BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI PENGIMAJIAN DAN PENDEKATAN MIMESIS

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana yang digunankan manusia untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK UBAH CATATAN HARIAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4 No.2 Juli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

Oleh Rudiansyah Siregar Dr. Wisman Hadi, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa memiliki potensi yang sangat besar untuk menulis. Namun perlu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sebagai hasil seni, sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, tanggapan, perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan bahasa yang imajinatif dan emosional (Wellek, 1995:3). Keberadaan tokoh-tokoh, kejadian, peristiwa, suasana, bahkan ruang tempat dan waktu kejadian adalah dunia ciptaan pengarang. Dunia ciptaan itu mungkin bukan fakta. Dunia ciptaan itu merupakan tiruan dunia fakta, tetapi bukan tiruan yang sama, seperti duplikat atau potret. Tiruan lebih merupakan tanggapan penciptanya atas dunia fakta (Brahim, 1985:4). Abrams diperlihatkan (Teeuw,1983:59) dengan sangat baik dan tepat tentang perkembangan ilmu sastra sepanjang masa, atas dasar model yang sederhana : dalam menghadapi karya sastra secara ilmiah pada prinsipnya dapat dimanfaatkan empat pendekatan yang secara langsung dapat dijabarkan dari

situasi karya sastra, dengan empat aspek atau fungsinya yang terkemuka ; pendekatan itu masing-masing menonjolkan : a. peranan penulis karya sastara, sebagai penciptanya (ekspresif ) b. peranan pembaca sebagai penyambut dan penghayat (pragmatik ) c. aspek referensial, acuan karya sastra, kaitannya dengan dunia nyata (mimetik ) d. karya sastra sebagai struktur yang otonom, dengan koherensi intern (objektif) Masalah mimetik sepanjang sejarah ilmu sastra mulai dari Aristoteles, menyibukkan peneliti sastra Barat : sampai di mana karya seni membayangkan dunia nyata, mencerminkan kenyataan sosial, ekonomi dan politik. Menurut Plato, mimesis atau sarana artistik tidak mungkin mengacu langsung pada nilai- nilai ideal, karena seni terpisah dari tataran, ada yang sungguh-sungguh oleh derajat kenyataan yang fenomenal. Seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang ada dalam kenyataan yang tampak, jadi berdiri di bawah kenyataan itu sendiri dalam hirarki (Teeuw, l984:220). Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa sastra, sebagaimana hasil seni yang lain, merupakan pencerminan atau representasi kehidupan nyata. Sastra

merupakan tiruan atau pemaduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang, atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari suatu kenyataan. Menurut Aristoteles, mimesis lebih tinggi dari kenyataan, ia memberi kebenaran yang lebih umum, kebenaran yang universal (Semi, 2008: 43) Pendekatan yang umum dilakukan terhadap hubungan sastra dengan masyarakat adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan sosial. Memang ada semacam potret sosial yang bisa ditarik dari karya sastra. Ini adalah pendekatan sistematis yang paling tua. Thomas Warton ( penyusun sejarah puisi Inggris yang pertama ), berusaha membuktikan bahwa sastra mempu-nyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya,,perculiar merit of faithfully recording the feuteres of the time, and of reserving the most picturesque and expressive representation of manners (Wellek, 2008: 122). Dalam puisi Jawa Kuno, khususnya dalam kakawin, aspek mimetik, peneladanan alam oleh penyair kuat sekali: penyair sebagian besar mencari ilham dalam keindahan alam, dan dia berkelana, lelungon, menelusuri keindahan ini bagian yang paling puitik dalam kakawin terutama diisi dengan evokasi keindahan alam dalam arti yang luas, Zoetmulder (Teeuw, 1984: 223).

Karya sastra adalah urutan bunyi yang menghasilkan makna. Pada sejumlah karya sastra stratum bunyi memang kadang-kadang kurang penting, bahkan pada sejumlah novel tidak terlihat fungsinya. Meskipun demikian stratum fonetik tetap merupakan prasarat makna. Perbedaan antara stratum bunyi pada novel karya Draiser dan stratum bunyi pada sajak The Bells karya Poe hanya bersifat kuantitatif. Jadi tidak dapat dijadikan dasar untuk mengelompokkan dua jenis sastra fiksi dan puisi. Dalam banyak karya sastra, termasuk karya prosa, stratum bunyi menarik perhatian dan merupakan bagian integral untuk menghasilkan efek estetis. Ini terutama berlaku untuk karya prosa yang berbunga-bunga dan puisi (yang per definisi merupakan susunan sistem bunyi bahasa ). Dalam menganalisis efek bunyi, kita harus selalu mengingat dua prinsip penting yang sering dilupakan. Pertama-tama kita harus membedakan penyajian puisi secara lisan dan pola suara puisi. Pembacaan karya sastra adalah penyajian lisan yang merealisasikan pola, dan sering menambahkan sesuatu yang bersifat individual. Kedua kita perlu membedakan dua macam unsur bunyi yang melekat dan terkait. Unsur bunyi yang melekat misalnya kekhasan bunyi /a/

