BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. seperti menyakiti orang lain baik fisik maupun verbal. menurut Herbert (Aisyah, 2010) agresivitas merupakan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan tahap perkembangan yang harus dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. penuh gejolak dan tekanan. Istilah storm and stress bermula dari psikolog

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering kali dialami siswa di sekolah tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilakukan di lingkungan mana saja baik di sekolah maupun di luar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa SMK Negeri 1 Kluet Selatan. Novita Anggriani

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa, mengembangkan kedisiplinan siswa, memperkenalkan tanggung jawab siswa, membangun jiwa sosial dan jaringan pertemanan, sarana mengembangkan kreativitas, dan sebagai mengenal identitas diri namun kenyataannya di Indonesia ini perilaku siswa masih banyak yang mengalami kegagalan karena bagi anak remaja, selama mereka masih menempuh pendidikan formal di sekolah akan terjadi interaksi antara remaja dengan sesamanya, suka berkelahi dengan teman sebayanya, suka menghina individu lain dan juga menyakitkan perasaan orang lain keadaan ini termasuk interaksi antara remaja dan pendidikan. Interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat yang negatif bagi perkembangan mental anak remaja seperti uraian di atas. Baru-baru ini juga terdapat pemberitaan bahwa dua peristiwa tawuran pelajar terjadi di Jakarta selatan (liputan 6,18 Desember 2013). Itu merupakan salah satu contoh kekerasan dikalangan pelajar yang terdapat di Indonesia.

2 Remaja adalah masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari kanakkanak ke masa dewasa. Remaja juga sering disebut individu yang sedang dalam masa perkembangan, di mana mereka senang dengan penjelajahan yaitu senang dengan mencari sesuatu yang baru sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jati dirinya. Dalam masa pencarian jati diri tidak jarang mereka menemukan permasalahan atau persoalan dimana permasalahan tersebut dapat mereka selesaikan sendiri yang membuat dirinya semakin banyak pengalaman hidup, namun kadang permasalahan itu juga tidak dapat mereka selesaikan sendiri yang membuat dirinya terbebani dan menghambat tugas-tugas perkembangan dirinya biasanya mempengaruhi dalam hubungan sosialnya, mengingat manusia adalah mahluk individu dan juga mahluk sosial. Maka dari itu tidak heran jika di sekolah siswa SMK 2 Swadhipa kelas XI ada yang memiliki perilaku agresif seperti memukul teman, menendang teman, berkelahi. Kejadian tersebut terlihat dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling. Agresif merupakan perilaku yang diarahkan dengan tujuan untuk membahayakan orang lain baik secara verbal ataupun nonverbal (fisik) (Baron dan Byrne, 2002). Perilaku agresif muncul karena kegagalan individu untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya atau keinginannya yang terhalang sehingga dapat timbul luapan emosi dalam bentuk verbal seperti menghina, memaki, marah, dan mengumpat, sedangkan perilaku agresif nonverbal atau bersifat fisik langsung adalah perilaku memukul, mendorong, berkelahi, menendang dan

3 menampar. Perilaku agresif suatu bentuk kekerasan yang dapat membahayakan orang lain pendapat ini diperkuat oleh Antasari (2006) mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan tindakan yang bersifat kekerasan, yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya, dimana dalam agresif terdapat maksud untuk membahayakan atau mencederai orang lain, dan diindikasikan antara lain oleh tindakan untuk menyakiti, merusak, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Secara khusus perilaku-perilaku tersebut menunjukkan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh proses belajar yang tidak semestinya, seperti gangguan mempelajari jenis-jenis kemampuan yang diperlukan seperti mencintai lawan jenis, memiliki konsep diri yang positif, atau telanjur mempelajari bentuk-bentuk perilaku yang maladaptif, misalnya anak yang tumbuh menjadi remaja agresif karena meniru perilaku orangtua dan tekanan keadaan didalam keluarga atau lingkungan yang tidak harmonis. Perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan gangguan dalam proses belajar mengajar dan akan menyebabkan siswa yang memiliki perilaku agresif cenderung beradaptasi dengan kebiasaan buruknya. Perilaku agresif merupakan bentuk tindakan dengan maksud melukai dengan merugikan orang lain yang dapat menimbulkan dampak bagi korban. Menurut Handayani (2004) dampak perilaku agresif antara lain: Dampak bagi pelaku, yaitu individu tersebut akan dijauhkan oleh teman sebayanya, dibenci dan dicap nakal oleh teman-temannya, anak juga akan memiliki konsep diri yang buruk, dan sulit memfokuskan diri untuk mengikuti pelajaran pada saat jam

