BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Genap Tahun 2005/2006

BAB VII TINJAUAN KHUSUS AXIAL LOADING TEST DAN PILE DRIVING ANALYZER

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR MENGGUNAKAN METODE REESE, PILE DRIVING ANALYZER TEST, DAN PERANGKAT LUNAK NPILE

PENGUJIAN BORED PILE

BAB III METODOLOGI. pondasi tiang mencangkup beberapa tahapan pekerjaan, sebagai tahapan awal

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap konstruksi terdiri dari 2 bagian, yaitu konstruksi atas (upper structure) dan

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Dalam perencanaan pondasi ini akan dihitung menggunakan dua tipe pondasi

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bangunan dengan tanah secara baik. Pondasi harus memenuhi dua persyaratan dasar, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah biaya dan kendala (Parahyangan, 2010). Kendala yang dimaksud merupakan

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

2.5.1 Pengujian Lapangan Pengujian Laboratorium... 24

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur

DAFTAR PUSTAKA. Geotech Efathama,P.T , Various Report Uji Beban Statik

BAB III LANDASAN TEORI

DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERNYATAAN KEASLIAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembangunan bangunan rumah susun sewa. Adapun data-data yang diketahui. 1. Nama Proyek : Rusunawa Jatinegara Jakarta

Output Program GRL WEAP87 Untuk Lokasi BH 21

BAB XI PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

PERENCANAAN PONDASI SILO SEMEN CURAH DAN LOADING PLANT PADA LOKASI PACKING PLANT PT SEMEN INDONESIA DI BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4.1 Fondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik Strukturnya Alat Pancang Tiang Tiang Pancang dalam Tanah

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung

BAB IV PERENCANAAN PONDASI. Berdasarkan hasil data pengujian di lapangan dan di laboratorium, maka

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ANALISIS KAPASITAS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI KELOMPOK TIANG BOR AKIBAT BEBAN AKSIAL PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

EVALUASI DAYA DUKUNG TIANG PANCANG BERDASARKAN METODE DINAMIK

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

BAB 3 DATA TANAH DAN DESAIN AWAL

ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG BOR BERDASARKAN DATA SPT DAN UJI PEMBEBANAN TIANG. Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani,M.T

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seluruh rekayasa konstruksi pada dasarnya bertumpu pada tanah dan didukung oleh

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK CIKINI GOLD CENTER

ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG SECARA ANALITIS PADA PROYEK GBI BETHEL MEDAN

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

EVALUASI TES BEBAN PONDASI BORE PILE GEDUNG IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 2 MCI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PENDIDIKAN FAK. MIPA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) TUGAS AKHIR

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

STUDI PERBANDINGAN KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL MINI PILE UKURAN 20X20 CM MENGGUNAKAN BERBAGAI FORMULA DINAMIK BERDASARKAN DATA PEMANCANGAN TIANG

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. Semua bangunan yang didesain bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR KONSULTASI MAGANG... iv. PERNYATAAN... v. PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR...

KEHANDALAN DAYA DUKUNGAKSIAL TIANG PANCANG BETON SEGI EMPAT BERDASARKAN HASIL SPT DAN PDA. Yusti Yudiawati

PRAKATA. Akhirnya penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya insan Teknik Sipil.

BAB VII. Pile Driving Analyzer Test (PDA)

Oleh : DWI DEDY ARIYANTO ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Untung

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metode statis seperti Total stress Analysis (TSA) atau Effective stress

BAB I PENDAHULUAN. serta penurunan pondasi yang berlebihan. Dengan demikian, perencanaan pondasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pondasi tiang adalah salah satu bagian dari struktur yang digunakan untuk

BAB VI TINJAUAN KHUSUS. (Secant Pile dan Soldier Pile)

Perilaku Tiang Pancang Tunggal pada Tanah Lempung Lunak di Gedebage

ANALISA DAYA DUKUNG TIANG SPUNPILE DENGAN METODE UJI PEMBEBANAN STATIK (LOADING TEST)

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

KAPASITAS DUKUNG TIANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BORED PILE PROYEK PALM REGENCY (Apartmen dan Mall)

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Proyek pembangunan gedung berlantai banyak ini adalah pembangunan gedung

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah NRP : Dosen Pembimbing : Indrasurya B. Mochtar, Prof., Ir., MSc., PhD

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI BORED PILE TUNGGAL DIAMETER 100 cm PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL GRANDHIKA, MEDAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG PANCANG MENGGUNAKAN DATA INSITU TEST, PARAMETER LABORATORIUM TERHADAP LOADING TEST KANTLEDGE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

SIMULASI HASIL UJI PLATE LOADING TEST STUDI KASUS HOTEL 10 LANTAI DI BANDUNG

TAHANAN GESEKAN SELIMUT PADA TIANG BOR PANJANG

ANALISIS DAYA DUKUNG LATERAL PONDASI TIANG BOR BERDASARKAN UJI PEMBEBANAN TIANG ABSTRAK

PRESSUREMETER TEST (PMT)

Analisis Daya Dukung Tiang Tunggal Statik pada Tanah Lunak di Gedebage

ANALISA TAHANAN LATERAL DAN DEFLEKSI FONDASI GRUP TIANG PADA SISTEM TANAH BERLAPIS DENGAN VARIASI JUMLAH TIANG DALAM SATU GRUP

