Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA. KESRA. Jaminan Sosial. Pengelolaan. Laporan. Bentuk. Isi.

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERANAN DJSN DALAM KAJIAN DAN USULAN PEMBIAYAAN JKN YANG TEPAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

Transformasi BPJS 2. September 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN. Jakarta, 31 Maret 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

Presentasi Rapat Kerja RUU BPJS. 7 September 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peran DJSN Dalam Tata Kelola Jaminan Kesehatan Nasional. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional

- Penyempurnaan redaksional. - Kata yang setelah frasa Sistem Jaminan Sosial Nasional dihapus.

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Perluasan cakupan peserta dan peningkatan kolektabilitas Iuran Jamsos Bid. Ketenagakerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. demokratis. Kebijaksanaan sosial dapat dianggap sebagai kerangka kerja utama untuk

- 1 - RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KESEHATAN. Jakarta, 30 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

41 Penyelenggara Jaminan Sosial mempunyai tujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan sosial kesehatan guna terpenuhinya kebutuhan dasa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB II PROFIL BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH. ekonomi kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2018 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

KESIAPAN PT. JAMSOSTEK (Persero) MENUJU BPJS KETENAGAKERJAAN

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI

-2- Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyel

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

SISTEMATIKA PENYUSUNAN PETA JALAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 3. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan L

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK)

BAB 5 PENUTUP. dan pemerintah, serta pelaksanaan dari perencanaan tersebut. Objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

Peta Jalan Menuju JAMINAN KESEHATAN NASIONAL didukung oleh:

Transkripsi:

Prospek Pengawasan Implementasi UU SJSN/BPJS Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 7 Nopember 2012

1 Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial 2 Bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya 3 Untuk penyelenggaraan SJSN maka dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional yg terdiri dari unsur Pemerintah, Pekerja, Pemberi Kerja, dan Tokoh/Pakar 4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus dibentuk dengan UU 2

1 Amanat Pasal 5 ayat (1) UU SJSN: Harus dibentuk BPJS dengan Undang-Undang 2 UU BPJS merupakan transformasi ke-4 BUMN (PT. Askes, PT. Jamsostek, PT. Asabri, dan PT. Taspen) untuk mempercepat terselenggaranya SJSN bagi seluruh penduduk 3 BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial, salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak 4 Dibentuk 2 (dua) BPJS: BPJS Kesehatan untuk program JK BPJS Ketenagakerjaan utuk program JKK, JHT, JP, JKm 3

1 Januari 2014 PT ASKES Jamkesmas Kemkes 2029 BPJS Kes Jkes Kemhan TNI, POLRI PT Jamsostek 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan JKK, Jkem, JHT, JP BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenaga kerjaan PT TASPEN PT TASPEN PT ASABRI PT ASABRI 4

1. Pemerintah menyiapkan peraturan pelaksana UU SJSN dan UU BPJS 2. PT. Askes dan PT. Jamsostek merumuskan Roadmap transformasi kelembagaan dan program Penyiapan sistim prosedur dan infrastruktur 3. Sosialisasi terpadu ttg SJSN dan BPJS 5

1. Pemerintah cq. Menko Kesra telah membentuk Tim Penyiapan Pelaksanaan BPJS a. Tim BPJS Kesehatan, Ketua Wamenkes b. Tim BPJS Ketenagakerjaan, Ketua Sekjen Kemnakertrans c. Tim Sosialisasi, Edukasi dan Advokasi, Ketua Dirjen Kemkominfo 2. PT. Askes dan PT. Jamsostek telah membentuk Tim internal Transformasi BPJS 3. DJSN telah membentuk Tim Adhoc internal 6

UU SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN dibentuk DJSN DJSN bertanggung jawab kepada Presiden DJSN berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan SJSN DJSN bertugas : Melakukan penelitian & kajian Mungusulkan kebijakan investasi Mengusulkan anggaran PBI DJSN berwewenang melakukan Monev UU BPJS DJSN menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi SJSN setiap 6 bulan Mengusulkan PAW anggota Dewan Pengawas dan Direksi Menerima tembusan Laporan Pengelolaan Program dan Keuangan BPJS Memberikan konsultasi kepada BPJS tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program DJSN sebagai pengawas eksternal 7

