BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

ABSTRAK. Kata kunci: Reciprocal Teaching, kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POHON MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII E SMP TAMANSISWA MALANG

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

PENGEMBANGAN SOAL NON RUTIN untuk MENGETAHUI BERPIKIR KRITIS SISWA SMP N 18 PALEMBANG. Eka Fitri Puspa Sari, M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan

Perbedaan Kreativitas Pada Fotografer Ditinjau Dari Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB II KAJIAN TEORETIK. memiliki ide atau opini mengenai sesuatu (Sudarma, 2013). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus selama individu hidup

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. atau pengalaman (Ngalim Purwanto, 2007:85). Dimana pengalaman. merupakan guru yang paling baik dalam belajar.

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh cabang matematika seperti Aljabar, Aritmatika, Analisis dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dan saran terkait hasil yang diperoleh.

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TINGKAT DISPOSISI MATEMATIS DI MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

Sehingga peneliti diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangankesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan classroom action

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB 1 PENDAHULUAN. utama untuk membentuk manusia seutuhnya. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam

MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PADA MATERI PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menemukan gambaran berpikir matematis siswa SMP dalam. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fathimah Bilqis, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 8 Ayat (2) bahwa warga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 2 Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa secara tertulis. Untuk keperluan itu, data dalam penelitian ini berupa hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik siswa yang terpilih menjadi sampel serta data hasil wawancara dari siswa itu sendiri sebagai sumber data primer. Instrumen tes yang digunakan berupa teks uraian diujikan kepada 38 siswa kelas VIII 6 SMP Negeri 2 Gorontalo. Dalam penelitian instrumen teks digunakan untuk menguji kemampuan berpikir kreatif matematika siswa. Serta dalam wawancara yang dimaksudkan untuk mengetahui/menemukan kesulitan serta penyebab kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif matematika. Data hasil tes kemampuan dalam penelitian ini dikelompokan dalam 3 kelompok data yakni data hasil tes berdasarkan aspek/indikator berpikir kreatif yang diukur serta data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematika siswa secara keseluruhan. 4.1.1 Data Hasil Tes Berdasarkan Indikator/ aspek Berpikir Kreatif Matematik Dalam penelitian ini terbagi atas tiga Indikator kemampuan berpikir kreatif matematika yakni: (1) Kelancaran (fluency): kemampuan untuk

mencetuskan banyak gagasan, jawaban,penyelesaian masalah atau pertanyaan. (2) Keluwesan (flexibility): kemampuan untuk menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternatif yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan. (3) Aspek kebaruan : kemampuan menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah atau memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. Data hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematika siswa berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif matematik yang diukur dapat dilihat pada lampiran 7a, 7b, dan 7c. Sedangkan analisis tingkat capaian rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika siswa terhadap ketiga aspek tersebut, tersaji seperti pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Rata-rata tiap indikator Kemampuan Berpikir kreatif Matematika No Indikator Rata-Rata Capaian Siswa (%) 1 Kelancaran (fluency): kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. 62,93 % 2 Keluwesan (flexibility): kemampuan untuk menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak 61,07 %

3 alternatif yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan. kebaruan : kemampuan menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah atau memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa. 58,75 % Dari tabel 3, nampak bahwa rata-rata capaian siswa pada aspek 3 kebaruan. Cukup rendah bila dibandingkan dengan capaian pada aspek lainnya. Dimana pada aspek tersebut hanya dicapai siswa sebesar 58,75 %. Dan rata-rata capaian siswa yang sedang adalah pada aspek keluwesan (flexibility), memperoleh capaian sebesar 61,07 %. Sedangkan rata-rata capaian siswa yang tertinggi dibandingkan capaian pada kedua aspek yang lain, dimana memperoleh capaian sebesar 62,93 % Dari hasil deskripsi tiap indikator tesebut, maka deskripsi hasil penelitian secara umum, berdasarkan pada lampiran 8 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika secara umum adalah 60,92%. Nilai tersebut didapatkan dari jumlah rata-rata dari ketiga indikator kemampuan berpikir kreatif matematika. 4.1.2 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Deskripsi hasil penelitian dalam kemampuan berpikir kreatif matematika siswa untuk setiap indikator dijabarkan sebagai berikut:

1. Aspek Kelancaran Tabel 4.a Kemampuan berpikir kreatif pada aspek kelancaran Kategori Kemampuan Jumlah siswa presentasi relatif sangat mampu (81% - 100% 2 5,26% Mampu (61% - 80%) 17 44,74% Cukup mampu (41% - 60%) 19 50% Kurang mampu (21% - 40%) 0 0% Tidak mampu (< 21%) 0 0% Jumlah 38 100% Rata-rata 62,93 % Dari tabel 4.a dapat dilihat bahwa kategori siswa sangat mampu sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 5,26 % dari seluruh siswa yang mengikuti tes. Sedangkan mampu sebesar 44,74%. Kategori cukup mampu berada pada urutan ketiga yakni sebesar 50 %. Selanjutnya kategori kurang mampu sebesar 0 % dan tidak mampu sebesar 0%. Item ini termasuk dalam kategori tidak mampu karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan soal pada item ini walaupun penjelasan yang diberikan belum tersusun secara lengkap. 2. Aspek Keluesan Tabel 4.b Kemampuan berpikir kreatif pada aspek keluesan Kategori Kemampuan Jumlah siswa presentasi relatif sangat mampu (81% - 100% 2 5,26% Mampu (61% - 80%) 14 36,85% Cukup mampu (41% - 60%) 22 57,89%

Kurang mampu (21% - 40%) 0 0 Tidak mampu (< 21%) 0 0 Jumlah 38 100 Rata-rata 61,07 % Dari tabel 4.b dapat dilihat siswa sangat mampu sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 5,26 % dari seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian. Sebanyak 14 siswa termasuk dalam kategori mampu atau sebesar 36,85%. Selain itu, 57,89% siswa berjumlah 22 termasuk dalam kategori cukup mampu, dan kategori kurang mampu 0 % serta untuk kategori tidak mampu sebesar 0 %. Item ini termasuk dalam kategori mampu karena sebagian besar siswa mampu mengerjakan soal pada item ini. 3. Aspek Kebaruan Tabel 4.c Kemampuan berpikir kreatif pada aspek kelancaran Kategori Kemampuan Jumlah siswa presentasi relatif sangat mampu (81% - 100% 2 5,26% Mampu (61% - 80%) 15 39,47% Cukup mampu (41% - 60%) 21 55,27% Kurang mampu (21% - 40%) 0 0 Tidak mampu (< 21%) 0 0 Jumlah 38 100 Rata-rata 58,75 % Dari tebel 4.c dapat dilihat bahwa sebanyak 2 orang siswa atau sebesar 5,26% dalam kategori sangat mampu, dan siswa yang termasuk dalam kategori baik ada 15 siswa atau 39,47%, 55,27%, siswa termasuk dalam kategori cukup mampu, sedangkan 0 % siswa termasuk dalam kategori kurang mampu dan 0 % siswa termasuk dalam kategori tidak mampu. Item ini termasuk dalam kategori

cukup mampu karena sebagian besar siswa cukup mampu mengerjakan soal pada item ini. Dari hasil deskripsi setiap indikator secara umum tesebut yang diperoleh dari tes yang diberikan pada siswa. Dapat disimpulkan bahwa tes dianggap sulit oleh sebagian siswa yang memperoleh nilai rendah, dan tes tersebut dianggap mudah bagi siswa yang memiliki nilai tinggi, hal ini dapat dilihat dari deskripsi tiap indikator yang telah dijelaskan sebelumnya. 4.2 Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian tentang ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang telah dijelaskan tersebut, maka dapat diketahui bahwa kemampuan yang dicapai oleh siswa memiliki perbedaan untuk tiap aspeknya antara lain sebagai berikut; 4.2.1 Aspek Kelancaran Dalam hasil penelitian rata-rata yang dicapai siswa pada aspek kelancaran sebesar 62,93 %. Aspek kelancaran ini tegolong dalam kategori mampu. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa mampu menjelaskan permasalahan dan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Siswa dapat mencetuskan beberapa gagasan atau jawaban, tetapi jawaban yang diberikan siswa belum lengkap atau masih keliru. Siswa juga paham dari permasalahan pada soal uraian, namun mereka kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika khususnya aspek kelancaran siswa sudah baik.

4.2.2 Aspek Keluesan Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika dalam aspek keluesan sebesar 61,07 %. Pada aspek keluesan ini juga termasuk dalam kategori mampu. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, siswa juga dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, dan mencari banyak alternatif yang berbeda, serta siswa mampu mengubah cara pendekatan, namun mereka kesulitan dalam mengklasifikasi masalah dari sudut yang berbeda dan memecahkan soal yang diberikan. Hal ini benar adanya karena taraf berfikir siswa SMP masih didominasi oleh hal-hal yang kongkrit. 4.2.3 Aspek Kebaruan Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematika dalam aspek kebaruan mencapai sebesar 58,75 %. Rata-rata ini memberikan informasi bahwa aspek kebaruan masih tergolong cukup mampu. Hasil ini disebabkan karena sebagian besar siswa masih kurang mampu dalam menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, sebagiannya lagi tidak biasa untuk menyelesaikan masalah sehingga salah dalam mendapatkan solusi. Berdasarkan kreatifitas siswa yang cukup mampu tersebut disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan merumuskan suatu masalah. Hal ini didukung oleh wawancara peneliti kepada beberapa siswa diantaranya

siswa yang mendapat nilai tinggi, siswa yang benilai sedang, dan siswa yang mendapat nilai yang terendah. Dari hasil wawancara tersebut bagi sebagian siswa menyebutkan bahwa tes dalam penelitian ini terlihat sulit bagi sebagian siswa, hasil ini dapat dilihat pada siswa yang mendapatkan nilai terendah. Dan disisi lain, tes ini juga terlihat mudah bagi sebagian siswa yang mendapat nilai sedang dan nilai yang tertinggi. Hal tersebut disebabkan oleh siswa kesulitan dalam mengklasifikasi masalah dari sudut yang berbeda dan memecahkan satu permaslahan dan memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik. Dari Kondisi tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa pada dasarnya memiliki keterkaitan dengan pengetahuan siswa terhadap perumusan masalah ataupun penyelesaian suatu masalah dalam matematika khususnya pada soal open-ended sistem persamaan linier dua variabel. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa tergolong dalam kategori mampu. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dalam soal open-ended sistem persamaan linier dua variabel sudah baik.