadaannya dalam perut ibu, lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA HAFLAH AKHIRUSSANAH, KHOTMIL QUR AN PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DAN HAUL KH.

BAB V PENUTUP. Setelah diuraikan bab dari penelitian lapangan tentang SEJARAH PERKEMBANGAN JAMAAH MANAQIB SYAIKH ABDUL QODIR

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisa dengan analisis induktif.

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. Kata "Tahlil" sendiri secara harfiah berarti berdzikir dengan mengucap kalimat tauhid "Laa

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

PRAKTEK RITUAL BAKAR DUPA DALAM PANDANGAN ISLAM DESA LAWONUA KEC.BESULUTU KAB. KONAWE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. akhirat. Ajaran Islam ini bersifat menyeluruh, artinya ajaran Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB II MONOGRAFI DUSUN MOYORUTI MELIPUTI KONDISI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan negara berkembang lainnya, yaitu terdiri dari banyak. suku, adat, kebiasaan, dan budaya yang sangat beragam.


BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS UD

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KOTA BLITAR TAHUN 2012 JUM,AT, 21 SEPTEMBER 2012

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

BAB IV PENYIMPANGAN AQIDAH DALAM SEDEKAH LAUT DI KELURAHAN BANDENGAN

BAB I PENDAHULUAN. science is lame ; Ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB V PEMBAHASAN. A. Penyelenggaraan Ritual Tahlilan (Selametan Kematian) mengacu pada sejarah masuknya Islam di Jawa yang tidak terlepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

Assalamualaikum Wr. Wb

BAB IV ANALISIS HASIL PELAKSANAAN TRADISI NGAPATI DI DESA SUROBAYAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA PEMAKAMAN ALMARHUM BAPAK SABARI ANGGOTA DPRD KABUPATEN KULONPROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Peringatan Maulid Nabi Muhammad, merupakan peristiwa bersejarah bagi

2. Barang siapa bersumpah dengan Laata dan Uzzaa, maka hendaknya dia segera mengucapkan "laa ilaaha illallah"

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan diri dan keluarganya. Secara sosial ekonomi masyarakat sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

Memahami Islam. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Setelah satu masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan, beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB III AJARAN DAN AMALIAH-AMALIAH TAREKAT SIDDIQIYYAH

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Bupati Garut SAMBUTAN BUPATI GARUT PADA PELAKSANAAN PENILAIAN LOMBA DESA TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 DESA SUKALAKSANA, KECAMATAN SAMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

Assalamu alaikum wr.wb

BAB IV ANALISIS PERAN KIAI DALAM MEMBINA AHLAK REMAJA MUSLIM PUTUS SEKOLAH. A. Analisis Peran Kiai dalam Membina Ahlak Remaja Muslim Putus

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya membentuk manusia Indonesia seutuhkan tidak hanya dapat

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pembukaan MTQ Nasional XXIV, Ambon, 8 Juni 2012 Jumat, 08 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Sedangkan terminologi mendefinisikannya sebagai sebuah pertemuan yang di dalamnya dibacakan laa ilaaha illa Allah, shalawat kepada Nabi SAW, tasbih, dan sebagian ayat-ayat Al-qur`an serta diakhiri dengan do`a yang berisikan pengiriman pahala bacaan-bacaan tadi kepada seseorang yang sudah meninggal (http://buletinalghadier.blogspot.com, 2012). Telah diketahui bersama bahwa acara tahlilan merupakan suatu acara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk memperingati hari meninggalnya seseorang. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, dzikir-dzikir, - untuk dikirimkan kepada orang yang meninggal. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan (http://www.darussalaf.or.id, 2012). Acara tahlilan ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan orang yang meninggal), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggarakan kembali

2 pada malam ke 40, ke 100, dan ke 1000. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian orang yang meninggal. Tidak lepas dalam acara tersebut penjamuan yang disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan. Model penyajian hidangan biasanya selalu variatif, tergantung adat yang berjalan di tempat tersebut. Namun pada dasarnya menu hidangan mirip menu hidangan secara meriah. Dan diberikan pada setiap orang yang datang (www.darussalaf.or.id, 2012). Keberadaan aktivitas tahlilan tidak dilepaskan dari sejarah berkembangnya tarekat di Indonesia dan perjuangan dakwah Wali Songo. Berdasarkan sejarah Islam di Indonesia banyak dikemukakan bahwa kelompok-kelompok tarekat telah berkembang pesat sejak abad ke 13. Perkiraan bahwa kelompok tarekat merupakan kelompok yang mentradisikan tahlilan didasarkan pada konsep ajaranajaran yang dikembangkan. Awal mula acara tahlil tersebut berasal dari acara peribadatan ( selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya masih menyakini agama sebelum agama Islam datang. Acara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo'akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperi halnya tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti mantra dan do'a-do'a ala agama lain dengan bacaan dari Al- Qur'an, maupun dzikir-dzikir dan do'a-do'a versi Islam. Dapat disebutkan inti ajaran tarekat adalah pelaksanaan zikrullah sebagai jalan untuk mensucikan dan mendekatkan diri kepada Sang Allah Swt. Acara tahlilan hari ke-1, 2, 3, 7, 40, 100 atau seribu hari hingga haul (ulang tahun kematian yang dilaksanakan setiap tahun) dengan kegiatan tahlil adalah suatu tradisi untuk menanamkan tauhid di