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI KELOMPOK TIANG TEKAN HIDROLIS PADA PROYEK PEMBANGUNAN KONDOMINIUM NORTHCOTE GRAHA METROPOLITAN, HELVETIA, MEDAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008

Evaluasi Data Uji Lapangan dan Laboratorium Terhadap Daya Dukung Fondasi Tiang Bor

METODE PEKERJAAN BORE PILE

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG AKSIAL TIANG PANCANG TUNGGAL BERDASARKAN DATA SONDIR DAN DATA STANDARD PENETRATION TEST

BAB III ANALISIS KAPASITAS FONDASI TIANG BERDASARKAN DATA SPT DAN INTERPRETASI KAPASITAS HASIL TES PEMBEBANAN

S O N D I R TUGAS GEOTEKNIK OLEH : KAFRIZALDY D

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA GEDUNG KAMPUS STIE-IBS KEMANG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut. Alat-alat

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR KELOMPOK PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG GRHA 165 JALAN : TB. SIMATUPANG - JAKARTA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

Transkripsi:

4-1 BAB 4 ANALISA DATA DAN HASIL 4.1 Data Teknis Gambar 4.1 Rencana Gedung Wisma Asia II a. Nama Proyek : Gedung Wisma Asia II b. Lokasi Proyek : Jl. Tali Raya, Slipi Jakarta Barat

4-2 Gambar 4.2 Peta Lokasi Proyek c. Diameter Tiang : 60 cm d. Kedalaman : 15,50 m e. Pembesian : 4 D 22 mm, L = 12 m 4 D 22 mm, L = 6 m f. Sistem Pengecoran : Tremie Method, diameter 25 cm g. Sistem Pengeboran : Rotary Drilling

4-3 4.1 Penyelidikan Tanah Tujuan dilakukan penyelidikan tanah adalah untuk mengevaluasi kondisi tanah setempat yang akan digunakan untuk keperluan perencanaan pondasi pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II. Penyelidikan tanah juga dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kedalaman Muka Air Tanah (MAT) dan untuk mengetahui sifat tanah/batuan baik dari sifat fisis maupun mekanis. Penyelidikan tanah dilakukan pada lokasi yang diperkirakan dapat mewakili kondisi tanah setempat. Pada proyek Gedung Wisma Asia II, penyelidikan tanah dilakukan dengan mengadakan pengujian sondir dan bor mesin. Pengujian sondir dan pengeboran dengan bor mesin dilakukan pada 3 titik. Denah titik uji tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3 Muka Air Tanah (MAT) di proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II terletak pada kedalaman yang bervariasi antara -8 m sampai dengan -8,5 m dari permukaan tanah setempat. Dari hasil penyelidikan tanah disimpulkan bahwa lapisan tanah bagian atas terdiri dari tanah kohesif dengan kondisi lunak sampai agak kenyal. Sedangkan untuk lapisan tanah bagian bawah terdiri dari tanah pasir kelanauan dan lempung dengan kondisi sedang sampai padat dan keras. Hasil ringkasan dalam bentuk gambar stratigrafi tanah yang dibuat berdasarkan hasil uji SPT dapat dilihat pada Gambar 4.4.

4-6 Ringkasan mengenai keadaaan tanah dasar dari hasil pengeboran yang dilakukan pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengeboran di DB 1 Kedalaman Jenis Tanah N SPT 0 2 Clayey silt (MH), blackish brownish red, dry, medium stiff, containing a few of organic silt, high plasticity 2 4 Sandy silt (ML), brownish white, dry, stiff, low plasticity 4 6 Clayey silt (MH), brownish white, moist, soft, containing a few of sand, high plasticity 6 8 Clayey silt (MH), brownish grey, moist, medium stiff, containing a few of sand, high plasticity 8 10 Cemented silt (ML), brownish whiteish green, moist, stiff, containing a few of sand, low plasticity 10 12 Cemented silt (ML), grayish green, moist, hard, low plasticity 12 14 Cemented silt (ML), brownish white, wet, hard, containing a few of sand, low plasticity 14 16 Cemented silt (ML), grayish yellowish brown, wet, very hard, a lot of sand, low plasticity 16 18 Silty sand (SP), blackish yellow, moist, very dense, poorly graded 18 20 Sandy silt (ML), grayish brownish yellow, moist to wet, very stiff, low plasticity 20 22 Silty clay (CH), grey, moist, very stiff, containing a few of fine sand, high plasticity 22 24 Organic silt (ML), blackish brownish grey, moist, very stiff, containing a few of sand, low plasticity 24 26 Organic silt (ML), blackish brownish grey, moist, very stiff, low plasticity 26 28 Organic silt (ML), blackish brown, moist, very stiff, containing a few of fine sand, low plasticity 28 30 Organic silt (ML), grayish brownish black, moist, hard, low plasticity Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Wisma Asia II 8 10 6 9 13 49 57 60 56 30 31 36 35 31 48