DJSN, BPK dan OJK merupakan lembaga yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan eksternal terhadap BPJS. DJSN dan BPK sedang merumuskan konsepsi pengawasan eksternal yg dimaksud UU BPJS DJSN sedang menyiapkan panduan dan instrumen pengawasan eksternal Diperlukan pembagian tugas dan kerjasama antara DJSN, BPK dan OJK dalam pelaksanaan pengawasann 8

Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal. (pasal 39 ayat 1) Pengawasan internal BPJS dilakukan oleh organ pengawas BPJS, yang terdiri atas Dewan Pengawas dan satuan pengawas internal. (pasal 39 ayat 2) Pengawasan eksternal BPJS dilakukan oleh DJSN dan lembaga pengawas independen. (pasal 39 ayat 3) Yang dimaksud dengan lembaga pengawas independen adalah Otoritas Jasa Keuangan. Dalam hal tertentu sesuai dengan kewenangannya Badan Pemeriksa Keuangan dapat melakukan pemeriksaan. (penjelasan pasal 39 ayat 3) 9

a. Mengukur kinerja finansial dan kinerja operasional BPJS b. Membandingkan kinerja yang dicapai dengan standarisasi yang ditetapkan c. Melakukan pengawasan terhadap sasaran secara acak d. Mengupayakan opini kedua (second opinion) 10

a. Memberikan masukan untuk perbaikan kinerja BPJS b. Meningkatkan intensitas pengawasan DJSN terhadap operasional BPJS c. Memberikan pembagian wewenang sesuai bidang tanggung-jawabnya d. Melakukan pencegahan, pengarahan dan pembinaan SDM e. Mengamankan aset dan memberdayakan sumber daya 11

UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Pasal 40 BPJS mengelola aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. (ayat 1) Aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. (ayat 3) Pasal 41 ayat (1) Aset BPJS bersumber dari: modal awal dari Pemerintah, yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham; hasil pengalihan aset Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jaminan sosial; hasil pengembangan aset BPJS; dana operasional yang diambil dari Dana Jaminan Sosial; dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundangundangan. 12

Pasal 41 ayat (2) Aset BPJS dapat digunakan untuk: 1. biaya operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial; 2. biaya pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk mendukung operasional penyelenggaraan Jaminan Sosial; 3. biaya untuk peningkatan kapasitas pelayanan; dan 4. investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 42 Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf a untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan ditetapkan masing-masing paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 13

Pasal 43 ayat (1) Aset Dana Jaminan Sosial bersumber dari: Iuran Jaminan Sosial termasuk Bantuan Iuran; hasil pengembangan Dana Jaminan Sosial; hasil pengalihan aset program jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dari Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan program jaminan sosial; dan sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pasal 43 ayat (2) Aset Dana Jaminan Sosial digunakan untuk: pembayaran Manfaat atau pembiayaan layanan Jaminan Sosial; dana operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial; dan investasi dalam instrumen investasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.. 14

a. Penyimpangan dalam implementasi SJSN (membatasi subsidi silang); b. Penyalah-gunaan prinsip nirlaba (masih orientasi laba); c. Keterbatasan akses informasi (kurang transparan); d. ketidak-hati hatian dalam investasi (ditengarahi adanya moral hazard); e. Ketidak-akuratan dalam pengelolaan keuangan (tak dapat dipertanggungjawabkan); f. Terhentinya layanan kesehatan yang berkelanjutan (penolakan layanan kesehatan); Kepesertaan yang masih bersifat eksklusif g. Kelalaian dalam pengelolaan dana amanah dan Ketidak-sesuaian dalam pengembalian hasil investasi kepada peserta (tidak sesuai lagi dengan bunga pasar). Dalam hal ini, baik Direksi BPJS kesehatan maupun Direksi BPJS Ketenagakerjaan diamanatkan untuk melaksanakan sembilan prinsip SJSN. Apabila terjadi pelanggaran terhadap prinsip prinsip SJSN dapat dikenakan sanksi hukum. 15

