ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Kesesuaian Pesawat Fluoroskopi Intervensional merek Philips Allura FC menggunakan Detektor Unfors Raysafe X2 di Rumah Sakit Universitas Andalas

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

Kata kunci : Fluoroskopi intervensional, QC, dosimetri, kualitas citra.

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

a. bahwa uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional perlu dioptimalkan tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir (Lembaran Negara Repu

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PANDUAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN TEKNIS UJI PROFISIENSI PESAWAT SINAR-X TAHUN 2015

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS RADIOLOGI DIAGNOSTIK

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAPETEN. Radiasi. Keselamatan. Pesawat Sinar X. Radiologi. Diagnostik. Intervensional.

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

DAFTAR PERIKSA UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X

RADIODIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. Booklet. Pedoman layanan perizinan. BAPETEN Direktorat Perizinan FasilitasKesehatan dan zat Radioaktif

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB III PROTOKOL PENANGANAN KANKER PROSTAT DENGAN EKSTERNAL BEAM RADIATION THERAPY (EBRT)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

ABSTRAK

UJI KESESUAIAN KUALITAS CITRA DAN INFORMASI DOSIS PASIEN PADA PESAWAT MAMMOGRAFI

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

PERBANDINGAN KUALITAS CITRA CT SCAN PADA PROTOKOL DOSIS TINGGI DAN DOSIS RENDAH UNTUK PEMERIKSAAN KEPALA PASIEN DEWASA DAN ANAK

2011, No Tahun 2008 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4839). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS

2015, No Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 N

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran

RESPON PHOTOSTIMULABLE PHOSPHOR (PSP) PADA COMPUTED RADIOGRAPHY TERHADAP AKURASI TEGANGAN TABUNG DAN LINIERITAS KELUARAN PESAWAT SINAR-X

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN RADIOTERAPI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PENGELOLAAN PERALATAN RADIOLOGI

ANALISIS PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN RUANG RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DELPHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

PERAN PPR DALAM RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

Dalam pemberian paparan radiologi diagnostik harus dipastikan bahwa :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan semua modalitas yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan prosedur terapi. Pada umumnya layanan radiologi dikelompokkan menjadi dua, yaitu radiologi diagnostik dan intervensional. Radiologi diagnostik adalah cabang ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan diagnosis, sedangkan radiologi intervensional adalah cabang ilmu radiologi yang terlibat dalam diagnosis dan terapi dengan diagnostik langsung (real-time). Ada beberapa modalitas yang digunakan pada radiologi diagnostik dan intervensional. Pada radiologi diagnostik diantaranya adalah pesawat sinar-x, mamografi, dental, fluoroskopi konvensional dan CT-Scan, sedangkan pada radiologi intervensional seperti CT-SCAN angiografi, fluoroskopi intervensional mobile dan fluoroskopi intervensional (Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9, 2011). Fluoroskopi intervensional adalah pesawat sinar-x yang memiliki tabir atau lembar penguat fluorosensi yang dilengkapi dengan sistem video yang dapat mencitrakan objek secara real-time. Fluoroskopi intervensional memiliki tingkat bahaya radiasi yang relatif lebih tinggi daripada pesawat sinar-x lainnya. Hal ini disebabkan karena sinar-x yang dipancarkan secara terus-menerus (real-time) mengikuti kebutuhan pencitraan yang diinginkan. Oleh sebab itu untuk memastikan fluoroskopi intervensional dalam kondisi andal sebelum 1

dioperasikan, maka harus dilakukan uji kesesuaian (Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9, 2011). Uji kesesuaian adalah uji untuk memastikan bahwa pesawat tersebut memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dan memberikan informasi diagnosik yang tepat dan akurat. Pengukuran pada uji kesesuaian diharapkan memberikan estimasi terbaik terhadap parameter uji kesesuaian. Hasil pengujian harus memenuhi suatu nilai standar atau batas toleransi tertentu agar menjadi pedoman bagi pemilik fasilitas untuk mengambil tindakan yang terbaik seperti perbaikan peralatan atau mengganti dengan pesawat yang baru. Uji kesesuaian menggunakan alat ukur khusus, yang dilakukan oleh tenaga fisikawan medis yang telah terdidik dalam aspek administrasi, teknis, dan kinerja klinis pada peralatan pesawat sinar-x yang mampu menilai kinerja peralatan dari pesawat sinar-x. Uji kesesuaian pesawat sinar-x untuk radiologi diagnostik dan intervensional diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 tahun 2011. Penelitian tentang uji kesesuaian pesawat fluoroskopi intervensional telah dilakukan oleh Lysel (2000) di Departments of Medicine (Cardiovascular Medicine Section) and Medical Physics University of Wisconsin. Penelitian dilakukan terhadap pola penyinaran. Hasil penelitian menunjukkan pada diameter image intensifier 36 cm, 23 cm, 17 cm dan 13 cm dihasilkan resolusi spasial 0,6 ; 0,9 ; 1,2 dan 1,6. hasil ini sesuai dengan standar lolos uji yang dikeluarkan oleh American Academy of Project Management (AAPM). Penelitian juga dilakukan oleh Dhara (2013) di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makasar. Penelitian dilakukan terhadap parameter uji kolimasi, uji 2