4 pelajaran. Dampak bagi korban (Lingkungan), yaitu dapat menimbulkan ketakutan bagi anak-anak lain (teman sebaya yang lain) dan akan tercipta hubungan sosial yang kurang sehat. Juga dapat mengganggu ketenangan didalam lingkungan karena biasaanya anak yang berperilaku agresif juga cenderung suka merusak benda-benda disekitarnya. Dapat di simpulkan bahwa individu yang memiliki perilaku agresif akan mengalami kesulitan dalam berhubungan sosial dengan teman sebaya mereka, karena sifat agresif seperti memukul, menendang, berkelahi, dan menghina, atau merusak barang-barang orang lain akan membuat individu tersebut dapat dijauhkan dan dicap sebagai anak yang nakal. Sedangkan bagi orang lain sebagai korban akan menimbulkan rasa ketakutan dan mengganggu ketenangan lingkungan, korban juga mempunyai ketidak mampuan untuk mempercayai orang lain dan ketidak mampuan untuk berteman dekat (relasi baik) dengan orang lain, keterpakuan dengan pikiran tindakan agresif atau kriminal. Menurut Sukardi (2000), dalam pelayanan BK terdapat bidang bimbingan sosial yaitu membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Tohirin (2007) mengungkapkan bahwa hal-hal yang menghambat atau mengganggu hubungan sosial dan komunikasi siswa dapat diungkapkan melalui layanan konseling kelompok sehingga perilaku siswa dapat berkembang dengan baik dan potensi yang dimiliki dapat berkembang secara

5 optimal. Dari beberapa pendapat dapat di simpulkan dalam hal ini peranan guru bimbingan dan konseling mempunyai posisi yang strategis untuk melaksanakan kegiatan konseling kelompok, karena pemberian konseling kelompok ditunjukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana siswa dapat menyelesaikan permasalahannya dengan cara konseling kelompok, penemuan alternatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara lebih tepat dan dapat mengurangi perilaku-perilaku bermasalah termasuk perilaku agresifnya. Dalam layanan konseling kelompok terdapat dinamika kelompok yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif yaitu, mereka dapat mengembangkan berbagai keterampilan yang pada intinya meningkatkan kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain seperti berani mengemukakan atau percaya diri dalam berprilaku terhadap orang lain, cintai diri yang dapat dilihat dari dalam berprilakunya dan gaya hidupnya untuk memelihara diri, memiliki pemahaman yang tinggi terhadap segala kekurangan dan kemampuan dan belajar memahami orang lain dan menerima kritik dan keterampilan diri dalam penampilan dirinya serta dapat mengendalikan perasaan dengan baik. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menemukan masalahmasalah yang ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Terdapat beberapa siswa yang sering mencubit temannya

6 b. Ada beberapa siswa yang sering mendorong temannya c. Ada beberapa siswa yang sering memukul temannya d. Terdapat beberapa siswa yang sering menendang temannya e. Ada beberapa siswa yang sering berkelahi di sekolah, 3. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, selain karena keterbatasan kemampuan peneliti serta keterbatasan waktu, maka masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada Upaya Mengurangi Perilaku Agresif Dengan Menggunaan Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas XI di SMK 2 Swadhipa Tahun Pelajaran 2013/2014. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka masalahnya adalah adanya perilaku agresif pada siswa dan peneliti lebih spesifik ingin meneliti perilaku agresif fisik. Adapun permasalahannya adalah Apakah perilaku agresif pada siswa kelas XI SMK 2 SWADHIPA Natar dapat dikurangi dengan layanan konseling kelompok? B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menurunkan perilaku agresif siswa dengan cara menggunakan layanan konseling kelompok.

7 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya Bimbingan dan Konseling dalam menangani prilaku agresif siswa. b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada guru pembimbing dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi perilaku agresif siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok. C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran atau kerangka berpikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disentesiskan dari fakta-fakta dari hasil observasi dan kepustakaan yang memuat teori, konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Mappiare (1982) Perilaku agresif adalah tingkah laku yang dilakukan individu dengan maksud untuk melukai atau mencelakakan individu lain dengan maksud tertentu. Perilaku agresif dalam kelompok sosial tidak bisa dibiarkan saja, siswa yang sering melakukan perilaku agresif perlu mendapatkan bantuan untuk