3 tengah suasana keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Aktifitas dzikir yang berawal dari ajaran tarekat itulah yang kemudian meluas menjadi tradisi tahlilan (www.thakereen.com, 2011). Acara tahlil yang biasa di sudah meninggal dunia, sebenarnya bermula dari perjuangan sunan-sunan Wali Songo, yang mana pada saat itu adat istiadat orang Jawa, ketika ditinggal meninggal oleh sanak keluarganya dilakukan acara selama tujuh hari berturutturut dan hari ke empat puluh setelah kematian, mereka (orang Jawa) mempercayai bahwa acara ini dapat menebus dosa-dosa orang yang meninggal atau paling tidak bisa menambah kebaikan-kebaikannya. Dari peristiwa inilah, maka sunan-sunan Wali Songo tergugah untuk merubah adat istiadat mereka dengan acara yang Islami, hanya saja oleh beliau-beliau disadari bahwa adat semacam ini tidak mungkin di rubah secara total, maka muncullah satu pemikiran untuk memanfaatkan tujuh hari atau lainnya, dari apa saja yang telah mereka adatkan, dengan diisi tahlil bersama, sebagaimana yang telah kita rasakan saat ini. Acara ini mengindikasikan adanya fungsi dalam tahlilan. Namun, dalam tahlil ini biasanya terdapat sajian makanan untuk para tamu yang datang. Memang menyajikan hidangan untuk tamu merupakan hal yang terpuji bahkan dianjurkan tetapi bila dihidangkan dalam acara tahlilan oleh keluarga yang meninggal maka memiliki hukum tersendiri (http://helmynurindah.wordpress.com, 2012). Pelaksanaan tahlilan diawali oleh pihak keluarga yang meninggal dengan mengundang tetangga dan sanak familinya secara lisan untuk menghadiri acara itu yang akan diselenggarakan di rumah duka. Acara tahlilan baru dimulai apabila

4 para undangan sudah banyak yang datang dan dianggap cukup. Yang perlu untuk diketahui adalah bahwa kadang-kadang orang yang tidak diundangpun turut menghadiri acara tahlilan, sebagai ekspresi penyampaian rasa ikut berduka. Acara tahlilan, sebagaimana acara-acara lain, dimulai dengan pembukaan dan diakhiri dengan pembagian makanan kepada para hadirin. Kaitannya dengan masalah makanan dalam acara tersebut, kadang-kadang pihak keluarga yang meninggal ada yang menyajikannya sampai dua kali, yaitu untuk disantap bersama di rumah tempat mereka berkumpul dan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing, yang disebu berkat. Dalam proses berjalannya acara yang sudah menjadi adat kebiasaan, dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat, kalau bukan seorang Ulama atau Ustad yang sengaja disiapkan oleh tuan rumah. Dalam acara tahlilan masyarakat Desa Tanggulangin pada umumnya melakukan pembacaan Tahlil dan Al- - ang khusus ditujukan pada orang yang meninggal sesuai dengan hari waktu dan meninggal. Tidak hanya itu, karena acara tahlilan ini juga diisi dengan tawasul-tawasul kepada Nabi, sahabat dan para Wali serta juga keluarganya yang telah meninggal. Biasanya acara yang dilakukan dimulai dengan pembacaan surat Yasin, pembacaan tahlil dan ditutup dengan pembaca Dalam menyambut acara tahlilan, keluarga yang meninggal disamping dibantu oleh para tetangga, bekerja keras mempersiapkan hidangan yang akan diberikan kepada para hadirin. Hidangan terkadang sengaja dibuat sendiri dan terkadang diperoleh dari orang lain dengan cara membelinya.