4-7 Tabel 4.2 Hasil Pengeboran di DB 2 Kedalaman Jenis Tanah N SPT 0 2 2 4 4 6 6 8 8 10 10 12 12 14 14 16 16 18 18 20 20 22 22 24 24 26 26 28 Silty clay (CH), yellowish blackish brown, dry, medium stiff, high plasticity Silty clay (CH), blackish yellowish brown, moist, medium stiff, containing a few of gravel, high plasticity Clayey silt (MH), grayish yellowish brown, moist, soft, high plasticity Silty clay (CH), greyish yellowish brown, moist, medium stiff, high plasticity Clayey silt (MH), greyish brown, moist, stiff, containing a few of sand, high plasticity Cemented silt (MH), yellowish brown, black mottled, moist, very stiff, containing a few of sand, low plasticity Cemented silt (ML), greyish blackish brown, moist, very hard, low plasticity Cemented silt (ML), yellowish blackish brown, wet, very stiff, low plasticity Silty sand (SW), yellowish brown, moist, dense, containing a few of gravel, well graded Cemented silt (ML), blackish brown, moist, very stiff, low plasticity Silty sand (SW), blackish grey, moist, dense, well graded Silty sand (SP), blackish grey, moist to wet, dense, poorly graded Silty sand (SP), blackish grey, moist to wet, dense, poorly graded Cemented silt (ML), brownish grey, moist, hard, containing a few of organic sand, low plasticity 6 10 4 12 17 32 55 59 39 32 22 28 42 46 28 30 Cemented silt (ML), blackish grey, moist, very hard, containing a few of sand, low plasticity Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Wisma Asia II 60

4-8 Tabel 4.3 Hasil Pengeboran di DB 3 Kedalaman Jenis Tanah N SPT 0 2 2 4 4 6 6 8 8 10 10 12 12 14 14 16 16 18 18 20 20 22 22 24 24 26 26 28 Silty clay (CL), brownish red, moist, soft, low plasticity Clayey silt (MH), blackish brown, moist, soft, containing a few of gravel, high plasticity Clayey silt (MH), yellowish greyish brown, moist, soft, high plasticity Clayey silt (MH), greyish brown, moist, medium stiff, high plasticity Clayey silt (MH), brownish greyish yellow, moist, stiff, high plasticity Clayey silt (MH), brownish greyish yellow, dry, very stiff, containing a few of sand, high plasticity Clayey silt (ML), greyish brownish yellow, dry, hard, containing a few of sand, low plasticity Cemented silt (ML), yellowish brownish grey, wet, hard, low plasticity Cemented silt (ML), greyish brownish yellow, moist, hard, low plasticity Clayey silt (ML), greyish brownish yellow, moist, very stiff, low plasticity Silty clay (CL), blackish grey, moist, stiff, low plasticity Silty clay (CL), brown, wet, stiff, containing a few of organic matter, low plasticity Silty clay (CH), greyish brown, moist, very stiff, cointaining a few of fine sand, high plasticity Silty clay (CH), greyish brown, moist, very hard, high plasticity 4 5 9 7 15 29 35 36 47 29 21 16 27 55 28 30 Silty clay (CL), greyish brownish yellow, moist, very hard, containing a few of sand, low plasticity Sumber : Laporan Penyelidikan Tanah Proyek Wisma Asia II 54

4-9 4.2 Kondisi Lapangan Proses Pembuatan Pondasi Tiang Bor Pembuatan pondasi tiang bor dalam proyek pembangunan gedung Wisma Asia II terdiri dari beberapa tahap antara lain : a. Pekerjaan persiapan, pekerjaan ini meliputi : pembersihan lahan, pengukuran batas-batas lahan dan posisi bangunan, menyediakan tenaga kerja dan peralatan yang diperlukan Gambar 4.5 Persiapan Pengeboran b. Pekerjaan pengeboran dan erection Tulangan Tahap ini dilakukan dengan menggunakan 3 jenis alat berat yaitu mesin bor, mobil crane dan back hoe. Proses pelaksanaan pekerjaan pengeboran dan erection tulangan adalah sebagai berikut : Pengeboran dangkal untuk meletakkan pipa casing Pembersihan lubang bor dengan menggunakan cleaning bucket

4-10 Pipa casing diletakkan pada lubang yang telah dibuat Pengeboran dalam dengan menggunakan auger sebagai mata bor yang berfungsi untuk mengangkat material hasil pengeboran ke atas Pengecekan kedalaman pengeboran agar sesuai dengan elevasi rencana Pasang tulangan kait untuk tali pegangan tulangan pada saat pengecoran sehingga tulangan akan tetap posisinya. Tulangan kait ini dilas sementara pada casing bore Tulangan ditegakkan dengan mobil crane Gambar 4.6 Pengeboran Gambar 4.7 Pembesian Pada Tiang Bor

4-11 c. Proses pengecoran dan pencabutan casing Proses pengecoran dilakukan setelah tulangan dipasang dengan menggunakan concrete pump dan pipa tremi. Setelah proses pengecoran selesai dilakukan, casing pada lubang bor dicabut. 4.3 Uji Pembebanan Statis (Static Loading Test) Pelaksanaan pengujian beban statis (static loading test) dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : a. Pembuatan pile cap pada tiang bor b. Pemasangan pelat pada pile cap untuk perataan beban hydraulic jack c. Pemasangan 1 buah hydraulic jack dengan titik berat tepat ditengah as tiang bor d. Pemasangan kaki loading test dan kaki test beam e. Pemasangan secunder beam f. Penyusunan beban dari blok beton dengan ditutup terpal pada puncaknya g. Pemasangan reference beam pada sisi kiri dan kanan tiang bor h. Pemasangan plafond pada area dial gauge untuk menghindari dari bendabenda yang jatuh karena gesekan antara blok beton selama masa pembebanan sehingga tidak mengganggu dial gauge saat pembacaan penurunan maupun pergeseran i. Pemasangan rangka besi (platform) untuk dudukan dial gauge j. Pemasangan lampu penerangan, pompa hydraulic jack, dial gauge, mistar, waterpass, dan lain-lainnya untuk kelengkapan loading test

4-12 k. Pelaksanaan loading test Gambar 4.8 Pengujian Pembebanan Dengan Blok-Blok Beton 4.4.1 Uji Pembebanan Vertikal (Vertical Loading Test) Sistem uji pembebanan vertikal yang digunakan pada proyek pembangunan gedung Wisma Asia II menggunakan sistem kentledge, yaitu sistem pembebanan dengan blok-blok beton yang diletakkan di atas sebuah platform yang dibuat dari profil baja berukuran 9 x 12 m 2. Platform tersebut ditopang oleh blok-blok beton yang telah disusun vertikal. Reference beam dibentuk dari 2 buah profil baja C 18 dengan panjang 9 m yang dicor ke tanah dengan jarak tumpuan ± 8 m. Jumlah berat blok blok beton yang diletakkan di atas platform adalah sebesar ± 330 ton ditambah dengan berat profil dan platform sebesar ± 30 ton. Besar tekanan yang diberikan oleh hydraulic jack (dongkrak hidrolis) yang diterima oleh kepala tiang bor dapat dibaca pada manometer (pressure gauge) yang dipasang pada pompa tangan. Sedangkan, penurunan (settlement) dari

4-13 pondasi tiang dapat dibaca pada dial gauge (extensiometer) yang dipasang pada empat penjuru pondasi tiang bor. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan pembacaan dan pengamatan dengan menggunakan waterpass dengan cara memasang mistar pada reference beam pada dinding yang tetap untuk mengetahui perubahan elevasi reference beam. Selain itu, untuk menghindari terjadinya konsentrasi tegangan maka dipasangkan pelat baja dengan ukuran 120 cm x 120 cm x 4 cm yang dipasang pada celah antara hydraulic jack dengan pile cap dan celah antara ram/piston hydraulic jack dan main beam. Uji pembebanan vertikal dilakukan sesuai dengan ASTM D1143 81. Dari hasil uji pembebanan vertikal yang dilakukan hanya pada tiang B 134 diperoleh ringkasan percobaan sebagai berikut : Nomor Tiang : B 134 Tanggal Pengecoran Tiang : 4 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 150 ton Kedalaman Tiang : 15,4 m Referensi Titik Bor : DB 2 Tanggal Pengujian Tiang : 1 2 Maret 2006 Pembebanan Maksimum : 300 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Tanah : - 2,01 m Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Beban Vertikal Beban Rencana Beban Vertikal Cycle Beban Maksimum Persentase Penurunan Total (mm) 150 I 150 100 % 1,45 150 II 300 200 % 4,38

4-14 Dari hasil ringkasan pengujian diperoleh daya dukung vertikal ultimit tiang pondasi B 134 adalah sebesar 300 ton dengan penurunan total sebesar 4,38 mm (memenuhi syarat deformasi lateral yang diijinkan yaitu < 1 inch atau 25,4 mm). 4.4.2 Uji Pembebanan Tarik (Uplift Loading Test) Sistem uji pembebanan tarik yang digunakan pada proyek pembangunan gedung Wisma Asia II menggunakan sistem steel frame and ground reaction system, dimana pada sistem ini steel frame dilas pada kepala tiang dan untuk pembebanan tiang dilakukan dengan menggunakan hydraulic jack. Pembebanan tiang dilakukan dengan menggunakan hydraulic jack yang diletakkan pada diantara test beam dan steel frame yang dilas ke kepala tiang. Reference beam dibentuk dari 2 buah profil baja kanal dengan panjang 9 m yang dicor ke tanah dengan jarak tumpuan ± 8 m. Besar beban percobaan dapat dibaca pada manometer (pressure gauge) yang dipasang pada pompa tangan.. Sedangkan, gerakan vertikal yang diberikan oleh hydraulic jack (dongkrak hidrolis) yang diterima oleh kepala tiang dapat dibaca pada dial gauge yang dipasang diagonal pada kepala tiang yang dihubungkan dengan reference beam Uji pembebanan tarik dilakukan sesuai dengan ASTM D 3689-83. Dari hasil uji pembebanan tarik yang dilakukan hanya pada tiang B 68 diperoleh ringkasan percobaan sebagai berikut :

4-15 Nomor Tiang : B 68 Tanggal Pengecoran Tiang : 11 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 25 ton Kedalaman Tiang : 15,5 m Referensi Titik Bor : DB 1 Tanggal Pengujian Tiang : 20 Februari 2006 Pembebanan Maksimum : 50 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Tanah : - 1,741 m Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Beban Tarik Beban Rencana Beban Tarik Beban Maksimum Persentase Deformasi Vertikal Total (mm) 25 25 100 % 0,70 25 50 200 % 0,94 Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa daya dukung tarik ultimit tiang pondasi B 68 berdasarkan hasil pengujian di lapangan adalah sebesar 50 ton, dimana total deformasi vertikal maksimumnya memenuhi syarat (< 0,25 inch atau 6,35 mm). 4.4.3 Uji Pembebanan Lateral (Lateral Loading Test) Sistem uji pembebanan lateral yang digunakan pada proyek pembangunan gedung Wisma Asia II menggunakan sistem kentledge, yaitu sistem pembebanan dengan blok-blok beton yang diletakkan di atas sebuah platform. Platform tersebut ditopang oleh blok-blok beton yang disusun diatas permukaan tanah. Reference beam dibentuk dari 2 buah profil baja dengan panjang 4 m yang dicor ke tanah dengan jarak tumpuan ± 3 m.