atau / o/ atau / l/ dan /p/ terlepas dari kuantitasnya serta bunyi yang terkait seperti : irama dan tekanan (Wellek,1995:l97 ). Kita tidak boleh melupakan bahwa efek bunyi berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya.tiap bahasa mempunyai sistem fonetiknya sendiri. Jadi tiap bahasa memiliki vokal-vokal yang bertolak belakang dan paralel serta konsonan-konsonan yang mirip. Perlu diingat pula bahwa efek bunyi tidak dapat dipisahkan dari makna dan nada setiap baris dalam puisi ( Wellek, l995: l98 ). Hal ini dapat dibuktikan melalui studi rima. Rima adalah suatu gejala yang rumit. Sebagai pengulangan bunyi, rima mempunyai fungsi efoni. Menurut Henry Lams, dalam bukunya, Physical Basis of Rime, rima vokal ditentukan oleh seringnya pengulangan tambahannya ( Wellek, l995: l99). Dalam pandangan itu diyakini bahwa lapisan pertama, yang sering disebut sebagai bahan mentah, termasuk bentukan-bentukan fonetisnya yang dibangun dengan mendasarkan diri pada bunyi-bunyi kata itu. Karenanya berhadapan dengan puisi, para pembaca tidak hanya mendapatkan konfigurasi yang membawa arti, tetapi juga mendapatkan potensinya dalam menimbulkan efek-efek estetis rima dan ritme.

Lapisan berikutnya mencakup seluruh unit arti, baik yang berupa kata, kalimat, maupun satuan-satuan yang dibangun dari kalimat jamak. Lapisan ketiga objek-objek yang dipresentasikan, dan lapisan keempat berupa aspek-aspek skematik melalui objek-objek yang muncul.salah satu peran utama bunyi dalam puisi adalah agar puisi itu merdu jika didengarkan, sebab pada hakikatnya puisi adalah genre sastra untuk didengarkan. Pemilihan dan penempatan kata dalam puisi tersebut pasti didasarkan pada nilai bunyi (Sayuti,2008:102). Bahasa dalam puisi lebih didayagunakan sehingga mampu memberikan efek dengan bahasa bukan puisi: lebih menyentuh, mempesona, merangsang, menyaran, membangkitkan, analogi terhadap berbagai hal dan lain-lain. Itu semua dapat terjadi karena puisi lebih banyak mendayakan pengekspresian lewat berbagai ungkapan kebahasaan seperti berbagai bentuk pemajasan, terutama metafora dan simile, pencitraan dan permainan serta bentuk-bentuk kebahasaan yang lain. Pengekspresian gagasan yang diungkapkan lewat berbagai bentuk pemajasan tersebut menyebabkan makna puisi menjadi lebih luas tak terhingga, atau paling tidak dari sebuah puisi dapat ditafsirkan banyak makna.

Itulah barangkali mengapa Laurence Perrine ( Huck dkk, 1987 :393) memaknai puisi sebagai suatu bentuk pengekspresian kebahasaan yang mengungkapkan sesuatu secara lebih lewat berbagai bentuk kebahasaan yang lebih intensif daripada ungkapan kebahasaan yang biasanya (Nurgiantoro, 2008: 313 ). Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh kegiatan belajar mengajar bidang studi bahasa dan sastra Indonesia. Para siswa dituntut dapat menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan, baik yang berkaitan dengam kebahasaan maupun kesusasteraan dengan harapan siswa dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai aspek. Menghadapi pembelajaran menulis,khususnya menulis sastra ( puisi), banyak siswa yang memandang sebagai kegiatan yang sulit. Hal ini karena sebagian besar siswa belum memiliki pengalaman dalam menulis puisi. Siswa beranggapan bahwa kegiatan menulis puisi merupakan kegiatan yang sulit, membosankan, menyita waktu, dan tenaga. Melihat keadaan tersebut tentu saja sangat membutuhkan kreativitas guru dalam menyiapkan pembelajaran. Apalagi di

kalangan siswa SMP Negeri I Susukan Kabupaten Cirebon, pada umumnya siswa belum memiliki dasar-dasar dalam menulis puisi. Mereka menulis puisi tanpa berpikir panjang dan terkesan asal jadi. Kenyataan ini menjadi tantangan bagi seorang guru untuk mencari solusi terbaik agar kemampuan siswa dalam menulis kreatif puisi dapat meningkat. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi, terlebih dulu guru harus memiliki pengetahuan yang mampu memunculkan ranah apresiasinya dalam proses menggauli karya sastra, memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang sastra serta merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan perkembangan zaman. Dalam konteks ini satu cara yang dapat ditempuh guru adalah menggunakan model dan media pembelajaran yang variatif. Salah satu tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah merangsang kepekaan dan daya kritis siswa terhadap karya sastra (Rusyana, 1984: 313 ) mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran sastra adalah agar siswa dapat menghayati nilai- nilai luhur, siap melihat dan mengenal nilai dengan tepat dan menjawabnya dengan hangat serta simpatik. Hal ini senada dengan definisi apresiasi sastra yang dikemukakan Effendi (2002: 6 ) bahwa apresiasi sastra