Pertanggungjawaban Institusi BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30. Juni tahun berikutnya (pasal 37 ayat 1) Laporan keuangan BPJS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. (pasal 37 ayat 4) Laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya. (pasal 37 ayat 5) 16

Pemisahan dalam Pengelolaan Aset BPJS wajib memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial (pasal 40 ayat 2) BPJS wajib menyimpan dan mengadministrasikan Dana Jaminan Sosial pada bank kustodian yang merupakan badan usaha milik negara. (pasal 40 ayat 4) Pengaturan lebih lanjut dalam PP mengeni sumber dan penggunaan aset BPJS dan Aset Dana Jaminan Sosial (pasal 41 ayat (3) dan pasal 43 ayat (3)) Pertanggung Jawaban Individu Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian finansial yang ditimbulkan atas kesalahan pengelolaan Dana Jaminan Sosial. (pasal 38 ayat 1) Pada akhir masa jabatan, Dewan Pengawas dan Direksi wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN. (pasal 38 ayat 2). 17

Sasaran Audit Rincian Audit Operasional Kriteria Sukses BPJS Ketenaga-kerjaan Kepesertaan SJSN AK, kes kerja dan komposisi pekerjaan/pekerja Tenaga-kerja, perusahaan dan orang perorangan Mengenali potensi TK dan perusahaan Pertambahan jumlah peserta TK & Persh Penduduk miskin RTSM, RTM dan warga Pemberian pelkes tak mampu-rentan miskin tepat sasaran Proses koleksi iuran Pembayaran iuran disertai rekapituliasi TK dan upah Rekonsiliasi iuran berbasis waktu Penyelesaian klaim Verifikasi dokumen klaim One day service Manfaat 5 prgrm SJSN Manfaat sesuai kebutuhan Sedikit komplain Kartu peserta SJSN Stok blanko kartu peserta Sampai ke peserta 18

Auditor Program Rincian Audit Operasional Hasil Pengawasan (contoh) Jaminan kesehatan Jaminan kecelakaan kerja Jaminan Hari Tua Diagnosa dokter umumspesialis Rawat jalan / inap Biaya kapitasi / FFS Frekuensi kunjungan Kelengkapan K3 Kenyamanan Kerja Surat Dokter/Polisi Penyelesaian klaim Proses amalgamasi Rekonsiliasi iuran Penerbitan PS/D-JHT Surat ket PHK < 55 Pembayaran JHT Layanan lebih baik Dominan rawat jalan Standar / beragam Sedang / kerap Tidak lengkap Tidak tersedia Tidak lengkap Terganggu Belum on-line Mingguan / Bulanan Per semester / tahun Pemalsuan Tepat waktu 19

Auditor Program Rincian Audit Operasional Hasil Pengawasan Jaminan Pensiun Jaminan Kematian Kesiapan administrasi data keluarga peserta Surat keterangan pensiun normal Prosedur pembayaran pensiun melalui bank Pembayaran pensiun secara berkala Validitas penerima manfaat pensiun Kesiapan administrasi untuk ahli waris Surat kematian sah Masih dalam proses Ada Diminati sebagian Sebagian besar Sebagian tak berlaku Masih dalam proses Ada 20

a. Adanya resistensi dari pelaksana kegiatan untuk tidak dilakukan audit secara rinci atas apa yang telah dilakukan. b. Karena acuan regulasi yang begitu ketat dan berbagai ketakutan dari para pelaksana kegiatan untuk keberhasilan suatu visi-misi dan rencana kerja, maka sering kali terjadi pemalsuan dokumen. c. Karena ketakutan yang berlebihan dari para pelaksana kegiatan, maka sering dilakukan menghilangkan dokumen atau barang bukti lain agar proses pemeriksanaan terhenti untuk sementara waktu sekalipun akan diketahui di kemudian hari. Akan tetapi sasaran utama dalam penghilangan dokumen ditujukan untuk terbebas dari temuan temuan yang tak dikehendaki oleh pelaksana kegiatan. 21