5 Hal itu tergantung pada kesanggupan dan kesiapan pihak keluarga. Dalam acara tahlilan pada masyarakat Desa Tanggulangin, penyajian hidangannya selalu disediakan. Penyajian hidangan disini tidak pernah ditentukan, tetapi pada harihari ke-3 dan ke-7 biasanya penyajian hidangan makanan. Maksud bahwa orang yang mengadakan acara tahlilan meninggalnya seseorang itu adalah untuk memohon maafkan arwah keluarga dari dosanya semasa masih hidup. Dan ketika acara tahlilan itu menempati hari ke-40, ke-100, ke-1000 dan haul pada tiap tahunnya, maka penyajian hidangan itu sudah berbeda lagi yaitu sesuai dengan kemampuan yang punya hajat. Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam khususnya masyarakat Desa Tanggulangin yang sebagian besar memeluk Agama Islam banyak yang menjalankan beberapa amalan yang dianggap sebagai suatu keharusan ( syariat). Amalan-amalan itu salah satunya adalah acara keagamaan dalam tradisi tahlilan meninggalnya seseorang yang dijadikan sebagai sebuah simbol dari sesuatu aliran dalam Islam yang pada dasarnya acara keagamaan itu masih menjadi sebuah permasalahan, apakah upacara tersebut merupakan agama (ajaran Islam) atau sebagai budaya. Acara keagamaan dan tradisi memperingati hari meninggalnya seseorang, di zaman modern ini ternyata masih tetap berjalan dan berlangsung dalam masyarakat Indonesia, salah satunya adalah masyarakat di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Kebiasaan acara tahlilan meninggalnya seseorang pada masyarakat Desa Tanggulangin ini merupakan salah satu sistem acara keagamaan yang masih dipertahankan hingga kini. Tradisi tahlilan meninggalnya seseorang ini meskipun berangkat dari kristalisasi nilai-nilai budaya yang sedemikian tradisional, namun

6 pengaruhnya hingga kini masih sedemikian kuat sekaligus di desa-desa sekitarnya terutama di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Tradisi tahlilan meninggalnya seseorang ini syarat dengan berbagai nilainilai atau makna mulai dari hari pertama meninggal hingga 1000 hari dan haulnya, tentu saja seluruh makna yang terkemas dalam suatu sistem acara tahlilan meninggalnya seseorang tersebut jelas mengandung nilai- nilai filosofis tertentu yang terkait dengan karakteristik budaya dari daerah yang bersangkutan. Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan adanya fungsi dalam acara tahlilan berfungsi sebagai mengirim doa kepada orang yang meninggal. Perkembangannya sekarang tahlilan tidak hanya berfungsi sebagai mengirim doa saja, tetapi tahlilan juga difungsikan lain sebagai ajang silahturahmi untuk menumbuhkan persaudaraan dengan cara menghibur dan mengurangi beban keluarga yang meninggal merupakan suatu ibadah dengan sedekah, syiar Islam. Berdasarkan analisis tentang fungsi tahlilan di atas, jika dilihat secara sosiologis acara tersebut memiliki unsur solidaritas antar sesama muslim karena warga memberikan pertolongan kepada yang sedang berduka dan membantu keluarga. Tidak hanya sebagai bentuk kirim doa, namun terdapat fungsi-fungsi yang terdapat dalam acara ini, sehingga masyarakat tetap melestarikan tradisi yang sejak nenek moyang dilaksanakan. Hingga saat ini pelaksanaan tahlilan sendiri tidak hanya di laksanakan di desa saja tetapi dilaksanakan di perkotaan hingga seluruh Indonesia, khususnya di Desa Tanggulangin. Atas dasar kenyataan tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Untuk diketahui, Desa Tanggulangin dihuni

7 oleh masyarakat yang heterogen, baik suku, pekerjaan, hingga agama. Selain dari itu, pemilihan lokasi penelitian ini di Desa Tanggulangin dikarenakan terdapatnya pondok pesantren di Desa ini, kemudian adanya informan yang merupakan salah satu Ulama di pondok pesantren yang mayoritas penganut agama Islam di Desa ini masih melaksanakan acara tahlilan meninggalnya seseorang dikarenakan masih dipengaruhi oleh ajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren tersebut. Permasalahan inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini terutama pada kelompok yang masih melestarikan acara tahlilan. Dalam hal ini, penelitian akan difokuskan pada analisis fungsi tahlilan menurut masyarakat. Oleh karena itu peneliti menetapkan judul: Analisis Fungsi Tahlilan Menurut Masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung T. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: Apa saja fungsi-fungsi acara tahlilan menurut masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menjelaskan fungsifungsi yang terdapat dalam acara tahlilan pada masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung. D. Kegunaan Penelitian

8 1. Secara teoritis diharapkan dapat berguna bagi upaya pengembangan khasanah Ilmu Sosiologi, khususnya yang berhubungan dengan perkembangan budayabudaya Islam. 2. Secara praktis diharapkan dapat dijadikan referensi bagi Departemen Agama dalam upaya menjalankan dakwah Islam dan membantu mengatasi perselisihan pendapat mengenai pelaksanaan tradisi tahlilan sesudah peristiwa kematian seseorang.