BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007:20). WHO Meeting on Pregnancy and Abortion in Adolesence pada tahun 1974 mendefinisikan remaja sebagai kurun dimana seseorang berangsur-angsur mempertunjukkan ciri-ciri seks sekunder sampai mencapai kematangan seks; jiwanya berkembang dari anak menjadi dewasa; dan keadaansosioekonominya beralih dari ketergantungan menjadi relatif bebas (dalam Sarwono, 1981:90). Menurut Desmita (2005:222), salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Santrok juga menjelaskan (dalam Desmita, 2005:222) terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri remaja. Dorongan-dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan lebih tinggi dari dorongan seksual orang dewasa. Sebagai anak muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis. Untuk melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, remaja mencoba mengespresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan, bercumbu sampai dengan melakukan kontak seksual (Desmita, 2005:223). Dari sekian banyak bentuk tingkah laku seksual yang diekspresikan remaja, melakukan kontak seksual merupakan perilaku yang banyak mengadung

2 resiko seperti penyakit menular, AIDS dan kehamilan remaja. Namun ironisnya fakta tersebut tidak berpengaruh banyak karena tetap saja banyak terjadi perilaku seksual di kalangan remaja. Seperti yang diungkapkan KPAI ( Komisi Perlindungan Anak Indonesia) hasil survey pada tahun 2012 bahwa sebanyak 32 % remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia pernah berhubungan seks. Masalah-masalah seksual remaja dapat meliputi kehamilan remaja, infeksi yang ditularkan secara seksual, perilaku kekerasan seksual, dan pelecehan seksual. Salah satu masalah-masalah seksual tersebut yang semakin banyak terjadi di Indonesia adalah kehamilan remaja. Berdasarkan penelitian dari Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI) tahun 2010/2011 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi (Jatabek), dengan jumlah sampel 3006 responden (usia 17-24 tahun), menunjukkan 20.9 persen remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah. Dan 38,7 persen remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatatat bahwa angka kehamilan anak diluar nikah mengalami peningkatan, untuk tahun 2012 pihaknya mencatatat 4,8 persen kehamilan terjadi pada anak usia 10 hingga 11 tahun. Sedangkan pada usia produktif usia 15 hingga 19 sebanyak 48,1 persen terutama pada usia 17 tahun. Sebagian besar remaja melakukan hubungan seksual selain faktor dari dorongan seksual yang tinggi pada usia remaja ialah emosi yang belum stabil didukung dengan mudahnya mendapatkan akses pornografi, membuat banyak remaja di kota besar yang sudah melakukan hubungan seksual. Namun hal tersebut dapat berdampak sangat merugikan bagi remaja putri yaitu kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat dari kehamilan remaja ini akan menimbulkan beberapa konflik pada diri remaja. Menurut Sumapradja (1981:145), kehamilan remaja umumnya merupakan malapetaka yang menghancurkan kekuatan, kegesitan,

3 kecerdasan, dan cita-cita remaja yang bersangkutan. Remaja hamil dihadapkan kepada resiko tinggi, baik dari sudut kedokteran, maupun dari sudut kemasyarakatan. Ilmu kedokteran menganggap kehamilan remaja sebagai kehamilan resiko tinggi. Berdasarkan hasil penelitian apabila wanita hamil di bawah usia 20 tahun itu resiko kematiannya 2-4 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita yang hamil diatas 20 tahun. Apabila remaja memutuskan untuk meneruskan kehamilannya, biasanya berujung putus sekolah, dan tidak mungkin masuk sekolah lagi setelah melahirkan. Apabila mereka memutuskan untuk menikah karena keputusan untuk meneruskan kehamilan tersebut, perkawinannya lebih banyak berujung pada perceraian. Apabila remaja hamil memutuskan untuk mengurus anaknya sendiri, sering kali mereka akan dihadapkan kepada malapetaka yang terus menerus seperti putus sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah, dan ketergantungan kepada orang lain. Seperti yang terjadi pada seorang siswi SMP berusia 14 tahun warga Petemon, Surabaya pada April 2012. Siswi tersebut terpaksa tidak bisa mengikuti Ujian Nasional (UN) karena hamil 7 bulan. Masa remaja menurut para ahli sering dikatakan masa yang rentan atau juga dikatakan usia abu-abu. Penyebab hal tersebut adalah peran remaja yang membingungkan dikarenakan remaja bukan anak-anak namun juga belum bisa dikatakan dewasa. Menurut Hurlock (1980:207), sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan perubahan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan diri mereka sendiri untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. Ketakutan remaja dalam bertanggung jawab tersebut, mengakibatkan remaja hamil pra nikah bahkan berani melakukan hal-hal seperti aborsi. Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) ditemukan fakta sebanyak 21,2 % remaja yang menjadi sampel mengaku pernah melakukan aborsi akibat mengalami kehamilan pranikah. Pelaku aborsi itu merupakan presentase dari 14.726 anak yang duduk di SMP dan SMA. Selain aborsi dan putus sekolah, akibat lain dari kehamilan remaja adalah bunuh diri.

