PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ADVERTENSI JASA AKUNTAN PUBLIK (SURVEY DI UNIVERSITAS SE- SURAKARTA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB? PENDAHULUAN. Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang. oleh suatu organisasi profesi dalam bentuk kode etik. Kode etik bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

2. Pertanyaan Mengenai Persepsi terhadap Kode Etik Akuntan

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

Standar Auditing & Kode Etik

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP LINGKUNGAN KERJA AKUNTAN PUBLIK (Survey Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. milik Belanda yang beroperasi di Indonesia pada waktu itu, didirikan dan akuntansi sistem Amerika mulai dikenal, terutama melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perubahan pada sendi-sendinya. Salah satu bidang yang juga mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey pada Auditor pada KAP Wilayah Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu bidang pengetahuan dalam akuntansi, pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat dengan dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. McGough (1974) menyatakan bahwa auditor merupakan penghubung

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan sebuah profesi kepercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Akuntan publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

PENGARUH PENGALAMAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KEAHLIAN AUDITOR DALAM BIDANG AUDITING (Study Survei di KAP wilayah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. audit dalam melaksanaanya tidak semata-mata hanya untuk kepentingan klienya,

BAB I. Pendahuluan. yaitu investor, kreditor dan pemerintah membutuhkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu

Etika Bisnis & Profesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sendiri telah memiliki peraturan-peraturan yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. global. Profesi akuntan di Indonesia di era globalisasi ini semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN sehingga Institut

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan profesionalismenya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

Kuesioner Penelitian SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PROFESI AKUNTAN PUBLIK BAGI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI (Survei di UNS, UMS, dan STIE SURAKARTA)

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis multidimensi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. profesi. Etika Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era dimana kita hidup sekarang ini merupakan zaman yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARUM KUSUMAWATI B

Transkripsi:

PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ADVERTENSI JASA AKUNTAN PUBLIK (SURVEY DI UNIVERSITAS SE- SURAKARTA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : ELVI B 200 040 418 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan merupakan profesi yang dalam pelaksanaanya didasarkan pada prinsi-prinsip etika. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan perubahan global, profesi akuntan pada saat ini dan masa mendatang menghadapi tantangan yang semakin berat. Sehingga dalam menjalankan aktifitasnya seorang akuntan dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalismenya. Ada tiga hal yang utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi dalam mewujudkan profesionalisme yaitu berkeahlian,berpengetahuan,dan berkarakter (Marchfoedz,1997). Pelarangan memasang iklan bagi kantor akuntan publik sebelumnya telah ada bersamaan dengan dirumuskanya aturan kode etik ikatan akuntan Indonesia (IAI) yang pertama kali tahun 1972, menjelang kongres ke dua bahkan jauh sebelum kongres IAI yang pertama, kode etik saat ini terdiri atas 27 pasal pengaturan tentang iklan terdapat dalam pasal 14 tentang reklame yang isinya sebagai berikut: Tiap anggota yang menjalankan pekerjaanya sebagai akuntan publik dilarang untuk mengusahakan reklame atau membiarkan reklame di usahakan untuk kepentinganya.(tuana kotta, 1982: 52) Kode etik tentang larangan beradvertensi ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa advertensi dapat merusak manfaat profesi akuntan publik 1

2 bagi masyarakat. Larangan melakukan advertensi bertujuan menjaga kualitas layanan jasa akuntan publik terutama kualitas opininya sehingga manfaat profesi akuntan publik dapat dirasakan masyarakat. Namun realitas yang terjadi di dunia perbankan Indonesia sungguh ironis. Banyak perusahaan perbankan yang laporan keuanganya memperoleh opini akuntan publik wajar tanpa pengecualian (qualified opinion report ) sesungguhnya mengalami masalah likuiditas dan memiliki rasio kecukupan modal ( capital adequacy ratio) yang melanggar ketentuan Bank Indonesia ( Bank sentral ) sehingga dilikuidasi. Likuidasi terhadap sejumlah Bank tersebut mengindikasikan kualitas opini akuntan publik yang rendah sehingga menyesatkan bagi masyarakat. Kualitas opini akuntansi publik yang rendah menggambarkan bahwa tujuan penetapan kode etik tentang larangan beradvertensi tidak tercapai sehingga muncul gagasan menghapus larangan tersebut. (Dalam Yohanes, Mardiasmo: 2002). Akhirya tahun 2000 aturan tentang iklan bagi kantor akuntan publik mengalami pelonggaran. Aturan etika profesi yang disyahkan dalam rapat anggota kompartemen akuntan publik ikatan akuntan Indonesia (KAP, IAI ) tanggal 6 Juni 2000 di Bandung merupakan aturan etika pertama yang dimiliki oleh IAI kompartemen. Aturan etika tentang iklan terdapat dalam ketentuan no. 502, yang menyebutkan Tiap Anggota yang menjalankan praktik akuntan publik di perkenankan mencari klaen melalui pemasangan iklan melalui promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya, sepanjang tidak merendahkan citra pofesi. (Iskak.2000: 31)