4-16 Hydraulic jack (dongkrak hidrolis) pada saat percobaan diletakkan mendatar di antara kepala tiang dan beam baja. Pergeseran horisontal yang diberikan oleh hydraulic jack (dongkrak hidrolis) yang diterima oleh kepala tiang bor dapat dibaca pada dial gauge yang dipasang pada kepala pondasi tiang bor. Untuk menghindari terjadinya konsentrasi tegangan maka dipasangkan pelat baja dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 3 cm, sehingga piston tetap kontak dengan pelat baja pada waktu pergeseran horisontal. Uji pembebanan lateral dilakukan sesuai dengan ASTM D 3966 81. Dari hasil uji pembebanan lateral pada 2 tiang diperoleh ringkasan percobaan sebagai berikut : a. Uji pembebanan lateral pada tiang B1 Tanggal Pengecoran : 28 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 10 ton Kedalaman Tiang : 15,5 m Referensi Titik Bor : DB 3 Tanggal Pengujian : 03 Maret 2006 Pembebanan Maksimum : 20 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Tanah : - 1,846 Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Uji Beban Lateral I Beban Rencana Beban Lateral Cycle Beban Maksimum Persentase Deformasi Lateral Total (mm) 10 I 5 50 % 0,32 10 II 10 100 % 0,95 10 III 15 150 % 1,90 10 IV 20 200 % 3,43

4-17 Daya dukung lateral ultimit tiang pondasi B 1 yang diperoleh dari hasil ringkasan pengujian adalah sebesar 20 ton dengan deformasi lateral total sebesar 3,43 mm (memenuhi syarat deformasi lateral yang diijinkan yaitu < 0,25 inch atau 6,35 mm). b. Uji pembebanan lateral pada tiang B 81 Tanggal Pengecoran : 16 Januari 2006 Diameter Tiang : 60 cm Beban Rencana : 10 ton Kedalaman Tiang : 15,5 m Referensi Titik Bor : DB 2 Tanggal Pengujian : 22 Februari 2006 Pembebanan Maksimum : 20 ton (200 % beban rencana) Elevasi Muka Air Tanah : - 1,846 Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Beban Lateral II Beban Rencana Beban Lateral Cycle Beban Maksimum Persentase Deformasi Lateral Total (mm) 10 I 5 50 % 0,52 10 II 10 100 % 1,81 10 III 15 150 % 3,75 10 IV 20 200 % 9,43 Dari hasil ringkasan pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa daya dukung ultimit tiang pondasi B 81 adalah sebesar 15 ton dengan deformasi lateral total sebesar 3,75 mm (memenuhi syarat deformasi lateral yang diijinkan yaitu < 0,25 inch atau 6,35 mm).

4-18 4.5 Uji Pembebanan Dinamis (Dynamic Loading Test) Sistem uji pembebanan dinamis pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II menggunakan Pile Driving Analyzer (PDA). Uji pembebanan dinamis pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II dilakukan sesuai dengan peraturan ASTM D 4945 89. Metode yang digunakan untuk menganalisis hasil rekaman getaran gelombang pada saat dilakukan pengujian dengan PDA adalah case method. Setelah pengujian PDA dilakukan maka perlu dilakukan analisis dengan menggunakan CAPWAP untuk memperoleh konfirmasi perkiraan daya dukung aksial tiang, distribusi kekuatan lapisan tanah dan simulasi pembebanan statis. Tahap persiapan pengujian dengan menggunakan PDA adalah sebagai berikut : Penggalian tanah di sekitar tiang bor ± 1,5 m dari kepala tiang Pengeboran pada tiang bor untuk memasang strain transducer dan accelerometer Meratakan bagian atas tiang bor agar diperoleh permukaan tiang yang baik untuk menerima beban drop hammer yang ditunbukkan Pengumpulan informasi mengenai tanggal pengecoran, panjang dan ukuran penampang tiang, serta panjang tiang yang akan diuji Menyiapkan drop hammer seberat 5 ton yang akan digunakan untuk menumbuk tiang pondasi agar tiang memberi respon berupa gelombang. Pemasangan instrumen seperti strain transducer dan accelerometer masingmasing 2 buah (telah dikalibrasi) yang dipasang pada bagian atas tiang dengan jarak minimum 1,5 m x diameter kepala tiang (satuan m).

4-19 Tujuan pemasangan dua buah instrumen sebanyak 2 buah adalah untuk faktor keamanan apabila salah satu instrument tidak bekerja dengan baik. Selanjutnya instrumen dihubungkan ke komputer perekam untuk merekam respon gelombang tumbukan Masukkan data ke komputer perekam yang telah dihubungkan dengan instrumen Setelah instrumen dan komputer perekam siap digunakan, maka dilakukan pembebanan dengan menggunakan drop hammer sebanyak 3 kali dengan tinggi jatuh 1,5 m Langkah selanjutnya hasil rekaman pengujian dianalisis lebih lanjut Ringkasan efisiensi drop hammer yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Ringkasan Efisiensi Drop Hammer Berat Energi Yang Energi Potensial Drop Hammer Ditransfer (ton-m) (ton-m) Efesiensi Drop Hammer (%) 5 2,38 7,5 31,7

4-20 Gambar 4.9 Penggalian Sekitar Tiang B.34 (Salah Satu Tiang Yang Diuji) Untuk Pengujian Dengan PDA Gambar 4.10 Pengujian PDA Dengan Menggunakan Drop Hammer Seberat 5 ton Dari hasil pengujian dengan PDA diperoleh daya dukung tiang pondasi seperti yang terlampir di bawah ini :

4-21 Tabel 4.9 Hasil Interpretasi Dynamic Loading Test Pile Daya Dukung Tiang Nomor PDA CAPWAP Kondisi Tiang Keterangan Tiang Tahanan Selimut Tahanan Ujung Total B 1 - - - - - - B 34 463 343,1 108,6 451,7 Cukup seragam Near Ultimate B 68 - - - - - - B 81 - - - - - - B 103 351 263,4 84 347,4 Cukup seragam Refusal B 134 509 219,5 283,4 502,9 Cukup seragam Refusal B 247 - - - - - - B 270 367 293,5 71,9 365,4 Cukup seragam Ultimate B 308 462 298,8 159,2 458 Cukup seragam Refusal B 361 427 346,4 77,4 423,8 Cukup seragam Ultimate Keterangan : 1. Refusal : daya dukung tiang belum mencapai daya dukung ultimit 2. Near Ultimate : daya dukung tiang hampir mencapai daya dukung ultimit 3. Ultimate : daya dukung tiang sudah mencapai daya dukung ultimit

4-22 4.6 Perhitungan Analitis 4.6.1 Perhitungan Daya Dukung Vertikal Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Daya Dukung Vertikal Secara Analitis No. Tiang Pondasi Referensi Titik Bor f s ujung f s selimut Ultimit Daya Dukung Vertikal Ujung Selimut Ijin B 1 DB 3 3 2,5 434,2 96,4 337,8 150 B 34 DB 3 3 2,5 434,2 96,4 337,8 150 B 68 DB 1 3 2,5 584,1 140,7 443,4 220 B 81 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 103 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 134 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 247 DB 1 3 2,5 584,1 140,7 443,4 220 B 270 DB 1 3 2,5 584,1 140,7 443,4 220 B 308 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 B 361 DB 2 3 2,5 554,1 135,6 418,6 210 Keterangan : f s ujung = angka faktor keamanan untuk daya dukung ujung tiang f s selimut = angka faktor keamanan untuk daya dukung selimut tiang Contoh perhitungan analitis daya dukung vertikal pada tiang pondasi B134 dengan referensi titik bor DB 2, adalah sebagai berikut : Dalam menghitung daya dukung vertikal dibutuhkan beberapa parameter, seperti nilai kohesi tanah (c u ). Apabila nilai kohesi tanah (c u ) tidak ada maka perlu dilakukan korelasi nilai kohesi tanah (c u ) dari nilai N SPT. Dengan rumus : c u (kn/m 2 ) = 29 N 0,72 (4.1) Dimana : N = Nilai Standar Penetrasi (N SPT ) yang diperoleh dari lapangan c u = nilai kohesi tanah dalam satuan t/m 2

4-23 Langkah-langkah perhitungan daya dukung vertikal adalah : a. A = ¼ πd 2 = 0,2827 m 2 b. p = πd = 1,885 m c. Lapisan 1 : silty clay (CH) Kedalaman (L) = 4 m N SPT = = 8 6 +10 2 c u = 29 x 8 0,72 = 129,6 kn/m 2 = 12,96 t/m 2 f = 0,55 x 12,96 = 7,128 t/m 2 Q s = 7,128 x 4 x 1,885 = 53,75 t b. Lapisan 2 : clayey silt (MH) Kedalaman (L) = 2 m N SPT = 4 c u = 29 x 4 0,7

4-24 = 78,7 kn/m 2 = 7,87 t/m 2 f = 0,55 x 7,87 = 4,328 t/m 2 Q s = 4,328 x 2 x 1,885 = 16,31 t c. Lapisan 3 : silty clay (CH) Kedalaman (L) = 2 m N SPT = 12 c u = 29 x 12 0,72 = 173,5 kn/m 2 = 17,35 t/m 2 f = 0,55 x 17,35 = 9,545 t/m 2 Q s = 9,545 x 2 x 1,885 = 35,98 t d. Lapisan 4 : clayey silt (MH) Kedalaman (L) = 2 m N SPT = 17

4-25 c u = 29 x 17 0,72 = 223 kn/m 2 = 22,3 t/m 2 f = 0,55 x 22,3 = 12,265 t/m 2 Q s = 12,265 x 2 x 1,885 = 46,24 t e. Lapisan 5 : cemented silt (MH) Kedalaman (L) = 2 m N SPT = 32 c u = 29 x 32 0,72 = 351,6 kn/m 2 = 35,16 t/m 2 f = 0,55 x 35,16 = 9,341 t/m 2 Q s = 9,341 x 2 x 1,885 = 72,91 t f. Lapisan 6 : cemented silt (ML) Kedalaman (L) = 3,5 m

4-26 N SPT = 55 + 59 2 = 57 c u = 29 x 57 0,72 = 532,9 kn/m 2 = 53,29 t/m 2 f = 0,55 x 53,29 = 29,308 t/m 2 Q s = 29,308 x 3,5 x 1,885 = 193,36 t Dari perhitungan di atas didapatkan nilai a. Q p = 9 x 53,29 x 0,2827 = 135,6 t b. Q s = (53,75 + 16,31 + 35,98 + 46,24 + 72,91 + 193,36) = 418,6 t c. Q u = 135,6 + 418,6 = 554,1 t d. Q ijin = Q p + Q s = 135,58 418,6 + 3 2,5 = 212,61 t 210 t