generator dan tabung sinar-x, uji dosimetri dan uji kualitas citra pada tiga pesawat fluoroskopi intervensional dengan spesifikasi berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian ketiga pesawat memiliki kualitas yang cukup baik, ditinjau dari generator dan tabung sinar-x, dosimetri dan kualitas citra. Penelitian juga dilakukan oleh Latif (2016) di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makasar. Penelitian dilakukan terhadap parameter laju dosis pesawat fluoroskopi intervensional menggunakan multimeter sinar-x. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pengukuran Entrace Surface Dose (ESD) tipikal yang diperoleh nilai rata-rata sebesar 18,759 Gy/menit, hasil ini tidak sesuai dengan standar lolos uji yang ditetapkan oleh BAPETEN yaitu 15 Gy/menit, sedangkan untuk laju dosis dipermukaan image intensifier diperoleh nilai rata-rata sebesar 23,252 Gy/menit, hasil ini sesuai dengan standar lolos uji yang dikeluarkan oleh BAPETEN yaitu 80 Gy/menit. Penelitian lainnya dilakukan oleh Dewi (2016) di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Makasar. Penelitian dilakukan terhadap parameter kolimasi berkas sinar-x. Pada pengukuran kesesuaian titik pusat image intensifier dan monitor rata-rata ukuran yang diperoleh yaitu 10,4 cm dan 10,3 cm, sedangkan pada area berkas sinar-x dengan monitor dan pada pengukuran kesesuaian area berkas sinar-x dengan image intensifier rata-rata ukuran area berkas sinar-x yang diperoleh sama yaitu 20,7 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesawat fluoroskopi intervensional di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin masih memenuhi batas nilai lolos uji yaitu lebih kecil atau sama dengan nilai lolos uji yang telah ditetapkan. 3

Pada penelitian ini dilakukan uji kesesuaian pesawat fluoroskopi intervensional merek Philips Allura FC di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Andalas. Uji kesesuaian ini sangat penting dilakukan, karena pesawat tersebut belum memiliki izin untuk dioperasikan yang dikeluarkan oleh BAPETEN. Selain itu perpindahan alat dari lokasi satu ke lokasi lainnya memungkinkan terjadinya goncangan yang mengganggu kestabilan alat sehingga mengurangi fungsi kerja alat. Ada beberapa alat khusus yang digunakan untuk uji kesesuaian ini diantaranya yaitu multimeter X-Ray, detektor unfors raysafe x1 dan detektor unfors raysafe x2. Pada penelitian ini digunakan detektor unfors raysafe x2. Kelebihan detektor ini dibandingkan dengan yang lain yaitu sangat sensitif terhadap radiasi, mudah dipindahkan, dan mudah digunakan. Software yang digunakan pada penelitian ini adalah ImageJ. Software ini mudah digunakan dan dipahami. 1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menguji kinerja pesawat fluoroskopi intervensional merek Philips Allura FC di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Andalas. Manfaat penelitian adalah untuk menghindari terjadinya kelebihan dosis radiasi yang diterima pasien selama pemeriksaan berlangsung dan mewujudkan keamanan pengoperasian pesawat fluoroskopi intervensional merek Philips Allura FC yang andal dan aman bagi pasien, pekerja radiasi dan masyarakat yang berkunjung ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Andalas. 4

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan pada pesawat fluoroskopi intervensional merek Philips Allura FC di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Andalas. Pengujian ini menggunakan detektor Unfors raysafe x2. Pada uji kesesuaian fluoroskopi intervensional ada 11 parameter uji, tetapi hanya 7 parameter uji yang akan dilakukan karena kondisi fluoroskopi yang stasioner (tidak bisa dipindahpindahkan). 7 parameter uji yang dilakukan meliputi : (1) uji kualitas citra, (2) uji kolimasi, (3) uji akurasi tegangan, (4) uji kualitas berkas sinar-x, (5) uji laju dosis tipikal pasien, (6) uji kebocoran tabung sinar-x dan (7) uji laju dosis input image intensifier. 5