3 Rumusan kode etik saat ini sebagian besar merupakan rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke 6 IAI dan ditambah dengan masukan masukan yang diperoleh dari seminar sehari pemutakhiran kode etik akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Daichi Jakarta serta hasil pembahasan sidang komite kode etik akuntan Indonesia tahun 1994 di Bandung. ( Sukrisno 2001: 43 ). Kode etik ikatan akuntan Indonesia memuat 8 prinsip etika sebagai berikut: 1. Tanggung jawab profesi 2. Kepentingan publik 3. Integritas 4. Objektivitas 5. Kompensasi dan kehati-hatian profesional 6. Kerahasiaan 7. Perilaku profesi 8. Standar teknik ( Al-Haryono, 2001: 91) Pelonggaran kode etik ini merupakan peluang bagi akuntan publik untuk dapat mensosialisasikan kantor akuntan publik mereka. Namun demikian permasalahanya sekarang kantor akuntan publik dihadapkan pada pilihan mereka harus beriklan atau tidak, informasi apa yang seharusnya dimuat jika mereka beriklan, media apa yang sebaiknya digunakan. Hal ini mengingatkan bahwa selama ini advertensi bagi profesi akuntan dilarang. Sehingga munculnya fenomena baru ini akan sangat diperhatikan oleh para

4 mahasiswa akuntansi dimasa yang akan datang yang mungkin saja akan berprofesi sebagai seorang akuntan, sedangkan dosen akuntansi yang berprofesi sebagai staf pengajar yang menyalurkan ilmunya kepada mahasiswa. Jadi apakah mahasiswa akuntansi dan dosen akuntansi akan beranggapan bahwa advertensi oleh akuntan publik tidak etis dan harus dihindari atau sebaliknya. Iklan secara umum merupakan cara penyampaian pesan melalui media tertentu seperti majalah, surat kabar, radio, dan televisi untuk menghasilkan reaksi tertentu. Tetapi iklan bukanlah satu-satunya alat yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Iklan memberikan dampak bagi peningkatan penampilan perusahaan dalam jangka panjang, bukan jangka pendek. Bagi kantor akuntan publik, iklan merupakan media yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai jasa tersebut. ( Dalam Tri Hastuti, 2004). Di Amerika penelitian tentang advertensi jasa akuntan publik pernah diteliti oleh Darling dan Hackelt (1978) penelitian tersebut menggunakan responden dari kalangan akuntan, pengacara, ahli gigi dan dokter. Penelitian lain dilakukan oleh Seller dan Solomon (1978) dengan menggunakan responden pengguna jasa akuntan publik. Sedang di Indonesia dilakukan oleh Ambariani (1996) mengenai persepsi akuntan Indonesia terhadap promosi dan advertensi kantor akuntan publik kemudian peneliti Yohanes dan Mardiasmo (2002) dengan responden mahasiswa akuntansi, akuntan publik, dan pemakai informasi akuntansi pada eks karesedenan Semarang. Penelitian tersebut berusaha untuk mengetahui persepsi responden terhadap advertensi jasa

