BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal di dunia ini tidak ada yang sempurna namun kita dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR

2016 PENERAPAN KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN (K3) KERJA PADA PELAKSANAAN PRAKTIK MEMBATIK DI SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA

2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

TJETJEP RONY BUDIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya akan hidup sebagai kelompok, hal tersebut

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual

I. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

Kurikulum Muatan Lokal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Afif Miftah Amrullah, 2015

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PENDAHULUAN. di sekolah. Manajemen kurikulum mengatur pemenuhan kebutuhan. pendidikan berdasarkan hasil analisis kondisi lingkungan internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. sebuah standar yang diberi nama Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tata boga merupakan pengetahuan di bidang boga (seni mengolah masakan) yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan kelompok pariwisata merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. persoalan dan pertanyaan yang timbul dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian , 2013

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

I. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

2014 MANFAAT HASIL BELAJAR TEKNOLOGI PENCAPAN SEBAGAI KESIAPAN UJI KOMPETENSI PENCAPAN SABLON

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Nopandi,2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sejak lahir manusia telah dibekali berbagai kelengkapan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat. sudah banyak gedung-gedung sekolah yang dibangun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Keaktifan siswa juga dipengaruhi oleh dorongan dari guru melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas pendidikannya. Contohnya adalah Finlandia, negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sumartini, Penerapan Hasil Belajar "Mewarna Pada Kain Dan Serat" Dalam Praktikum Pewarnaan Batik

2015 ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTEK MAKE-UP ROOM OLEH PESERTA DIDIK DI EDOTEL SMK NEGERI 9 BANDUNG

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru melalui sikap gaya dan macam macam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam berbagai hal di dunia ini tidak ada yang sempurna namun kita dapat berusaha untuk mencapai kesempurnaan tersebut. Hal tersebut pun dapat kita kaitkan dalam pendidikan, seorang pengajar atau lembaga pendidikan tidak dapat menyatakan bahwa dirinya sudah sempurna karena dalam setiap kehidupan manusia saling melengkapi, memiliki berbagai persamaan dan perbedaan, kekurangan dan kelebihan. Sejalan dengan pemikiran tersebut dalam pendidikan dapat kita terapkan dengan melalukan studi komparatif pendidikan yaitu istilah perbandingan jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris berarti comparative education. Kata comparative diartikan sebagai bersamaan atau sama sedangkan kata education diartikan pendidikan. Melalui studi komparatif kita dapat membandingkan sesuatu dengan (compare with), atau menemukan perbandingan sesuatu (finding comparison). Sehingga dari kedua pengertian tersebut memunculkan pemahaman terhadap istilah comparative yang apabila dihubungkan dengan kata education berarti suatu upaya untuk membandingkan suatu kegiatan pendidikan yang dilaksanakan atau menemukan perbandingan yang terdapat dalam kegiatan pendidikan. I. L. Kandel berpendapat studi komparatif pendidikan adalah studi tentang teori dan praktik pendidikan masa sekarang sebagaimana yang dipengaruhi oleh berbagai macam latar belakang yang merupakan kelanjutan sejarah pendidikan (tersedia

2 online,http://sinergitasjiwa.blogspot.com/2009/02/pengertian-perbandinganpendidikan.html). Di sisi lain Abdul Rachman Assegaf mengemukakan salah satu pandangan Carter V. Good yang menyertakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pendidikan, yakni bahwa perbandingan pendidikan adalah studi tentang kekuatankekuatan pendidikan, sosial, politik, dan ekonomi dalam hubungan internasional dengan tekanan pada potensi dan bentuk pendidikan, sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan saling pengertian dengan jalan tukar-menukar sarana pendidikan, teknik dan metode, mahasiswa, guru, dosen, teknisi dan lain-lain (tersedia online,http://sinergitasjiwa.blogspot.com/2009/02/pengertianperbandingan-pendidikan.html). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa studi komparatif pendidikan sebagai suatu studi terhadap bidang pengetahuan yang mengkaji berbagai teori dan praktek dalam bidang pendidikan di berbagai wilayah baik itu dalam satu negara maupun berbeda negara karena suatu wilayah meskipun dalam satu negara terdapat perbedaan dan kesamaan dalam latar belakang individu, kondisi alam, adat istiadat dan lain sebagainya, selain itu kita dapat memperbandingkannya, sehingga melalui proses pembandingan terhadap berbagai penerapan kegiatan pendidikan di berbagai wilayah tersebut akan diperoleh pandangan dan pengetahuan yang luas tentang penerapan kegiatan pendidikan oleh suatu wilayah, termasuk sejarah pendidikan wilayah tersebut dari masa ke masa.

3 Suatu pembelajaran dalam pendidikan sangat erat kaitannya dengan kurikulum karena kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Dengan itu kurikulum merupakan peranan penting dalam suatu pendidikan. Di Indonesia pengajar memberikan pembelajaran terhadap siswa diwajibkan dapat mencapai tujuan kurikulum bidang studi pelajaran yang disampaikannya. Meskipun semua pengajar dengan bidang studi pelajaran sama memiliki kurikulum yang sama namun dalam penguasaan, penyampaian, penerapan, dan pencapaian tujuan dari kurikulum tersebut akan terdapat persamaan dan perbedaaan yang dihasilkan dan ini dipengaruhi tidak hanya dari peran pengajar tetapi juga dari kepala sekolah, siswa, karyawan sekolah dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran tersebut termasuk perangkatnya. Saat ini di Jawa Barat terdapat dua SMK Seni Rupa yang memiliki berbagai macam jurusan bidang keahlian yaitu SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya dan sekarang ini di Cirebon juga terdapat sekolah menengah yang mengajarkan mata pelajaran membatik. Pada kedua sekolah tersebut di antaranya memiliki Jurusan Keahlian Tekstil dan diberikan pembelajaran membatik. Pembelajaran membatik pada sekolah SMK Negeri 14 Bandung diterapkan sesuai dengan kurikulum pendidikan jurusannya karena

4 merupakan salah satu cabang dari seni tekstil. Sementara itu pembelajaran membatik di SMK Negeri 3 Tasikmalaya, selain batik sebagai salah satu cabang seni tekstil yang harus dicapai dalam pembelajaran yang mengacu terhadap kurikulum, juga lebih mengarah kepada upaya agar siswa sebagai penduduk setempat harus lebih mengetahui, memahami dan dapat berkarya batik yang menjadi kekayaan seni budaya di masa lalu. Produksi batik khas Tasikmalaya pernah mengalami masa kejayaan dan memberikan kontribusi baik terhadap pendapatan masyarakatnya. Pembelajaran seni membatik di dua sekolah ini memiliki motivasi berbeda terhadap siswa dan pengajarnya. Seni membatik harus bisa dilestarikan oleh masyarakat Indonesia dan salah satunya dengan adanya penerapan pembelajaran membatik dalam jurusan keahlian tekstil di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa dan motivasi pengajar yang diberikan melalui pembelajarannya selain melalui peran pengajar, kepala sekolah, siswa, karyawan sekolah, sarana prasarana dan perangkat pembelajaran, namun untuk lebih nyatanya kita dapat melihat pencapaian keberhasilan pembelajaran tersebut melalui hasil karya seni batik yang telah dihasilkan apakah sesuai dengan standar pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum pembelajaran tersebut. Hal ini sangat penting diamati lebih jauh sebagai upaya untuk: 1) memantapkan konsep pembelajaran membatik dan 2) memaksimalkan pelestarian budaya kriya batik di sekolah dan oleh karena itu perlu dicermati, baik dari sisi materi ajar maupun hasil pembelajaran. Berdasarkan itu pula peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan judul Studi Komparasi

5 Kompetensi Seni Rupa Dalam Mata Pelajaran Membatik Kelas XII Di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya. B. FOKUS MASALAH Batik merupakan salah satu seni tekstil peninggalan nenek moyang yang saat ini perkembangannya di Indonesia cukup baik. Penerapan pembelajaran membatik di suatu sekolah merupakan alternatif pelestarian kebudayaan negeri ini dengan berpedoman terhadap kurikulum. Penelitian ini difokuskan pada hasil karya kriya batik yang dihasilkan siswa dan melalui itu dapat dicermati pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Permasalahan ini layak untuk dijadikan sebagai topik dalam penelitian mengingat pembelajaran membatik merupakan kompetensi keahlian yang masuk pada tugas akhir di Jurusan Keahlian Tekstil. Selain itu juga pembelajaran kriya batik ini dapat dijadikan sebagai upaya melestarikan budaya bangsa dalam dunia tekstil dan masyarakat. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perangkat pembelajaran yang digunakan guru dalam membatik dengan mengkomparasikan di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya? 2. Bagaimana proses pembelajaran membatik dengan mengkomparasikan di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya?

6 3. Bagaimana hasil karya kriya batik di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya pada Ujian Praktik Vokasional Tekstil pada tahun 2011? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis perangkat pembelajaran yang digunakan guru pada pembelajaran membatik di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis proses pembelajaran membatik di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya. 3. Mengidentifikasi dan menganalisis hasil karya kriya batik di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya pada tahun 2011. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Bagi Peneliti 1. Dapat memberikan tentang gambaran kegiatan membatik di SMK. 2. Dapat memberikan pemahaman kegiatan guru dalam proses belajar kegiatan membatik. 3. Dapat memberikan pemahaman dari hasil karya kriya batik yang ingin dicapai oleh sekolah melalui Ujian Praktik Vokasional. Bagi Lembaga Pendidikan

7 1. Memberikan kontribusi pada SMK Seni Rupa tentang hasil karya seni batik di sekolah. 2. Memberikan kontribusi kepada para pengajar dan pembelajaran, tentang merancang dan menyusun kegiatan belajar membatik di SMK. 3. Memberikan kontribusi bagi pengajar di SMK Negeri 14 bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya dengan meningkatkan kekurangan dan mengembangkan untuk lebih baik kegiatan pembelajaran bercermin pada hasil komparasi yang dilakukan peneliti. 4. Memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya sesuai dengan dinamika masyarakat. 5. Memberikan kontribusi kepada sekolah agar penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. E. KERANGKA TEORITIS Secara umum penelitian diarahkan untuk mengetahui gambaran pencapaian akhir keberhasilan dari pembelajaran batik melalui hasil karya seni batik yang dihasilkan oleh siswa di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya. Fokus dalam penelitian ini adalah Hasil karya seni batik yang dihasilkan oleh siswa di SMK Negeri 14 Bandung dan SMK Negeri 3 Tasikmalaya.

8 F. METODA PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metoda studi komparatif. Data yang diperoleh berupa kata-kata yang bersumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses yang terjadi dalam lingkup setempat. (Matthew B. Miles, 1992:1). Digunakan pula pendekatan penelitian kualitatif interaktif (Interaktif Inquiry) dan Non Interaktif (Non Interaktif Inquiry), artinya penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis teori yang dirumuskan peneliti berdasarkan kajian teoretis dan temuan. G. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika Penulisan dalam tesis ini terdiri dari lima bab yaitu: BAB I Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metodologi, dan sistematika penulisan. BAB II Landasan penelitian menguraikan tentang kajian pustaka meliputi kajian tentang studi komparatif, seni batik, kurikulum bidang studi keahlian tekstil, karya seni batik. BAB III Metoda Penelitian menguraikan tentang metode, subjek, prosedur, instrumen, teknik penelitian dan teknik penelitian hasil karya seni batik. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan menguraikan hasil dan pembahasan.

9 BAB V Kesimpulan dan Saran menguraikan tentang hasil penelitian secara keseluruhan dan saran untuk mengatasi permasalahan dari hasil penelitian tersebut.