4-27 4.6.2 Perhitungan Daya Dukung Tarik Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tarik Secara Analitis Pondasi Referensi Titik Bor Faktor Keamanan Diameter (m) Panjang (m) Daya Dukung Tarik B 1 DB 3 3 0,6 15,5 97 B 34 DB 3 3 0,6 15,5 97 B 68 DB 1 3 0,6 15,5 120 B 81 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 103 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 134 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 247 DB 1 3 0,6 15,5 120 B 270 DB 1 3 0,6 15,5 120 B 308 DB 2 3 0,6 15,5 127 B 361 DB 2 3 0,6 15,5 127 Contoh perhitungan analitis daya dukung tarik pada tiang pondasi B 68 dengan referensi titik bor DB 1, adalah sebagai berikut : Rumus : T + W p (4.2) Dimana : T u = kapasitas total T = kapasitas tarik W p = berat tiang Das dan Seeley (1982) memberikan formula untuk menghitung kapasitas tarik pondasi tiang pada tanah lempung : T = L.p.α.c u (4.3) Dimana : L = panjang tiang (m)

4-28 p = keliling penampang tiang (m) α = faktor adhesi untuk gaya tarik c u = kohesi (t/m 2 ) Tabel 4.12 Faktor Adhesi (α ) Jenis Tiang Faktor Adhesi (α ) α = 0,9 0,00625.c u (untuk c u 80 kpa) Tiang bor α = 0,4 (untuk c u > 80 kpa) Tiang pipa α = 0,715 0,0191. c u (untuk c u 27 kpa ) α = 0,2 (untuk c u > 27 kpa) a. p = π.d = 3,14 x 0,6 = 1,885 m b. W p = volume tiang x berat volume beton = 0,2826 m 2 x 15,5 m x 2400 kg/m 3 = 10512,72 kg = 10,51 t c. T 1 = 2 x 1,885 x 0,4 x 129,6 = 195,4 Kn d. T 2 = 2 x 1,885 x 0,4 x 152,2 = 229,5 kn e. T 3 = 4 x 1,885 x 0,4 x 123,7 = 373,1 kn

4-29 f. T 4 = 2 x 1,885 x 0,4 x 183,8 = 277,2 kn g. T 5 = 2 x 1,885 x 0,4 x 477,9 = 720,7 kn h. T 6 = 2 x 1,885 x 0,4 x 532,9 = 803,6 kn i. T 7 = 1,5 x 1,885 x 0,4 x 552,9 = 625,3 kn j. T = 195,4 + 229,5 + 373,1 + 277,2 + 720,7 + 803,6 + 625,3 = 3224,8 kn = 322,5 t 320 t k. T u = 10,51 + 320 = 330,5 t 330,5 l. T u = + 10,51 3 = 120,7 t 120 t

4-30 4.6.3 Perhitungan Daya Dukung Lateral Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Daya Dukung Lateral Secara Analitis Pondasi Referensi Titik Bor Faktor Keamanan Daya Dukung Lateral Ultimit Ijin B 1 DB 3 2,5 31,4 12 B 34 DB 3 2,5 31,4 12 B 68 DB 1 2,5 25,8 10 B 81 DB 2 2,5 27,6 11 B 103 DB 2 2,5 27,6 11 B 134 DB 2 2,5 27,6 11 B 247 DB 1 2,5 25,8 10 B 270 DB 1 2,5 25,8 10 B 308 DB 2 2,5 27,6 11 B 361 DB 2 2,5 27,6 11 Contoh perhitungan analitis daya dukung lateral pada tiang pondasi B 81 dengan referensi titik bor DB 2, adalah sebagai berikut : a. Penentuan kriteria tiang pendek dan panjang EI R = 4 (4.4) KD Dimana : E = 15.200 x σ r f' x σ c r 0,5 (4.5) 4 4 249 x 10 E = 15.200 x 10 x 4 10 = 2398519543 kg/m 2 = 2398519,543 t/m 2 0,5

π x b I = 64 4 3,14 x ( 0,6 ) = 4 64 Universitas Bina Nusantara (4.6) 4-31 = 0,0064 m 4 c U k S = 67 B (4.7) Dimana : c u rata-rata = 12,96 + 7,87 + 17,35 + 22,3 + 35,16 + 53,29 6 = 24,822 t/m 2 sehingga, 24,822 k s = 67 x 0,6 = 2771,75 t/m 2 k s K = (4.8) 1,5 K = R = 4 2771,75 = 1847,8 t/m 2 1,5 2398519,543 x 0,0064 1847,8 x 0,6 R = 1,929 m EI T = (4.9) η h 5 Dimana : η h = 67 x c u = 67 x 24,822 = 1663,07 t/m 2

4-32 sehingga, T = 5 (2398519,543) x (0,0064) 1663,07 T = 1,559 m Kriteria tiang pendek atau panjang ditentukan berdasarkan nilai R atau T yang telah dihitung dan ditunjukkan dalam Tabel L.1. Tabel 4.13 Kriteria Jenis Tiang Jenis tiang Modulus Tanah Kaku (Pendek) L 2 T L 2 R Elastis (panjang) L 4 T L 3,5 R Tiang pondasi yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II termasuk dalam kriteria tiang panjang atau tiang elastis karena a. 15,5 4 T (4.10) 15,5 4 x 1,559 15,5 6,239 b. 15,5 3,5 R (4.11) 15,5 3,5 x 1,929 15,5 6,751