5 akuntan publik. Responden terdiri dari akuntan publik, pemakai informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi. Dalam advertensi jasa akuntan publik terdiri dari 6 determinan meliputi ; materi advertensi, manfaat advertensi bagi klien, manfaat advertensi terhadap kantor akuntan publik, manfaat advertensi bagi pengguna informasi akuntansi dan manfaat bagi profesi dan media advertensi yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntan publik, pemakai informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi mempunyai persepsi yang sama dan positif terhadap advertensi kantor akuntan publik. Penelitian ini berusaha mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Yohanes dan Mardiasmo (2002) tetapi dengan beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut adalah (1) Wilayah penelitian, (2) Responden yang diambil, dan (3) Tahun penelitian. Pertama wilayah penelitian, Dalam penelitian Yohanes dan Mardiasmo (2002) Wilayah penelitiannya meliputi se-eks karesidenan Semarang, sedangkan dalam penelitian ini dilaksanakan di Universitas Se- Surakarta. Kedua, responden yang diambil, pada penelitian Yohanes dan Mardiasmo (2002) responden meliputi akuntan publik, dengan kriteria seseorang yang bekerja sebagai auditor idependen kantor akuntan publik, pemakai informasi akutansi dengan kriterianya adalah manager perusahaan non-bank, pialang dan manager perusahaan perbankan dan mahasiswa akutansi dengan kriteria mahasiswa program S-1 yang sudah menempuh mata kuliah Auditing 1. Sedangkan dalam penelitian ini yang diambil adalah dosen akuntansi dan mahasiswa akutansi. Kriteria responden untuk kelompok dosen akuntansi dengan kriteria dosen akuntansi yang mengajar di jurusan akuntansi

6 diuniversitas Se-Surakarta. Untuk responden mahasiswa akuntansi dengan kriteria telah menempuh mata kuliah praktek auditing. Sedangkan untuk perbedaan ketiga tahun penelitian, tahun penelitian Yohanes dan Mardiasmo dilakukan pada tahun 2002, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2008. Dosen akuntansi adalah dosen yang mengajar dijurusan akuntansi. Peneliti menggunakan responden dosen akuntansi karena dosen akuntansi akan menghasilkan calon-calon akuntan (entry level accountants). Selain itu, mereka dianggap paling mengerti tentang kualitas seorang lulusan (Setyani,2003). Mahasiswa akuntan sebagai responden, dikarenakan mahasiswa akuntansi yang nantinya menjadi calon akuntan yang kemungkinan untuk kerja sebagai akuntan publik. Mahasiswa akuntansi, mereka adalah para calon akuntan profesional yang nantinya dapat terjun dan praktek secara langsung berhubungan dengan peraturan yang ada pada Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik mengadaka penelitian mengenai PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ADVERTENSI JASA AKUNTAN PUBLIK (SURVEY DI UNIVERSITAS SE-SURAKARTA).

7 B. Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan persepsi antara dosen akuntansi dan mahasiswa akuntansi di Universitas se-surakarta terhadap advertensi jasa akuntan publik? C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi pada responden mahasiswa S-1 jurusan akuntansi di Universitas Se-Surakarta, yang telah mengambil mata kuliah Praktek Auditing. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan persepsi antara dosen akuntansi dan mahasiswa akuntansi di Universitas se-surakarta terhadap advertensi jasa akuntan publik. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akuntan Memberikan kontribusi sebagai bahan pertimbangan bagi akuntan publik dalam menentukan kebijakan strategi pelayanan akuntan publik kepada pelanggan dan sebagai referensi memutuskan untuk beriklan atau tidak setelah mengetahui persepsi dosen akuntansi dan mahasiswa akuntansi,

8 karena bisa dijadikan indikasi pada pengambilan keputusan mereka pada iklan. 2. Bagi Penulis Untuk menerapkan ilmu-ilmu yang didapat secara tertulis ke dalam kenyataan yang terjadi dengan segala permasalahan yang ada. 3. Bagi Pihak lain Agar mampu memberikan perubahan informasi dan referensi khusus pembaca. F. Sistematika Penulisan Agar penulisan ini dapat mencapai tujuan yang di inginkan maka disusun sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisi definisi persepsi, konsep iklan, kode etik akuntan, iklan dalam kode etik akuntan, akuntan publik sebagai profesi, review penelitian sebelumnya dan pengembangan Hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang jenis penelitian, populasi dan pemilihan sampel, data dan sumber data, metode pengumpulan data, deskripsi dan oprasional variabel dan analisis data.

9 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini menguraikan tentang pengumpulan data, statistik deskriptif, pengujian instrumen, analisis data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan hasil analisis data penelitian,keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya.