*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

KEAKURATAN KODE DIAGNOSA UTAMA DOKUMEN REKAM MEDIS PADA KASUS PARTUS DENGAN SECTIO CESAREAN DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM TAHUN 2009

Program Studi DIII Rekam Medis & Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2013 ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Dan Ketepatan Kode Berdasarkan ICD-10 Pada

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA KODING/INDEKSING BPJS DENGAN METODE WISN DI RS. PANTI WILASA Dr.CIPTO SEMARANG TAHUN 2015

ABSTRACT. : Inpatient Medical Record Documents patients BPJS case SectioCaesaria, Review of Quantitative, Qualitative Review, Accuracy Code.

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

: DIKA BAYU SETIANTO NIM D

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

Analisa Beban Kerja Petugas Koding BPJS Rawat Inap Dengan Metode WISN Di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2014 FARADILA AYU DINIRAMANDA.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

ABSTRACT. Keywords : Accreditation, KARS, APK 3.2, APK, APK 3.3 Bibliography : 19 ( ) ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SPESIFITAS PENULISAN DIAGNOSIS TERHADAP AKURASI KODE PADA RM 1 DOKUMEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALYSIS OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF MEDICAL RECORD OFFICER CODE OF DETERMINATION IN DISEASE AND INA CBGS Hospital DR. H. SOEWONDO KENDAL 2015

Keywords: Quality assurance, qualitative and quantitative analysis, filling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

Tri Purnama Sari. : Kendala Petugas Rekam Medis, Kode Penyakit, BPJS ABSTRACT

QUANTITATIVE AND QUALITATIVE ANALYSIS OF THE IN-PATIENT MEDICAL RECORD DOCUMENTS FOR PATIENTS WITH HYPERTENSION AT THE PANTI WILASA DR

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN KLAIM RUMAH SAKIT KEPADA BPJS KESEHATAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2016

analisis kuantitatif kelengkapan dokumen rekam medis Pasien rawat inap kasus Cedera kepala ringan di rsud kabupaten karanganyar TaHun 2013

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG PADA PERIODE BULAN MEI 2013 ARTIKEL

TINJAUAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DAN KECEPATAN PENDISTRIBUSIAN REKAM MEDIS KE POLIKLINIK DI RUMAH SAKIT AN-NISA TANGERANG

ANALISIS PELAKSANAAN RETENSI DAN PENYIMPANAN DOKUMEN REKAM MEDIS INAKTIF FILING RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

PERNYATAAN PERSETUJUAN

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

Kata Kunci PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFOKES, VOL 7 NO 1, Februari 2017 ISSN :

Analisis Kelengkapan Pengisian Resume Medis Rawat Inap Periode April di Rumah Sakit Bhayangkara Banjarmasin Tahun 2011

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASAKAN BEBAN KERJA UNIT REKAM MEDIS RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

FAKTOR FAKTOR KETERLAMBATAN PENGEKLAIMAN BPJS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG TAHUN 2015 ABSTRAK

ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP PADA PERIODE TRIWULAN I DI RSUD UNGARAN TAHUN 2014

QUANTITATIVE ANALYSIS OF THE MEDICAL RECORD DOCUMENT CASES OF STROKE HOSPITALIZATIONS FOURTH QUARTER OF 2012 IN THE HOSPITAL KRT SETJONEGORO WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

LAELA MIFTAHUL JANNAH

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS PARAMEDIS DAN NON PARAMEDIS TENTANG PENGKODEAN PENYAKIT DI PUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG

PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DAN PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP RUMAH SAKIT

ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF PASIEN RAWAT INAP PADA KASUS PENYAKIT HERNIA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN 2014 DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KETIDAKLENGKAPAN FORMULIR INFORMED CONSENT DI RUMAH SAKIT UNGARAN TAHUN Efi Sriatmi*), dr.zaenal Sugiyanto,M.

TINJAUAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS BERDASARKAN ELEMEN PENILAIAN STANDAR JCI DI BANGSAL RAJAWALI 4B RSUP DR.KARIADI SEMARANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG

ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN WISN DI BAGIAN KODING INDEKSING RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

ASPEK HUKUM PELEPASAN INFORMASI MEDIS PASIEN SEHUBUNGAN DENGAN KLAIM ASURANSI BPJS DI RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

Nugrahaning Pundi Astanti

Skripsi ini Disusun guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ASTRI SRI WARIYANTI J

TINJAUAN AKURASI KODE DIAGNOSA UTAMA MENURUT ICD-10 PADA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI BKPM WILAYAH SEMARANG PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

EVALUASI PENGELOLAAN FILING REKAM MEDIS RAWAT JALAN UNTUK PENCEGAHAN MISSFILE DI RSUD MAJENANG KABUPATEN CILACAP TAHUN 2016

PERBEDAAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA INSTALASI RAWAT JALAN DAN INSTALASI RAWAT DARURAT DI POLI BEDAH RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

PENGARUH PENERAPAN SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA CLINICAL PATHWAY KASUS TYPHOID TRIWULAN I TAHUN 2016 DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permenkes Nomor: 269/Menkes/PER/III/2008 rekam medis

Aditia Novitasari *), ArifKurniadi, M.Kom **)

Dyah Ernawati 1, Eni Mahawati Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang 50131

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

TinJauan PenYeBaB keterlambatan klaim Jaminan kesehatan nasional (Jkn) Pasien rawat Jalandi rumah sakit PanTi WaluYO surakarta

ANALISA KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP KASUS DEMAM THYPOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PEKALONGAN PADA PERIODE TRIWULAN 1 TAHUN

ABSTRAK TINJAUAN TATALAKSANA REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT KEPOLISIAN PUSAT RADEN SAID SUKANTO DI JAKARTA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

TINJAUAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DISTRIBUSI REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

Retno Mukti*), Arif Kurniadi**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PREDIKSI KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN POLI MATA ( SEC ) TAHUN DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Transkripsi:

TINJAUAN SPESIFISITAS PENULISAN DIAGNOSIS PADA SURAT ELIGIBILITAS PESERTA (SEP) PASIEN BPJS RAWAT INAP BULAN AGUSTUS DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM SEMARANG PERIODE 2015 Molek Dua na Ahlulia*), Dyah Ernawati**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Email : ahlulia@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang : Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe C dimana pada unit rekam medis khususnya bagian casemix dilakukan analisis lembar lembar Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk menetapkan kode yang tepat pada suatu diagnosis. Petugas casemix sering mendapati diagnosis pada Surat Eligibilitas Peserta (SEP) yang kurang spesifik yang akan menyebabkan masalah atau kendala pada kesinambungan asuhan kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui spesifisitas diagnosis penyakit pada Surat Eligibilitas Peserta (SEP) pasien BPJS rawat inap bulan Agustus di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan metode observasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien BPJS rawat inap yang memiliki lembar Surat Eligibilitas Peserta (SEP) dicuplik dengan teknik simple random sampling kemudian dilakukan analisa data secara deskriptif. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, bahwa Standar Operasional Prosedur yang ada adalah Standar Operasional Prosedur Koding Rawat Inap sedangkan untuk bagian casemix, rumah sakit belum ada. Dari 84 sampel SEP yang telah diteliti didapatkan bahwa diagnosis yang tidak spesifik (57,15%) lebih besar daripada diagnosis yang spesifik (42,85%). 2

Kesimpulan : Dapat disarankan perlu adanya Standar Operasional Prosedur untuk bagian casemix yang mencakup Rawat Inap dan Rawat Jalan, perlu adanya pengawasan dan koreksi penulisan diagnosis medis yang spesifik dan akurat sesuai dengan kaidah ICD 10 dan ICD 9 CM (bila ada tindakan operasi). Selain itu perlu juga adanya pelatihan tentang koding penyakit untuk petugas serta peningkatan pengetahuan bagi dokter untuk penulisan diagnosis penyakit yang lengkap. Kata kunci : Spesifitas diagnosis, Surat Eligibilitas Peserta (SEP), pasien rawat inap BPJS ABSTRACT Background : Panti Wilasa Citarum Hospital is one of the type C private hospital where the medical records particularly the casemix section analyzed sheets of Letter of Eligibility Participants (SEP) to establish the the right code on a diagnosis.casemix officers often find a diagnosis in Letter of Eligibility Participants (SEP) which is less specific that will cause problems or constraints on the sustainability of health care in hospitals. This study was conducted to determine the specificity of diagnosis writing on the Letter of Eligibility Participants (SEP) of BPJS s patients hospitalized in August in Panti Wilasa Citarum Hospital Semarang. Methods : This research used a descriptive research, method was observation with cross sectional approach. The study population was inpatient BPJS s patients who had a sheet of Letter Eligibility Participants (SEP) with sampling technique by simple random and then performed a descriptive analysis. Result : Based on research results in Panti Wilasa Citarum Hospital Semarang, found the existing of Inpatient Coding Standard Operating Procedure while there was no casemix Standard Operating Procedure. Of the 84 samples which were investigated found that non-specific diagnosis in Letter Eligibility Participants (SEP) (57.15%) were greater than a specific diagnosis (42.85%). 3

Conclusion : It can be suggested the need for Standard Operating Procedures for casemix section that includes Inpatient and Outpatient, the need for supervision and correction of writing specific medical diagnosis and accurately in accordance with the rules of ICD - 10 and ICD 9 CM (when surgery performed). It is also necessary training that focuses on disease coding for the officers as well as increased knowledge for the doctor to write a complete diagnosis of the disease. Keywords : Specificity diagnosis, Letter Eligibility Participants (SEP), inpatient BPJS s patient A. Pendahuluan Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Berdasarkan undang undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. [1] Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum menyelenggarakan kegiatan pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan penunjang medis dan nonmedis, pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan, pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan. [3] Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum pada unit casemix dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan prosedur pelayanan yang ada namun ada masalah yang timbul dari unit ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Agustus tahun 2015 dari 10 lembar lembar surat elegibilitas peserta (SEP), 40% diagnosis tidak spesifik dimana diagnosis yang tercantum dalam SEP merupakan diagnosis yang terdapat dalam rujukan pasien saat datang yang diperoleh dari pelayanan kesehatan pertama 4

(puskesmas atau dokter keluarga). SEP yang tidak lengkap akan menyebabkan masalah atau kendala pada kesinambungan asuhan kesehatan di rumah sakit dan menghambat pengajuan klaim. Diagnosis yang belum lengkap dan tidak spesifik menyebabkan kecilnya angka penagihan saat pengajuan klaim. Spesifisitas diagnosis sangat penting bagi pasien asuransi untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik serta bagi pihak rumah sakit agar tidak merasa dirugikan karena spesifisitas diagnosis juga mengandung informasi yang berguna dalam pelayanan medis serta klaim asuransi. Untuk itu peneliti mengambil masalah dengan judul Tinjauan Spesifisitas Penulisan Diagnosis Pada Surat Eligibilitas Peserta (SEP) Pasien BPJS Rawat Inap Bulan Agustus DI Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Periode 2015. Rekam Medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk menemukenali pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Manfaat rekam medis menurut Gilbony 1991 menyatakan kegunaan rekam medis dengan singkatan ALFRED,yaitu : 1. Administration, data dan informasi yang dihasilkan rekam medis dapat digunakan manajemen untuk melaksanakan fungsinya guna pengelolaan berbagai sumberdaya. 2. Legal, sebagai alat bukti hukum yang dapat melindungi hokum terhadap pasien, profider kesehatan dan pengelolan serta pemilik sarana kehatan. 3. Financial, setiap jasa yang diterima pasien bila dicatat dengan lengkap dan benar maka dapat digunakan untuk menghitung biaya yang harus dibayar pasien. 4. Reasearch, berbagai macam penyakit yang telah dicatat kedalam dokumen rekam medis dapat dilakukan penelusuran guna penelitian. 5

5. Education, para mahasiswa dapat belajar dan mengembangkan ilmunya dengan menggunakan dokumen rekam medis. 6. Documentation, rekam medis sebagai dokumen karena memiliki sejarah medis seseorang. [5] B. Metode Penelitian a) Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei deskriptif. Survei deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. [15] Metode pengambilan data secara observasi dan menggunakan pendekatan cross sectional. b) Variable Penelitian Variabel penelitian ini adalah : (1) Diagnosa penyakit (2) Spesifikasi diagnosis (3) Persentase kode penyakit (4) Surat Eligibilitas Peserta (SEP) c) Populasi dan Sampel (1) Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah lembar SEP rawat inap pasien BPJS Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum yang berasal dari Registrasi pasien masuk Rawat Inap pada bulan Agustus 2015 yang berjumlah 551. (2) Sampel Pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan undian dari register pasien BPJS yang masuk rawat inap. Dari register pasien masuk, diambil dua buah nomor rekam medis per tanggal sebagai perwakilan dokumen yang akan menjadi sampel penelitian. Dari masing masing perwakilan nomor rekam medis akan diundi dan apabila nomor rekam medis yang keluar terlebih dahulu akan menjadi nomor urut pertama dan nomor rekam 6

medis yang keluar setelahnya akan menjadi nomor urut kedua dan seterusnya. Jadi, sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ada sebanyak 84 Surat Elegibilitas Pasien (SEP) peserta BPJS Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. (3) Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Check list digunakan untuk menulis diagnosis spesifik dan kode penyakit yang diteliti. (4) Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan persentase diagnosis penyakit yang spesifik terutama untuk pasien rawat inap BPJS berdasarkan ICD 10 dan ICD 9 CM yang selanjutnya akan diambil kesimpulan tanpa melakukan uji statistik. C. Hasil Pengamatan dan Pembahasan a) Hasil Pengamatan 1) Standar Prosedur Operasional Koding / Indexing Gambar 1 Standar Prosedur Operasional Koding / Indexing Petugas Koding Input No RM menulis kode di RM 1 membaca dan memberi kode diagnosis medis menggunakan ICD - 10 dan ICD - 9 CM (bila ada tindakan) input Komputer RI - input DPJP dan Spesialisnya - Input tanggal, jam, sebab kematian untuk pasien meninggal - Input perinatal untuk pasien bayi baru lahir - Input rujukan untuk pasien yang datang karena rujukan DRM yang di kode Assembling 7

Ini merupakan Standar Operasional Prosedur Koding Rawat Inap. Sedangkan untuk bagian casemix belum ada di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum. 2) Surat Eligibilitas Peserta ( SEP ) Pasien yang datang ke bagian pendaftaran dengan membawa rujukan yang berisi diagnosis medis akan dibuatkan SEP oleh petugas pendaftaran dimana SEP tersebut berisi tentang identitas pribadi pasien, diagnosis awal atau masuk yang sesuai dengan rujukan yang dibawa oleh pasien, jenis perawatan dan kelas perawatan serta tanda tangan pasien dan tanda tangan dokter yang merawat. SEP tersebut dibawa ke klinik yang sesuai kemudian dijadikan satu dengan resume medis pasien dan dikirim ke bagian keuangan atau administrasi untuk dibuatkan kuitansi sesuai dengan pemeriksaan. Kemudian SEP, resume medis beserta berkas berkas keuangan yang berupa kuitansi dibawa ke bagian casemix untuk dilakukan pengkodingan dan grouping INA CBG s yang akan digunakan sebagai alat penagihan ke bagian BPJS. 3) Spesifitas Diagnosis Penyakit pada SEP Pasien BPJS berikut: Dari 84 sampel data yang telah diteliti diperoleh data sebagai Grafik 1 Spesifisitas Penulisan Diagnosis pada Surat Eligibilitas Peserta (SEP) Pasien BPJS Rawat Inap Bulan Agustus di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Periode 2015 60,00% Spesifikasi Diagnosis 40,00% 20,00% 36 (42,85%) 48 (57,15%) presentase 0,00% Spesifik Tidak Spesifik 8

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penulisan diagnosis yang spesifik ada 36 diagnosis (42,85%) lebih kecil daripada penulisan diagnosis yang tidak spesifik yaitu 48 diagnosis (57,15%). b) Pembahasan (1) Standar Prosedur Operasional Koding / Indexing 1. Petugas koding / indexing menginput nomer rekam medis pada dokumen rekam medis pasien rawat inap di komputer. 2. Petugas koding / indexing membaca diagnosis pasien yang ditulis oleh dokter yang merawat di lembar ringkasan masuk keluar, bila tidak terbaca maka ditanyakan pada dokter yang bersangkutan. 3. Petugas koding / indexing memberi kode penyakit menggunakan ICD X dan tindakan ( bila ada ) menggunakan ICD 9 CM pada dokumen rekam medis ( RM 1 ), dan menginput di komputer. 4. Petugas koding / indexing menginput juga pada kolom diagnosis nama dokter penanggung jawab di kolom dokter dan pilih spesialisasinya, input juga nama dokter lain sebagai konsultan dari DPJP. 5. Petugas koding / indexing mengisi tanggal, jam, dan sebab kematian bila pasien meninggal, input perinatal bila pasien bayi baru lahir, input rujukan bila pasien datang karena rujukan. 6. Petugas koding / indexing memberikan dokumen rekam medis pada petugas assembling. Bahwa Standar Operasional Prosedur tersebut adalah untuk Standar Operasional Prosedur Koding Rawat Inap sedangkan untuk bagian casemix, rumah sakit belum membuatkan. (2) Spesifitas Diagnosis Penyakit pada SEP Pasien BPJS Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, dari 84 sampel SEP yang telah diteliti didapatkan bahwa diagnosis yang tidak spesifik (57,15%) lebih besar daripada diagnosis yang spesifik (42,85%). Hal ini 9

disebabkan oleh penulisan diagnosis yang hanya merupakan gejala atau sympthom yang sering dijumpai daripada penyakit yang mendasari terjadinya gejala tersebut. Selain itu penyebab luar serta letak anatomi juga tidak tercantum, sehingga diagnosis yang tertulis kurang spesifik. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya diagnosis yang tidak lengkap adalah dari SEP itu sendiri dimana diagnosis yang tercantum dalam SEP merupakan diagnosis yang terdapat dalam rujukan pasien saat datang yang diperoleh dari pelayanan kesehatan pertama (puskesmas atau dokter keluarga). Hal ini akan menjadi penyebab kesulitan bagi petugas Casemix saat akan memberi kode dan menginputnya kedalam komputer, sehingga sering dijumpai diagnosis yang kurang spesifik dan beberapa diagnosis dengan diagnosis yang kurang tepat. D. Kesimpulan a) Standar Prosedur Operasional Koding / Indexing Di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum sudah mempunyai Standar Operasional Prosedur (SOP) pengkodingan. Namun untuk Standar Operasional Prosedur (SOP) casemix belum ada. b) Surat Eligibilitas Peserta (SEP) SEP berisi tentang identitas pribadi pasien, diagnosis masuk, jenis perawatan dan kelas perawatan serta tanda tangan pasien dan tanda tangan dokter yang merawat. c) Spesifitas Diagnosis Penyakit pada SEP Pasien BPJS Dari 84 sampel Surat Eligibilitas Peserta (SEP) yang telah diteliti didapatkan jumlah penulisan diagnosis yang tidak spesifik lebih besar daripada penulisan diagnosis yang spesifik yaitu 57,15% untuk penulisan diagnosis yang tidak spesifik berjumlah 48 diagnosis dan 42,85% untuk penulisan diagnosis yang spesifik berjumlah 36 diagnosis. 10

E. Saran a) Perlu adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk bagian casemix yaitu Standar Operasional Prosedur Rawat Inap dan Standar Operasional Prosedur Rawat Jalan. b) Perlu adanya pengawasan dan koreksi untuk diagnosis medis yang spesifik dan akurat sesuai dengan kaidah ICD 10 dan ICD 9 CM (bila ada tindakan). c) Perlu adanya pelatihan tentang koding penyakit untuk petugas serta peningkatan pengetahuan bagi dokter untuk penulisan diagnosis penyakit yang lengkap. F. Daftar Pustaka 1. https://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/definisi-tugas-danfungsi-rumah-sakit-menurut-who/ (diakses tanggal 28 Mei 2015, jam 08:29) 2. https://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/24/definisi-tugas-danfungsi-rumah-sakit-menurut-who/ (diakses pada hari kamis tanggal 7 Januari 2016 jam18:22) 3. https://medicrecord.wordpress.com/2014/10/13/definisi-dan-tujuanrekam-medis/ (diakses pada hari kamis tanggal 11 Juni 2015 jam 11:10) 4. http://id.wikipedia.org/wiki/penelitian_deskriptif (diakses pada hari kamis tanggal 11 Juni 2015 jam 10:36) 11