8 mengatasi masalah yang mereka hadapi karena perilaku agresif dapat mengganggu perkembangan sosial mereka. Individu yang sering melakukan perilaku agresif dibantu oleh peneliti dengan menggunakan layanan konseling kelompok, dengan konseling kelompok yang diberikan perilaku agresif individu dapat dikurangi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kursin (2005) penelitiannya menyimpulkan bahwa Layanan Konseling Kelompok dapat digunakan dalam menurunkan perilaku agresif. Perilaku agresif itu sendiri adalah salah satu bentuk perilaku sosial yang menyimpang karena ciri-cirinya yang cenderung merusak, menyerang dan melanggar peraturan. Hal ini diungkapkan dari pendapat Mappiare (1982) yang menyebutkan bahwa perilaku agresif merupakan bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang menyimpang dengan menujukkan ciri-ciri cenderung merusak, melanggar peraturan dan menyerang. Berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan oleh Mappiare perilaku agresif memberikan dampak yang negatif bagi siswa yang berperilaku agresif dan juga bagi lingkungannya. Handayani (2004), mengungkapkan dampak-dampak perilaku agresif pada siswa yaitu: a. Dampak bagi pelaku, yaitu anak akan dijauhi teman-temannya dan akan memilki sedikit teman bahkan biasa sama sekali tidak memilki teman. b. Anak juga akan memiliki konsep diri yang buruk, dan anak akan dicap sebagai anak yang nakal oleh teman-temannya sehingga membuatnya merasa kurang aman dan kurang bahagia c. Dampak bagi korban (lingkungan), yaitu dapat menimbulkan ketakutan bagi anak-anak lain dan akan tercipta hubungan sosial yang kurang sehat. Selain dari pada itu juga dapat mengganggu ketenangan lingkungan karena biasaanya anak yang cenderung berprilaku agresif cenderung untuk merusak benda-benda disekitarnya. Jadi berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh Handayani, bahwa perilaku agresif dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri sehingga

9 secara tidak langsung perilaku agresif ini dapat menimbulkan masalah sosialisasi pada diri siswa itu sendiri seperti rasa ketidak nyamanan, dijauhi oleh teman-teman, dan dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Perilaku tersebut tentunya harus diminimalisir agar siswa dapat mengembangkan perilaku mereka dengan baik. Pendapat ini juga didukung oleh Tohirin (2007), mengatakan bahwa melalui layanan konseling kelompok, hal-hal yang menghambat atau mengganggu berkembangnya kemampuan sosialisasi dan komunikasi siswa dapat diungkap sehinga siswa dapat berkembang secara optimal. Pengertian konseling kelompok itu sendiri menurut Warner dan Smith (dalam Wibowo, 2005) menyatkan bahwa: konseling kelompok merupakan cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan untuk membantu individu dalam mengembangkan kemampuan pribadi mereka. Adapun dalam memberikan bantuan dalam mengatasi perilaku agresif, peneliti menggunakan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok digunakan untuk mengatasi perilaku agresif siswa dikarenakan dalam konseling kelomok memanfaatkan dinamika kelomok untuk mengatasi permasalahan anggotanya, layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialami siswa melalui dinamika kelompok.

10 Sukardi dan Kusumawati (2008:79) menyatakan bahwa Konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika yang terjadi didalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan ( pribadi, belajar, social, dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap angggota kelompok dapat menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu tanpa terkecuali sehingga semua masalah terbicarakan. Berdasarkan pendapat tersebut maka konseling kelompok diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan untuk mengatasiperilaku agresif siswa. Perilaku agresif siswa mencakup masalah pada bidang bimbang sosial. Tujuan dari konseling kelompok itu sendiri adalah terkembangnya perasaan, pikiran, wawasan dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya dan bersosialisasi dan berkomunikasi; terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu- individu lain yang menjadi peserta layanan. (Prayitno,1995) Melalui konseling kelompok diharapkan siswa dapat mengurangi perilaku agresif yang dihadapinya dan memecahkan masalah tersebut secara bersamasama. Berikut ini adalah kerangka pikir dari penelitian ini Perilaku agresif siswa Layanan Konseling Kelompok Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian Perilaku agresif siswa yang berkurang

11 D. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul (dalam Arikunto, 2006). Hipotesis yang penulis ajukan adalah bahwa penggunaan layanan konseling kelompok dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif siswa kelas XI SMK 2 SWADHIPA Natar Tahun Pelajaran 2013/2014. Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: Ha : Perilaku agresif dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas XI SMK 2 SWADHIPA Natar Tahun Pelajaran 2013/2014. Ho : Perilaku agresif tidak dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas XI SMK 2 SWADHIPA Natar Tahun Pelajaran 2013/2014.