adalah kegiatan menggauli karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Menciptakan daya kritis siswa merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini dapat diwujudkan manakala siswa diajak dengan sungguh-sungguh mengapresiasi suatu karya sastra, siswa dibimbing belajar sendiri maupun berkelompok untuk mengalami dan memahami nilai-nilai keindahan, nilai kejiwaan tiap orang, nilai kemasyarakatan, nilai kefalsafahan dari puisi yang dibacanya, didengarnya atau yang diucapkannya. Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Puisi Bebas Melalui Pengimajian Puisi Mata Pisau Karya Sapardi Joko Damono dengan Pendekatan Mimesis Pada Siswa Kelas VIII di SMPN I Susukan Kabupaten Cirebon. 2.1 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, permasalahan tersebut dibatasi agar ada kejelasan, keleluasaan dan kedalaman jangkauan peneliti yang akan dilakukan. Adapun unsur yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas dengan pendekatan mimesis; 2. Teknik yang digunakan siswa dalam menulis puisi bebas adalah teknik pengimajian; 3. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari; 4. Puisi yang dipilih adalah puisi karya Sapardi Joko Damono yang berjudul Mata Pisau, Berjalan Ke Barat Waktu Pagi Hari,Cahaya Bulan Tengah Malam Hari, ketiga puisi tersebut terhimpun dalam kumpulan puisi yang berjudul Mata Pisau 5. Pembatasan pada rancangan model apresiasi puisi,perancangan modelnya digunakan teori model pembelajaran Joyce dkk, serta tahap-tahapan apresiasi dari Moody. 1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas? 2. Bagaimana cara pengimajian dapat digunakan dalam menulis puisi bebas?

3. Apakah model Moody dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas? 4. Bagaimanakah menggunakan pendekatan mimesis dalam apresiasi puisi? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas setelah dikenalkan model pembelajaran pengimajian dengan pendekatan mimesis. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah : a. mendeskripsikan cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. b. mengkaji cara penggunaan model pengimajian puisi Mata Pisau karya Sapardi Joko Damono. c. mengkaji cara memulai pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan mimesis. d. merancang model apresiasi puisi sebagai wahana peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis puisi bebas. 1.5 Manfaat Penelitian Apabila tujuan penelitian ini tercapai, diharapkan dapat memberikan manfaat serta nilai tambah yang positif bagi perkembangan dunia sastra khususnya dalam dunia pembelajarannya. Ditinjau dari segi sastra jelas penelitian ini bermanfaat bagi siswa, karena selaku reader respon, siswa dapat menerapkannya dalam kegiatan apresiasi puisi dan merasa senang karena acuannya, alam sekitar dan tingkah laku siswa itu sendiri. 1.6 Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap penelitian ini maka penulis memberikan definisi operasional pada hal-hal berikut ini. 1. Menulis adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan medium bahasa yang telah disepakati bersama. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif, yang memerlukan latihan dan sering dipraktikan secara teratur, karena keterampilan ini tidak datang secara otomatis. Menulis puisi bebas berarti menyampaikan pesan kepada

orang lain dengan medium puisi yang tidak terikat oleh aturan penulisan puisi seperti : rima, diksi, jumlah kata, baris maupun bait. 2. Pengimajian puisi merupakan upaya penyair membayangkan sesuatu yang dilihat, yang dirasa, yang didengar maupun yang dipikirkan agar terasa hidup lewat kata-kata yang dikemukakan kepada pembaca atau pendengar yang berupa puisi. 3. Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang bertolak dari pemikiran bahwa sastra, sebagaimana hasil seni yang lain, merupakan pencerminan atau respresentasi kehidupan nyata. Sastra merupakan tiruan atau pemaduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang atau hasil imajinasi pengarang yang bertolak dari suatu kenyataan. 4. Model apresiasi adalah pola atau acuan rencana kegiatan apresiasi yang melibatkan guru dan siswa serta kelengkapannya (termasuk bahan apresiasi )dalam upaya membelajarkan siswa untuk memperoleh informasi, gagasan, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir dan cara menyatakan diri dalam konteks ini dengan kegiatan apresiasi puisi terhadap kumpulan puisi Mata Pisau karya Sapardi Joko Damono. 5.

1.7 Asumsi Penelitian Penelitian ini didasarkan pada anggapan sebagai berikut : 1. Kemampuan siswa dalam menulis dapat ditingkatkan melalui berbagai kegiatan seperti menulis puisi. 2. Penelitian terhadap siswa dalam menulis puisi penting dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam kegiatan apresiasi sastra. 3. Penelitian tentang penggunaan pendekatan dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk memperbaiki kelemahan dalam mengajar. 4. Pemilihan model pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan gairah pembelajaran. 1.8 Hipotesis Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Hipotesis Nol ( Ho) : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis puisi bebas siswa, yang menggunakan Model Menulis Pengimajian dan Mimesis dengan yang menggunakan Model Menulis Ekspositorik. Hipotesis Kerja ( Ha ): Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menulis puisi bebas siswa yang menggunakan Model Menulis

Pengimajian dan Mimesis dengan yang menggunakan Model Menulis Ekspositorik dengan tingkat kepercayaan 0,05.