4-33 Gambar 4.11 Koefisien Defleksi (C y ) Pada Tiang Kepala Terjepit (Sumber Reese and Matlock, 1956) Z max = T L (4.12) 15,5 = 1,559 = 7,561 maka Z max yang digunakan adalah 5 & 10, sehingga diperoleh grafik koefisien defleksi c y sebagai berikut :

4-34 Koefisien Defleksi (Cy) -0.2-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 1 Koefisien Kedalaman (Z) 2 3 4 5 6 Gambar 4.12 Grafik Koefisien Defleksi (c y ) vs Koefisien Kedalaman (Z) Pada Kondisi Kepala Terjepit (Sumber Reese and Matlock, 1956) Untuk kepala tiang pondasi pada gedung tinggi biasanya dianggap terjepit (fixed head) maka rumus untuk menghitung defleksi yang terjadi pada tiang pondasi menurut Reese dan Matlock adalah : y x 3 H T = c y (4.13) EI sehingga untuk mencari beban lateral maksimum (memenuhi syarat yang diijinkan yaitu 0,00635 m atau 0,25 inch) yang dapat diterima tiang pondasi pada proyek pembangunan gedung Wisma Asia II adalah : H 1,5593 0,00635 = 0,93 2398519,543 x 0,0064 97,48 = 3,524 H H = 27,6 ton

4-35 27,6 H ijin = ton 2,5 = 11,05 ton 11 ton Tabel 4.14 Defleksi Akibat Beban Lateral 27,6 ton Z c y Defleksi Lateral (y x ) Untuk H = 27,6 ton 0 0,93 0,00634 0,25 0,9 0,00614 0,5 0,85 0,00580 0,75 0,74 0,00505 1 0,61 0,00416 1,25 0,5 0,00341 1,5 0,4 0,00273 1,75 0,31 0,00211 2 0,21 0,00143 2,25 0,15 0,00102 2,5 0,08 0,00055 2,75 0,04 000027 3 0,01 0,00007 3,25-0,01-0,00007 3,5-0,02-0,00014 3,75-0,025-0,00017 4-0,03-0,00020 4,25-0,025-0,00017 4,5-0,015-0,00010 4,75-0,007-0,00005 5 0 0

4-36 Defleksi (Yx) -0.001 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0 1 Kefisisen Kedalaman (Z) 2 3 4 5 Gambar 4.13 Grafik Defleksi (y x ) vs Koefisien Kedalaman (Z) Akibat Beban Lateral Sebesar 27,6 ton

4-37 4.7 Hasil Analisa Hasil analisa daya dukung pondasi tiang bor pada proyek pembangunan Gedung Wisma Asia II berdasarkan hasil uji pembebanan dan perhitungan analitis yang telah dilakukan diringkas dalam bentuk tabel di bawah ini : Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Analisa Daya Dukung Dari Hasil Uji Pembebanan dan Perhitungan Analitis No. Tiang Pondasi Referensi Titik Bor Daya Dukung Ultimit Vertikal Daya Dukung Ultimit Tarik Daya Dukung Ultimit Lateral Analitis Uji Statis Uji Dinamis Analitis Uji Statis Analitis Uji Statis B 1 DB 3 434,2 - - 97-31,4 20 B 34 DB 3 434,2-463 97-31,4 - B 68 DB 1 584,1 - - 120 50 25,8 - B 81 DB 2 554,1 - - 127-27,6 20 B 103 DB 2 554,1-351 127-27,6 - B 134 DB 2 554,1 300 509 127-27,6 - B 247 DB 1 584,1 - - 120-25,8 - B 270 DB 1 584,1-367 120-25,8 - B 308 DB 2 554,1-463 127-27,6 - B 361 DB 2 554,1-427 127-27,6 -

4-38 Perbandingan hasil analisa daya dukung pondasi antara hasil uji pembebanan dengan perhitungan analitis disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini : 600 554.1 554.1 554.1 554.1 500 463 434.2 509 434.2 462 427 400 351 367 Beban 300 300 200 100 0 B 34 B 103 B 134 B 270 B 308 B 361 Nomor Tiang PDA Analitis Statik Gambar 4.14 Perbandingan Daya Dukung Vertikal Analitis Dengan Aktual Dari grafik perbandingan diatas dapat dianalisa sebagai berikut : a. Daya dukung vertikal ultimit analitis rata-rata lebih besar dari hasil pengujian dinamis yaitu sebesar 28,2 % b. Daya dukung vertikal ultimit analitis lebih besar dari hasil pengujian statis yaitu sebesar 85 %

4-39 140 120 120 100 Beban 80 60 50 40 20 0 B 68 Nomor Tiang Analitis Statik Gambar 4.15 Perbandingan Daya Dukung Tarik Analitis Dengan Aktual Dari grafik perbandingan diatas dapat dianalisa bahwa daya dukung tarik ultimit analitis lebih besar 90 ton dari hasil pengujian statis.

4-40 30 27.6 25.8 25 20 20 20 Beban 15 10 5 0 B 1 B 81 Nomor Tiang Analitis Statik Gambar 4.16 Perbandingan Daya Dukung Lateral Analitis Dengan Aktual Dari grafik perbandingan diatas dapat dianalisa bahwa daya dukung lateral ultimit analitis lebih besar dari hasil pengujian statis yaitu rata-rata sebesar 47,5 %.