4 Seperti yang terjadi di Sekadau, Kalimantan seorang siswi SMA gantung diri dikarenakan tidak kuat menahan rasa malu dikarenakan hamil. Kehamilan remaja ini dapat menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada diri sendiri ataupun orang terdekat seperti keluarga, ditambah lagi dengan sangsi sosial berupa penolakan keberadaan kehamilan remaja sebelum menikah. Penolakan tersebut dapat mengakibatan trauma-trauma dan konflik-konflik psikologis yang dialami remaja. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi masalah yang dialaminya akibat dari tingkah laku yang tidak dapat ia kendalikan dapat memberikan dampakdampak seperti diatas. Menurut Hurlock (1980:238), remaja yang mengetahui bahwa sikap dan perilakunya dianggap tidak matang oleh kelompok sosial dan menyadari bahwa orang lain memandangnya tidak mampu menjalankan peran dewasa yang baik, akan mengembangkan rasa rendah diri. Maka terdapat kesenjangan antara apa yang diinginkan dan apa pandangannya tentang dirinya sendiri, seperti tercermin dalam dugaan mengenai pandangan orang lain tentang diri mereka. Apabila kesenjangan ini lebar, maka ia cenderung menganggap dirinya sendiri tidak berharga, merenung atau bahkan mencoba bunuh diri. Kehamilan adalah masa transisi yang paling dramatis. Saat pertama hamil merupakan perubahan status dari seorang perempuan menjadi seorang ibu. Beberapa ahli mengatakan bahwa kehamilan adalah kondisi krisis yang dialami oleh perempuan tidak hanya gangguan psikologi namun juga adanya perubahan sensi dan identitas pada diri perempuan, (Paul 2004:254). Dan masa remaja menurut Erickson, merupakan tahap identity versus identity confusion. Pada tahap ini remaja mulai merasakan suatu perasaan tentang identitas diri sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu yang unik yang siap memasuki suatu peran yang berarti di tengah masyarakat, baik peran yang bersifat menyesuaikan diri maupun yang bersifat memperbaiki diri. Ketidakmampuan remaja dalam menyesuaikan diri dikarenakan tidak puas pada dirinya sendiri akan menimbulkan sikap penolakan diri (Hurlock, 1980:239).

5 Untuk itu diperlukan sikap pernerimaan diri bagi remaja agar dapat mengatasi permasalahan yang dialami serta mengembangkan aspek-aspek positif lain dalam hidupnya. Karakterisitik utama remaja yang menerima dirinya adalah spontanitas dan tanggung jawab pada self-nya. Mereka menerima kualitas kemanusiaannya tanpa menyalahkan diri sendiri untuk kondisi-kondisi yang berada diluar kontrolnya (Allport, dalam Hjelle dan Ziegler, 1981:389). Mereka bebas dari kesalahan manusiawi dan tidak memandang dirinya sebagai seseorang yang harus marah atau takut atau menghidar dari konflik keinginan. Mereka merasa memiliki hak untuk mempunyai ide, aspirasi dan keinginan sendiri. Mereka tidak menggerutu tentang kepuasan hidup. Melalui pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri pada remaja merupakan pemahaman akan keadaan diri termasuk setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya tanpa menimbulkan konflik internal yang dapat mempengaruhi kesehatan psikologis remaja, sehingga akan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Self acceptance atau penerimaan diri adalah suatu tingkat dimana individu yang telah mempertimbangkan ciri-ciri personalnya, dapat dan mampu hidup dengannya (Hurlock, 1979:434). Individu yang menerima dirinya akan menyadari segala kemampuan yang dimilikinya dan dapat memanfaatkanya semaksimal mungkin, serta menyadari segala kekurangannya tanpa menyalahkan dirinya sendiri akan keterbatasan yang dimilikinya. Jika dikaitkan dengan remaja hamil pra nikah, maka remaja hamil pra nikah pun dapat memiliki konsep diri yang stabil jika dapat menerima kondisi diri secara objektif. Hal ini diperlukan karena menurut Hurlock (1980:210), dalam tahap remaja terdapat tugas perkembangan yang penting yaitu persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan yang oleh remaja akan dibawa ke dalam masa dewasa. Apabila remaja hamil pra nikah memutuskan untuk membesarkan anaknya, remaja tersebut akan memiliki keluarga dan tanggung jawab baru. Maka remaja

6 B C tersebut harus memiliki konsep diri yang stabil dan penerimaan diri terhadap situasi yang dimilikinya sehingga dapat mengampu tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga selanjutnya. Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai. Fokus Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang sebelumnya, penelitian ini berfokus pada penerimaan diri remaja hamil pra nikah. Penerimaan diri remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman akan keadaan diri termasuk setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnnya tanpa menimbulkan konflik internal yang dapat mempengaruhi kesehatan psikologis remaja, sehingga akan mampu beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan diri ini akan digambarkan melalui aspek-aspek penerimaan diri menurut Jersild (1978:372-384) yaitu (1) persepsi mengenai diri dan sikap terhadap penampilan, (2) sikap terhadap kelemahan dan kekutan diri sendiri dan orang lain, (3) perasaan inferiotitas sebagai gejala penolakan diri, (4) respon atas penolakan dan kritikan, (5) keseimbangan antara real self dan ideal self, (6) penerimaan diri dan penerimaan orang lain, (7) penerimaan diri, menuruti kehendak, dan menonjolkan diri, (8) penerimaan diri, spontanitas, menikmati hidup, (9) aspek moral penerimaan diri, dan (10) sikap terhadap penerimaan diri. Subjek penelitian ini difokuskan pada individu yang pernah hamil saat remaja akibat hubungan seksual pra nikah di Kota Bandung. Rumusan Masalah Remaja merupakan masa dimana terjadi banyak perubahan dari fisik dan juga psikis. Pada perubahan fisik mengakibatnya munculnya dorongandorongan seksual yang tinggi melebihi orang dewasa dalam diri remaja. Pada perubahan psikis masa pencarian identitas sehingga banyak melakukan hal-hal untuk memenuhi rasa penasarannya akan hal tersebut. Sehingga banyak hal terjadi pada periode ini. Berkaitan dengan perubahan kedua hal tersebut salah satunya kehamilan pra nikah remaja pada remaja putri. Kehamilan ini banyak mempengaruhi perkembangan remaja. Sementara dilain sisi remaja memiliki

7 D E tugas perkembangan yang harus ia penuhi sebelum memasuki masa dewasa. Salah satunya ialah menerima diri. Tidak terkecuali pada remaja hamil pra nikah. Untuk menerima diri remaja perlu memenuhi beberapa aspek dan tahapan yang harus ia penuhi agar dapat melanjutkan tugas perkembangannya dan mempersiapkan diri untuk tugas perkembangan dimasa selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana proses dalam mencapai penerimaan diri remaja hamil pra nikah? 2. Bagaimana gambaran penerimaan diri pada remaja hami pra nikah? 3. Apa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri remaja hamil pra nikah? 4. Apa dampak penerimaan diri remaja hamil pra nikah? 5. Bagaimana strategi meningkatkan penerimaan diri pada remaja hamil pra nikah? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengetahui proses dalam mencapai penerimaan diri remaja hamil pra nikah? 2. Mengetahui gambaran penerimaan diri pada remaja hami pra nikah? 3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penerimaan diri remaja hamil pra nikah? 4. Mengetahui dampak penerimaan diri remaja hamil pra nikah? 5. Mengetahui strategi meningkatkan penerimaan diri pada remaja hamil pra nikah? Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara aplikatif. 1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian mengenai penerimaan diri pada remaja hamil pra nikah diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya

8 dalam psikologi perkembangan dalam memperoleh gambaran penerimaan diri pada remaja hamil pra nikah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi berguna bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai remaja hamil pra nikah. 2 Manfaat Praktis a Remaja Remaja diharapkan memiliki pemahaman yang mendalam akan mulai dari kondisi kehamilan pada saat remaja, gambaran yang dialami remaja hamil sebelum menikah, faktor yang mengakibatkan kehamilan remaja serta dampak dari kehamilan pada saat remaja sebelum menikah. Dan remaja diharapkan untuk menghindari seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan remaja sebelum menikah. Remaja juga diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang akibat dari seks pra nikah sehingga mempelajari tentang etika dan norma-norma seks. b Orang tua Orang tua diharapkan memperoleh gambaran mengenai remaja hamil pra nikah sehingga memperhatikan pergaulan anaknya terutama yang remaja agar dapat mengendalikan perilaku seksual remaja untuk mengurangi kehamilan remaja pra nikah. Orang tua diharapkan juga memberikan pendidikan seksual yang tepat pada remaja. c Sekolah Diharapkan pihak sekolah memiliki gambaran perilaku dan akibat perilaku negatif remaja saat ini terutama yang berkaitan dengan seks bebas di kalangan remaja dan kehamilan remaja pra nikah, sehingga sekolah dapat memberikan pengarahan/pendidikan untuk mengurangi perilaku seks bebas pada remaja serta kehamilan remaja pra nikah.

9 d Pemerintah Pemerintah diharapkan mendapatkan gambaran penerimaan diri pada remaja hamil pra nikah dan menggalakkan program yang bertujuan untuk mengurangi perlaku seks bebas dan kehamilan remaja di Indonesia. e Pemimpin Agama Pemimpin agama diharapakan dapat mendapatkan gambaran perilaku dan akibat perilaku negatif remaja saat ini terutama yang berkaitan dengan seks bebas di kalangan remaja dan kehamilan remaja pra nikah,, sehingga pemimpin agama dapat membuat program untuk mencegah perilaku seksk bebas remaja dan konseling untuk remaja hamil pra nikah. F. Sruktur Organisasi Skripsi Berikut merupakan struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini: BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Penelitian C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 2. Manfaat Praktis F. Struktur Organisasi Skripsi BAB II: KAJIAN TEORITIS A. Penerimaan Diri 1. Definisi Penerimaan Diri 2. Ciri Penerimaan Diri 3. Tahap Penerimaan Diri 4. Aspek Penerimaan Diri 5. Faktor-Faktor Penerimaan Diri 6. Dampak Penerimaan Diri

10 7. Cara Menerima Diri B. Remaja 1. Definisi Remaja dan Masa Remaja 2. Ciri-Ciri Masa Remaja 3. Tugas Perkembangan Remaja 4. Hambatan-Hambatan Dalam Perkembangan Remaja C. Kehamilan Pra nikah Remaja 1. Definisi Kehamilan Pra Nikah 2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Remaja Hamil Pra Nikah 3. Dampak Kehamilan Remaja 4. Kehamilan Pra Nikah Menurut Sudut Pandang Agama D. Penelitian Mengenai Penerimaan Diri dan Remaja Hamil Pra Nikah 1. Penelitian Mengenai Penerimaan Diri 2. Penelitian Mengenai Remaja E. Kerangka Pemikiran BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Definisi Operasional C. Lokasi dan Subjek Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Teknik Analisis Keabsahan Data BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Subjek DN 1. Profil Subjek DN 2. Hasil Penelitian 3. Pembahasan B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Subjek NA 1. Profil Subjek NA 2. Hasil Penelitian

11 3. Pembahasan BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN